NovelToon NovelToon
COLD WORDS

COLD WORDS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Kisah seorang pria yang tidak lagi mau mengenal cinta, karena bayang masa lalu yang terlalu menyakitinya. Begitu banyak cinta yang datang dan mencoba mengetuk.
akankah ada sosok perempuan yang mampu mengubah kehendaknya?
adakah perempuan yang akan mampu mencuri perhatiannya?
ikuti kisahnya dalam cerita author "COLD WORD"
kisah ini hanya berdasarkan imajinasi author saja. jika ada kesamaan nama tokoh, ataupun latar, merupakan suatu kebetulan yang dibetul-betulkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COLD WORDS >29

Hari ini sebenarnya biasa saja seperti hari-hari sebelumnya, namun entah kenapa rasanya sangat menguras emosi dan tenaga Tyas. Takdir cerita hari ini terlalu dramatis baginya, mengombang-ambingkan pemikiran sederhananya. Tyas melihat ada bangku kosong di pinggir trotoar, dengan lunglai ia menyeret kakinya mendekat dan duduk disana. Wajah lelah letih lesu sangat terlihat jelas disana.

Tyas menatap lurus ke badan jalan, pandangannya kosong sedikit melamun untuk mengatur nafas. Diingatnya baik-baik rentetan kisah yang lalui hari ini membuat naik turun alis dan ekspresi wajahnya. Orang-orang sibuk berlalu lalang, sibuk dengan kelelahan masing-masing, tak peduli dengan apa yang dialami oranglain.

"Minum ini!" sebuah botol air mineral disodorkan seseorang tepat di depan wajah Tyas.

Entah kenapa meskipun ada sedikit terkejut, namun rasanya malas sekali melihat siapa pemberi air mineral itu. Lelah sekali mata ini, dengan malas Tyas menelisik pandangan mengurut pada lengan si pemberi air mineral yang masih terdiam mematung di sana.

"Hah?!! Manusia batu!! Ngapain?!" mata Tyas membulat sempurna menyadari siapa yang berdiri kaku menatap tajam padanya.

Tama masih diam berdiri memandang Tyas dengan tatapan tajam tanpa ekspresi dan tangannya terulur memegang botol air mineral.

"Terimakasih." ucap Tyas perlahan.

Hanya itu saja yang dilakukan Tama. Setelah Tyas menerima air mineral itu, Tama berlalu meninggalkan Tyas lagi. Tyas kembali tertegun dengan kelakuan Tama. Dilihatnya sejenak punggung Tama yang berjalan pelan dengan langkah pelan meninggalkan dirinya dalam kebingungan yang tak terjawab.

Tyas tersadar dari sibuknya pikiran keheranan, setelah beberapa kali menenggak minuman itu, Tyas merasakan tenaganya pulih, lalu berlari mengejar Tama yang kali ini berjalan dengan santai, sehingga Tyas tidak terlalu kesulitan mengejarnya.

"Pria batu itu bisa berjalan pelan juga. Apa yang kira-kira ada di kepalanya ya? Jalan santai dengan kedua tangan masuk kantong Hoodie begitu, membuatnya memang sedikit terlihat lebih cool." gumam Tyas yang berjalan mengekor di belakang Tama.

Keduanya melewati halte bis tempat biasanya mereka menunggu, karena hari semakin gelap, hampir jam 6 sore. Keduanya masih berjalan membisu. Tama tetap memimpin di depan, dan Tyas mengekor dibelakangnya.

Tiba-tiba langkah Tama terhenti, Tyas yang berjalan dengan sedikit menunduk tak menyadari dan membuat kepalanya menubruk punggung Tama.

"Ah!!" seru Tyas kaget. "Aduh, kenapa tiba-berhenti sih?"

Tyas mengelus-elus dahinya dengan tangan kirinya, Tama menoleh melihat ke arah Tyas, ia baru kembali menyadari betapa repot bawaan Tyas. Tama tak menghiraukan Tyas, ia meraih dua goodie bag yang ditenteng Tyas di tangan kirinya, lalu kembali berbalik berjalan perlahan menuju jalan besar.

"Dih, baiknya kumat, tapi ngeselinnya masih tetep." gerutu Tyas mengekor mengikuti langkah Tama. "Dari tadi kek bantuinnya."

Tama menghela nafas sambil melirik ke arah Tyas yang sudah berjalan dekat di sampingnya. Ada sedikit ekspresi kaget di wajah Tama, Tyas menyadarinya.

"Apa?!! Nggak boleh jalan bareng begini?" seru Tyas sedikit garang.

Seperti biasa Tama tak menyahut, hanya tersenyum tipis sambil membuang muka ke sisi lain.

"Seingatku kamu pernah banyak bicara waktu makan bareng tempo hari. Tapi kenapa hari ini kamu kembali ke mode begini lagi? Kemarin itu lagi khilaf kah?" ejek Tyas.

"Aku capek, malas bicara." sahut Tama singkat. "Ah itu bis nya!!!" Tiba-tiba Tama berteriak, lalu menggandeng tangan Tyas dengan cepat, dan menariknya untuk menyeberangi jalan.

Seketika Tyas terhenyak, kaget, dan tersipu di detik selanjutnya. Genggaman lembut tangan Tama terasa mengalirkan begitu banyak kehangatan yang memang seharusnya tak perlu banyak diungkapkan dengan kalimat-kalimat omong kosong tak berujung.

Tangan kiri Tama menggenggam tangan kanan Tyas, sedangkan tangan kanan Tama terangkat memberi isyarat agar bis mau berhenti dan menunggunya. Padahal di tangan kanan itu, juga tersangkut disana dua goodie bag. Sungguh pemandangan luar biasa kali ini.

Tyas tak mampu mengucapkan kalimat apapun, ia sibuk mengatur jantungnya yang berdetak tak berirama. Tyas sedikit menggigit bibir bawahnya, menahan girang yang tak mampu dijelaskan, bahagia ini tak pernah disadari akan datang secepat ini.

"Naiklah, hati-hati." kembali Tama menunjukkan sisi hangatnya saat mempersilahkan Tyas masuk ke dalam bis. Tyas semakin meleleh melirik wajah Tama, meski tak ada senyum atau ekspresi yang berarti di wajah Tama, namun entah kenapa dua detik pertemuan tatapan mata itu, membuat lutut Tyas terasa semakin lemah.

"Yok!! Jalan!!" teriak kondektur bis memberi aba-aba pada sang sopir setelah Tama dan Tyas masuk kedalamnya.

"Itu, ada yang kosong." suara Tama kembali mengguncang hati Tyas. Sambil menunjuk sepasang jok yang kosong di arah agak kebelakang.

Kali ini Tyas yang kehilangan kemampuan untuk berbicara banyak. Isi pikirannya benar-benar kacau, dipenuhi kupu-kupu yang beterbangan, Tyas hanya menurut dengan semua yang Tama katakan.

"Aku kenapa tiba-tiba sebahagia ini? Aku kenapa? Tubuhku terasa panas dan mendidih. Mulutku kenapa jadi terkunci seperti ini? Tuhan, tolong sadarkan aku sekarang juga. Sepertinya kepalaku yang tadi terantuk ke punggungnya yang menjadi sumber masalah. Sepertinya aku pingsan. Seseorang tolong bangunkan aku, bantu aku kembali sadar."

Tyas tak bisa menyembunyikan betapa ia secara alami merasa bahagia saat ini. Entah apa yang membuatnya menjadi bodoh seperti itu. Beberapa kali Tyas tampak tersenyum sendiri, tak berani menatap pada Tama yang duduk diam mematung di sebelahnya, namun hanya memandangi jemari-jemari Tama yang tadi menggenggam tangannya, rasanya benar-benar sungguh membahagiakan.

"Genggaman tangannya yang besar itu ya Tuhan,,,, aku nggak kuat mengingatnya, tapi aku tak mau melupakannya. Jemarinya cantik meskipun dia seorang pria, Ya ampun,,,, apa yang aku pikirkan?"

Tyas kembali tersenyum tersipu, lalu melihat ke luar jendela, dan lagi melirik tangan Tama yang memegangi tali goodie bag.

"Rasanya aku mau terus seperti ini, sayangku rumahku hanya membutuhkan waktu 15 menit naik bis." gerutu Tyas. " Dan aku yakin, besok dia akan kembali ke mode batu lagi."

"Ayo." Tama kembali bersuara sambil bangkit.

"Haah?" Tyas terkejut dengan ajakan Tama.

"Kamu mau turun apa tidak?" Tama tampak bingung dengan reaksi Tyas.

"Udah sampai toh? Cepet banget sih?"

Tama semakin memandang aneh ke arah Tyas. Lalu berbalik meninggalkan Tyas dan berjalan merambat menuju pintu bis.

"Eh, tungguin!" Tyas mulai tersadar dan mengikuti Tama.

Tama turun dahulu, lalu menyambut Tyas dengan kembali mengulurkan tangan. Tentu saja Tyas menyambutnya dengan bahagia. Gunung es ini akhirnya perlahan mencair.

"Sudah cukup ya, aku mengantarmu sampai ke sini, rumahmu tak jauh lagi kan? Kamu bisa membawa ini semua sendiri selanjutnya." ucap Tama lalu menyerahkan dua goodie bag yang tadi dipegangnya.

"Ah iya, dan juga, aku benar-benar ingin memberikannya untukmu, tapi aku tidak tahu yang mana seleramu, pakai itu semua untuk bekerja, tak perlu merasa berhutang Budi, dan tak perlu mengembalikan apapun. Bekerjalah dengan baik, semoga nanti bisa perlahan naik."

Tyas tertegun dengan kalimat panjang yang diucapkan Tama. Pertama ia benar-benar bahagia melihat perubahan Tama yang mendadak Daan sangat diluar dugaan Tyas. Dan yang kedua, tentunya karena Tama tiba-tiba kembali banyak bicara.

"Tama!!!"

Panggilan manis seorang perempuan membuat Tama dan Tyas menoleh. Tama tersenyum lebar menyambut si wanita cantik.

...****************...

To be continue. ...

1
Marlina Bachtiar
ajakin Tama nya nginep di rumahmu Bil 👍🤣
HARTINMARLIN
semoga aja Tyas sama Tama berjodoh
Marlina Bachtiar
nah loh ketemu lg sama Tama,jodoh tuh 🤣
Marlina Bachtiar
apa itu adiknya Tyas🤔
Marlina Bachtiar
pasti Tama tuh yg lg jalan, ketahuan kl Siska bukan pacarnya 🤭
Marlina Bachtiar
waduh takut Tyas cemburu ya 🤣🤣
Marlina Bachtiar
jangan lihat luarnya yg penting rasanya 👍
Marlina Bachtiar
pasti ngarep di anterin Tama 🤣🤣
Marlina Bachtiar
ternyata bapak" jg baca ya 🤭
HARTINMARLIN
bagaimana jalan kehidupan mereka berdua?.... akankah mereka berdua kejenjang pacaran 🤔🤔
HARTINMARLIN
lanjut lagi
HARTINMARLIN
sepertinya Tama mulai ada rasa suka kepada Tyas
HARTINMARLIN
hati-hati
HARTINMARLIN: iya typo nya 🤭🤭
𝒀𝑶𝑺𝑯: 😁😁😁 typo bunda
total 2 replies
HARTINMARLIN
semoga aja Tama bilang pacarnya 🤭🤭
🍁𝕬𝙮ͨ𝙚ͥ𝙨ꙵ𝙝ⷮ𝙖ⷽ❤ͽ֟֯͜᷍ꮴ❣️🔵
terpesona kah kamu "tama
Marlina Bachtiar
jgn balikan lg deh 😣
Marlina Bachtiar
temenan aja,jgn minta lebih 🤭
Marlina Bachtiar
waduh 🤣
Marlina Bachtiar
mimpi 🤣
Marlina Bachtiar
pura" tidur aja Tyas 🤫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!