"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Cucu keluarga Galaxy!
Setelah mengatakan tujuannya. Leo turun ke bawah. Baru keluar Lift, ia menemukan Kanaya dan Mom Aline yang berdiri tepat di depan pintu lift.
"Sayang."
Kanaya mendekati Leo. Ia memang mencari pria itu tadi yang tiba-tiba menghilang di tengah dirinya sedang di hias.
"Kamu habis darimana?"
Kanaya mengernyit. Wajah Leo semakin datar saja dari sebelumnya.
"Dari kamar Bella."
Tanpa Leo sadari, wajah Kanaya berubah beberapa detik namun tersenyum cerah kembali.
"Kamar Bella? Ngapain?" tanya Kanaya disertai mengelus lengan Leo namun Leo menggerakkan pundaknya. Secara tak langsung, tidak ingin di sentuh.
Melihat gelagat Leo sepertinya tengah kesal, Mom Aline mengantikan Leo menjawab pertanyaan Kanaya.
"Nay ... begini, tadi Mommy yang suruh Leo mengantar kebaya pada Bella untuk foto shoot nanti. Jangan salah paham ya," jelas Mom Aline.
Tapi, matanya memelototi Leo. Pria itu yang kekeh ingin mengantarkan langsung pada Bella. Leo acuh dengan wajah temboknya.
"Astaga, Mom." Kanaya tertawa pelan. "Aku tidak salah paham kok. Tenang saja. Malah bagus kan, kalo mas Leo dekat dengan adik iparnya."
Deg!
Leo dan Bella saling pandang. Suara Kanaya cukup keras terdengar Bella yang baru menuruni tangga sendirian. Adam masih bersiap di kamar. Dua mata berbeda warna itu menyiratkan rasa dalam hati masing-masing.
Alih-alih terpesona pada wajah Kanaya terpoles makeup bold, Leo malah semakin jatuh hati pada riasan alami Bella. Apalagi, rambutnya yang biasa tergerai di sanggul indah. Seakan, ia dan Bella yang akan menikah.
'Pantas saja, hatiku murahan. Pesonamu benar-benar berbahaya, Bella. Kenapa aku baru menyadarinya? Kau sangat cantik begitupun hati dan sikapmu,' gumam Leo.
Tak lepas menatap Bella yang menapak setiap tangga.
Sedangkan Bella, sekuat tenaga untuk tegar. Untuk tidak meneteskan air mata di depan semua orang. Menampilkan kebahagiaan palsu untuk menyambut pernikahan dari ayah bayi dalam kandungannya itu. Bella sangat bersyukur ada di keluarga ini. Tapi, yang Bella tangisi takdir tragis percintaannya.
Beberapa orang terlihat berlalu lalang dari pintu masuk membawa banyak barang ke arah taman belakang. Jejeran dress dan tuxedo tergantung apik di hanger besi putih yang di giring dua pria.
"Sayang, kamu lihat ap--" perkataan Kanaya terhenti mengikuti arah pandang Leo.
"Bella," sapa Mom Aline lalu memeluk Bella dan mencium keningnya dibalas Bella dengan salim tangan.
"Apa kabar, sayang?"
"Baik Mom ...," balas Bella. Matanya berusaha menghindari tatapan Leo.
"Mommy baik juga kan? Maaf, waktu itu Bella gak pamitan sama Mommy."
Masalah dirinya yang tiba-tiba di bawa Leo ke Rusia.
"Baik juga, sayang." Mom Aline mengangguk. Tahu, biang keroknya adalah Leo, putra semata wayangnya.
"Kau tenang saja, Mommy sudah menempeleng kepalanya tempo hari. Seenaknya dia membawa pergi putri cantik Mommy ini. Ngomong-ngomong, kau cantik sekali, sayang," puji Mom Aline.
Mendapat anggukan dari Kanaya. Ia ikut mendekat pada Bella lalu merangkul Bella.
"Benar Bella, kau sangat cantik. Seolah-olah dirimu yang akan menikah, hehe ...," ujar Kanaya.
Bella spontan menatap Leo, pria itu tersenyum tipis pada Bella. Tidak ada jejak raut kesal lagi di wajah Leo.
"Ya, saking cantiknya. Aku terpesona," cetus Leo membuat Bella semakin dalam menunduk.
Kanaya tertawa. Tidak tahu saja, itu isi hati terdalam calon suaminya.
"Sudah-sudah, nanti lagi saling puji nya. Sekarang kita ke taman belakang untuk sesi foto."
"Oke Mom." Kanaya beralih ke belakang kursi roda Leo. "Sayang, aku dorong ya?"
"Hmmm," dehem Leo. Matanya masih melirik diam-diam Bella.
Keempatnya menuju taman belakang. Terlihat berbagai bunga di dekorasi secantik mungkin layaknya pernikahan. Liam dan Devita sudah berada disana. Devita terus mengipasi wajah cetarnya dengan kipas bulu. Terlihat wanita setengah baya itu sangat tidak senang.
Mom Aline berjalan di samping Bella, tiba-tiba mencekal pergelangan Bella.
"Ada apa Mom?" bingung Bella.
Mom Aline meneliti wajah Bella. Ia wanita yang pernah melahirkan, merasa curiga pada fisik Bella dan perubahan air wajah Bella.
"Jawab jujur pertanyaan Mommy."
Bella mengangguk pelan. Detak jantungnya dua kali meningkat. Rasa takut, menyerang hatinya.
"Kau hamil sayang?"
Deg!
"Apa?! Bella hamil?" seru Liam.
Ia yang akan menghampiri keduanya di kejutkan dengan apa yang telinganya dengar. Wajah duplikat Leo itu berseri-seri. Sudah sangat lama, terakhir kali ada bayi di mansion mereka, sejak Adam dewasa.
"Kenapa tidak bilang Bella, kalo kau hamil? Berapa minggu usai cucuku?" tambah Liam.
Bella yang tadinya ingin berbohong, jadi tak kuasa. Liam begitu bahagia. Lagian, Liam adalah kakek dari janin diperutnya dan sepantasnya mengetahui kabar bahagia ini.
"Aku baru mengetahuinya kemarin, Pa, Mom. Mungkin nanti Bella akan periksa," kata Bella disertai senyum tipis.
Mom Aline kembali memeluk Bella. Ia mengusap lembut punggung Bella membuat wanita hamil itu ingin menangis.
"Selamat, sayang. Akhirnya setelah penantian selama 2 tahun. Kau hamil juga. Segera di periksa cucu Mommy ya. Tolong jaga kesehatanmu, oke? Konsumsi vitamin dan makanan bergizi. Agar cucu Mommy tumbuh sehat."
Berganti Liam memeluk Bella. Melabuhkan ciuman di puncak kepala Bella. Hati Bella menghangat seketika.
"Selamat ya, Nak. Ingat kata Mommy kamu. Jaga cucu papi baik-baik. Cucu pertama keluarga Galaxy. Perlu papi temani besok periksa?"
Adam baru datang berada di belakang Bella. Mengernyit keheranan. Mendengar kata ayahnya itu.
"Cucu? Apa maksudnya?"
"Ini dia papa muda!"
Adam semakin bingung. Liam menepuk pundak Adam bangga beberapa kali.
"Pa, apa sih maksudnya?" Adam mulai kesal.
Senyum di wajah Liam makin melebar.
"Astaga, ternyata kau juga tidak tahu, boy. Hebat, ternyata istrimu menyembunyikannya atau kau yang memang tidak memperhatikan istrimu, hmm?"
Adam terdiam. Ia memang acuh pada Bella. Kecuali, akan melampiaskan hasratnya.
"Kau menyembunyikan apa dariku, Bella?" tanya Adam bernada ancaman, namun di anggap lucu oleh kedua orang tua di samping mereka itu.
Bella meremas rok kebaya nya. Ia sebenarnya tidak ingin Adam tahu. Tapi, apa boleh buat.
"Aku hamil, mas ...," cicit Bella.
"Apa?!" Adam melotot sangat terkejut. "Sejak kapan lo hamil?!"
'Sejak aku menanamkan benih di perutnya,' rasanya, ingin Leo berteriak seperti itu didepan wajah Adam.
Ia dan Kanaya berada tidak jauh dari tempat Bella. Leo mengeratkan genggaman pada gelas kaca di tangannya.
"Adam!" bentak Liam. Ia tidak suka bicara Adam yang kasar pada Bella.
"Em ...." Adam berdehem untuk mereda emosinya.
"Maksudku, kenapa kamu gak jujur tentang kehamilan kamu, sayang?"
Adam menarik lengan Bella. Namun, di cengkram Adam sedikit kuat. Bella meringis seketika.
"Bella kenapa sayang?!" panik Liam dan mom Aline bersamaan. Tapi, Adam segera merangkul Bella sambil tersenyum manis.
Bella yang tahu pertanda ancaman. Menggeleng cepat. "Tidak apa Mom. Perutku sedikit nyeri."
"Nyeri bagaimana Bella? Coba duduk dulu," interupsi Mom Aline.
"Mom, aku baik-baik saja. Mungkin ini efek hamil muda," kilah Bella.
'Sayang, maafin Mommy berbohong ya,' batin Bella pada mahluk mungil yang sedang berkembang di rahimnya itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Sejak kapan kau hamil?" desak Adam.
Kepalanya nyut-nyutan. Bagaimana dengan Desi yang juga hamil dan terus minta di nikahi?
"Intinya, sudah satu minggu aku telat menstruasi dan kemarin aku tes mandiri, positif."
Devita bermaksud menghampiri Liam. Hampir berjingkrak kesenangan. Rencananya, akan berjalan mulus, berkat kehamilan Bella di waktu yang bertepatan.
"Ya ampun, Bella. Selamat ya. Dijaga lo, cucu keluarga Galaxy," celetuk Devita langsung mendekap lengan Liam membuat mom Aline merotasikan matanya. Madunya itu, memang kerap kali berusaha membuat Mom Aline cemburu. Tapi, namanya wanita sudah mati rasa, mana perduli lagi.
"I ... Iya Mah," balas Bella.
Ia tahu, Devita berbicara begitu, maksudnya menyinggung Leo, pemilik benih di perut Bella.
"Adam ... besok, kau antar Bella periksa ya?"
Adam tadi menyugar rambutnya, mendelik.
"Loh, mana bisa pah? Besok kan Adam masuk kerja," kilah Adam.
"Memang masuk. Tapi, apa salahnya mengantar Bella sebentar. Sore juga bisa kok."
Adam mengusap wajahnya kasar. Desi juga periksa kehamilan besok. Bisa-bisa, wanita itu akan ngambek berkepanjangan.
Bella menarik napas dalam. Jika di paksa, yang ada Adam menurunkannya di pinggir jalan.
"Pah, tidak perlu. Bella bisa periksa sendiri besok. Lagian, jenis kelaminnya kan belum ketahuan. Tenang saja, Bella bisa jaga diri kok."
"Tidak! Besok aku yang menemanimu. Memeriksa anak kita."
Semua mata menatap satu orang yang terlihat santai setelah mengatakan itu, termasuk Kanaya, senyumnya seketika pudar. Leo meneguk habis jus di gelas berkakinya.