Istri Manja Dan Mempesona Kesayangan Tuan Oscar

Clark menghentikan mobil di depan kafe. Saat dia mematikan mesin mobilnya, Oscar langsung mengenali Zoey. Perempuan itu melewati mobilnya dan terlihat sedang mengikuti seseorang yang bertingkah mencurigakan. Pandangan Oscar terus mengikuti ke mana Zoey berjalan. Saat tiba di taman yang cukup gelap, Zoey menghentikan orang yang tadi dibuntutinya. Sepertinya orang ini lah yang meretas sistem keamanan perusahaannya.

"Tuan, kita-"

"Di sini saja. Aku hanya ingin melihat apa yang istriku lakukan." Kedua tangan Oscar saling bertaut gelisah, sebenarnya pria itu masih tetap khawatir dengan keselamatan istrinya, tapi mengingat pembicaraan mereka tadi, Oscar berusaha menekan rasa ketidaknyamanannya, ia terus memperhatikan Zoey yang tampak bicara serius dengan orang itu. Dari posisinya saat ini, Oscar tidak tahu apakah itu laki-laki atau perempuan, karena dia memakai hoodie hitam dan menutup kepalanya dengan tudung.

Di depan taman, Zoey menunggu lawan bicaranya membuka mulut. Saat di perjalanan tadi, dia sudah mendapatkan data lengkap si peretas, jadi meski peretas ini lari hingga ke ujung dunia, dia pasti akan mengejar orang ini.

"Elisa Barton, sebaiknya kamu jujur saja," ujar Zoey sembari melipat kedua tangannya di dada.

"K_kau salah orang," ujar Elisa gugup. Baru kali ini dia ketahuan, sungguh sial. Di saat dia benar-benar sedang butuh uang, tapi justru menemui nasib sial.

Zoey tersenyum sinis, "Masih belum mau mengakui? Elisa ku peringatkan padamu, aku bukan orang yang suka diajak bermain-main. Aku tahu semuanya tentang dirimu, bahkan tentang kekasihmu."

Gadis itu menatap Zoey dengan mata terbelalak. "Ba_bagaimana kamu bisa tahu?" Elisa tampak ketakutan saat lawan bicaranya tidak hanya mengulik identitasnya, tapi bahkan dia tahu semua tentang dirinya.

"Kamu berkecimpung di dunia tehnologi cyber, bagaimana kamu bisa mempertanyakan pertanyaan bod*h seperti itu? Atau mungkin memang kamu adalah peretas yang bod*h?"

Ucapan Zoey terdengar sangat menusuk, tapi Elisa bisa apa. "Baiklah, aku akan jujur. Aku sedang membutuhkan banyak uang. Nenekku sedang di rawat di rumah sakit. Dia harus segera operasi," ujar Elisa dengan mata memerah.

"Kamu bisa mengikuti beberapa tantangan sebagai peretas. Kenapa justru memilih menjadi pencuri?" tanya Zoey.

"Maaf, aku benar-benar tidak tahu. Aku bersumpah belum mengambil sepeser pun uang dari De Gaulle, tolong lepaskan aku."

"Melepaskanmu itu pekerjaan yang mudah, tapi siapa yang akan menjamin kamu tidak melakukan hal yang sama di kemudian hari?"

"Kamu boleh membuat surat perjanjian. Aku akan menjadi pengikutmu setelah menyelesaikan administrasi biaya rumah sakit nenekku."

"Berapa biayanya?"

"Itu adalah uang yang banyak, biaya operasinya hingga 2000 dollar, belum lagi dengan obat obatan dan juga kamarnya.

"Aku akan memberimu dana untuk biaya nenekmu, tapi jangan pernah melakukan kesalahan lagi. Mulai sekarang kau hanya akan mematuhi perintahku. Jika kamu berani melawan dan menghianatiku, akan aku pastikan kamu dan keluargamu tidak akan pernah aku lepaskan."

Elisa melihat keseriusan di wajah lawan bicaranya. Secara naluri dia memiliki ketakutan tersendiri pada aura yang dimiliki oleh Zoey. Dia terintimidasi secara tidak langsung.

"Ba_ik. Aku berjanji padamu aku tidak akan pernah menghianatimu?"

Zoey akhirnya merasa cukup puas dengan perilaku Elisa. Dia membawa Elisa masuk ke dalam mobilnya dan bergegas menuju rumah sakit dan mobil yang dikemudikan oleh Clark masih diam di tempat. Selama dalam perjalanan, Zoey menghubungi Bobby dan memintanya untuk menyusul ke rumah sakit.

Untuk saat ini Zoey akan meminta Bobby untuk mengawasi Elisa. Meski dia tahu gadis ini tidak akan berani lari darinya, tapi Zoey tetap ingin Elisa dibawah pengawasannya.

Zoey membayar deposit rumah sakit sebesar 3000 dollar. Setelah itu, ketika Bobby tiba, Zoey langsung mengatakan kepentingannya dan meminta Bobby benar-benar memperhatikan gadis ini. Suatu saat dia pasti akan menggunakan kemampuan Elisa. Sekarang Zoey sedang terburu-buru karena meninggalkan Oscar di perusahaan.

Zoey keluar dari rumah sakit sambil menelepon. Ketika suara Oscar terdengar, Zoey bernapas lega. Oscar menarik sudut bibirnya dari dalam mobil.

"Oscar maaf aku sedikit lama. Aku sedang bersiap untuk menjemputmu," ucap Zoey penuh penyesalan.

"Tidak di perlukan. Aku sudah melihatmu. Ayo kita kembali ke mansion bersama, Honey." Oscar rupanya sudah keluar dari mobil Clark. Dia berdiri di sisi jalan dan tersenyum serta melambaikan tangan pada Zoey.

Zoey mematikan sambungan teleponnya dan lalu berjalan menghampiri Oscar. Dia setengah berlari dan masuk ke dalam pelukan pria itu.

"Apa urusanmu sudah selesai?"

"Ya. Ayo kita pulang, aku sangat mengantuk," kata Zoey manja. Oscar tersenyum. Keduanya lantas masuk ke dalam mobil, membelah jalanan yang sunyi menuju mansion

"Kenapa kamu bisa ada di sana?"

"Aku mengikuti GPS mobil ini. Aku khawatir kamu akan mengalami masalah."

Zoey tersenyum, dia menyandarkan tubuhnya di lengan Oscar. Meski Oscar sedang mengemudi, tapi dia tidak terganggu sama sekali dengan tingkah Zoey.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku tadinya ingin melihat siapa yang berani meretas perusahaanmu, tapi rupanya itu hanyalah seorang gadis yang iseng. Dia membutuhkan biaya untuk operasi neneknya. Jadi aku merekrutnya dan membantu gadis itu."

Oscar sesaat menoleh menatap Zoey, "Jadi apa tujuanmu membantunya?" tanya Oscar. Zoey mengulum senyumnya. Dia tahu, Oscar pasti bisa membaca pikirannya.

"Tentu saja memanfaatkan kemampuannya untuk membantuku."

"Kamu tidak takut dia akan berhianat?"

Zoey menggeleng. "Tidak," jawabnya Zoey sambil menguap. Dia menggosokkan kepalanya di lenhan Oscar.

"Nyaman sekali, kamu membuatku mudah mengantuk," ujar Zoey lagi.

Oscar tertawa melihat istrinya tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Oscar menurunkan kecepatannya agar Zoey nyaman dalam tidurnya.

Setibanya di Mansion, Zoey membuka matanya dan menguap lagi. Oscar keluar dari kursi kemudi, Pria itu membuka pintu meletakkan tangannya di bahu Zoey dan menyelipkan tangan yang lain di belakang lututnya, lalu menggendong Zoey secara horizontal.

Zoey memekik, dia memelototi Oscar, tapi sayangnya pria itu terlalu tebal muka. Bahkan ketika Butler Hans menyapanya, Oscar sama sekali tidak memperhatikannya.

Memasuki kamar, Oscar menutup pintu dengan tendangan kakinya. Dia membawa Zoey masuk ke kamar mandi dan mendudukkan Zoey di atas wastafel. Rasa kantuk Zoey menghilang, dia melihat Oscar menyiapkan baju ganti untuknya dan hatinya Zoey bergetar melihatnya.

"Aku bisa mengambilnya sendiri."

"Tidak diperlukan. Aku sudah memilihkan satu untukmu. Kamu harus menghargainya," ujar Oscar sambil menatap Zoey.

"Baiklah jika begitu, terima kasih suamiku," kata Zoey, tanpa pemberitahuan, Zoey mematuk sudut bibir Oscar dengan lembut.

Inisiatif Zoey ini jarang dan sangat langka. Oscar tersenyum lebar. Pria itu lantas keluar dari kamar mandi dan memilih untuk mandi dan berganti pakaian di ruang tamu.

...----------------...