Alena ..
Seorang gadis cantik berusia 25 tahun, yang kini tengah bekerja di salah satu kantor terkemuka di Feltonia, harus merelakan kekasih nya untuk menikahi sang adik, Liana ..
Bukan tanpa alasan, Liana sangat nakal di usia nya yang bahkan masih remaja, orang tuanya kelimpungan untuk mengurus gadis itu, sehingga orang tua mereka memilih Raffa yang merupakan kekasih dari putri pertama mereka untuk menikahi sang adik..
Raffa menolak mentah-mentah permintaan calon mertuanya, dia enggan menikahi adik dari kekasihnya tersebut, hanya saja mau bagaimana jika Alena sendiri yang meminta nya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona_kimjeykey1921, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama Anne
Sementara itu, saat ini Raffa tengah memarkirkan mobilnya di depan apartemen Alena. Dia segera turun dari mobilnya tergesa, dan memasuki gedung apartemen tersebut.
Raffa masuk ke dalam lift dan segera memencet tombol di mana Alena tinggal. Sungguh, dia berharap jika Alena ada di apartemennya. Dia benar-benar takut jika Alena meninggalkannya.
Ting!!
suara lift berbunyi, Raffa bergegas keluar dari lif tersebut dan segera berjalan ke arah kamar apartemen Alena.
tok tok tok ..
"Len, buka pintunya sayang. ini aku, aku mohon jangan salah paham dengan apa yang kau lihat pagi ini. Aku bersumpah len, aku tidak pernah ingin meniduri Liana." teriak Raffa.
tok tok tok ..
"Alena, buka pintunya sayang ..."
Ceklek ..
tiba-tiba saja, pintu kamar apartemen yang bersebelahan dengan kamar Alena terbuka.
"bukankah kau kekasih Alena?" tanya seorang gadis yang keluar dari kamar tersebut.
"benar .. apa kau melihat Alena datang?"
"tidak ... Sejak pagi, aku selalu di sini. Dan aku tidak melihat Alena datang."
"apa??"
"aku tidak berbohong tuan, Alena memang belum datang. Dan bukankah dia pergi bersama mu? Dia sempat mengirim ku pesan kemarin lusa, dan dia mengatakan jika dia akan pulang ke rumahnya bersama mu."
"kau benar. Hanya saja, aku ada sedikit problem dengan Alena. Oya, bisakah kau bantu aku?"
"tentu, Alena juga teman ku. apa yang bisa aku bantu?"
Raffa merogoh saku nya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya dan memberikannya pada gadis itu.
"ini kartu nama ku, tolong kau hubungi aku jika Alena sudah kembali."
"ahh baiklah tuan, aku akan melakukannya untukmu."
"terimakasih sebelumnya. Jika begitu, aku permisi."
Gadis tersebut mengangguk, dan kembali memasuki kamarnya saat Raffa sudah berlalu dari hadapannya.
"aku akan pulang sebentar. Aku akan minta mama untuk menghubungi Alena. Dan mama harus tahu apa yang sedang terjadi pada ku dan Alena." batin Raffa.
Dia kembali menaiki mobilnya dan bergegas meninggalkan apartemen Alena. Raffa benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini, yang ada di pikirannya hanya Alena.
***
sementara itu, saat ini Alena baru saja memasuki hotelnya. Dia merasa sedikit lega ketika sudah berbicara dengan Jordy. Meski dia tidak mengatakan apa masalah yang tengah dia hadapi. tapi setidaknya, Alena sudah memiliki teman bicara hari ini. Dan dia tidak begitu mengingat kejadian pagi tadi.
"aku akan segera mandi, aku tidak bisa mengaktifkan ponsel ku untuk sementara ini. Karena aku benar-benar ingin menyendiri." gumam Alena.
Dia segera berjalan ke arah kamar mandi dan bergegas membersihkan tubuhnya. Alena merendam tubuhnya di dalam bathtub dan memejamkan matanya sejenak.
Dia menerka apa yang akan terjadi kedepannya, soal hubungannya dengan Raffa. Karena demi apapun, Alena masih begitu mencintai pria itu.
"apakah saat ini Raffa sedang mencari ku? Apa Raffa mengkhawatirkan ku? Atau, Raffa masih tertidur bersama Liana di ranjang yang sama?" gumam Alena.
Entah kenapa, air matanya datang tanpa di undang. Rasa sesak seakan kembali memenuhi dadanya. Dan lagi-lagi Alena terisak.
"hikss .. Hatiku sakit, sakit sekali." gumam Alena.
Dia memukul dadanya dengan Isak yang semakin memenuhi penjuru kamar mandi tersebut. Jika ada yang mendengar tangis Alena, mereka pasti akan tahu bagaimana kesakitan yang sedang Alena rasakan saat ini.
Sementara itu, di tempat lain. Kini terlihat Raffa yang tengah memasuki rumahnya, dia segera mencari keberadaan ibu dan ayahnya.
"mama ... Mama dimana?" teriak Raffa.
Anne yang tengah berkutat di dapur pun segera menghampiri sang putra yang baru saja memanggilnya.
"sayang, kau baru pulang?"
Raffa mengangguk, dia berjalan menghampiri ibunya. dan tiba-tiba saja, tubuh Anne tersentak saat Raffa memeluknya.
"mama ... Alena pergi dari Raffa ma."
Anne berusaha membalas pelukan putranya, dan mengusap lembut punggung Raffa.
"apa maksud mu Raffa? Bagaimana bisa Alena meninggalkan mu?"
"ini salah Raffa ma, Raffa teledor hingga Alena melihat apa yang seharusnya tidak dia lihat. Liana licik ma, dia gadis kecil yang benar-benar licik dan juga egois. Raffa benci dia ma."
Anne mengangguk, dia belum mengerti apa yang baru saja Raffa katakan. hanya saja, Anne berusaha menenangkan putranya.
"Raffa, bisakah kita duduk sebentar? Mama belum mengerti duduk permasalahan kalian. Bisakah kau menceritakannya perlahan?"
Raffa mengangguk, dia mengurai pelukannya dan membawa ibunya untuk duduk di atas sofa.
"begini ma ... pagi tadi, Alena mendatangi kamar ku, dan aku selalu tidur di kamar tamu saat sedang berada di rumah Alena. Hanya saja, Alena melihat aku yang sedang tidur bersama Liana. Sumpah ma, Raffa tidak pernah membawa Liana untuk tidur bersama Raffa. Jangankan tidur, melihatnya saja Raffa benar-benar malas ma. tapi, sepertinya Alena salah paham. Dia pergi dari rumahnya meninggalkan Raffa ma. Ma, Raffa takut jika Alena benar-benar akan meninggalkan Raffa."
Anne mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia baru mengerti apa yang tengah di alami putranya saat ini.
"mama mengerti sayang. Alena mungkin sakit hati saat melihat itu, dan mama yakin Alena hanya pergi untuk menenangkan diri. Kau jangan khawatir, karena suatu saat nanti, Alena pasti akan datang ke perusahaan atau apartemennya. Karena tidak mungkin jika Alena tidak kembali."
"apakah begitu ma?"
"iya sayang, percaya pada mama. dan mama akan berbicara dengan Alena nanti, mama juga tidak ingin hubungan kalian berakhir begitu saja."
Raffa mengangguk. Dia tahu jika Alena berbicara dengan ibunya, mungkin Alena akan mendengarkannya.
"sekarang, lebih baik kau istirahat. mama tahu kau lelah, kita akan mencari Alena bersama nanti."
Raffa mengangguk, dia bangkit dari duduknya dan berjalan menaiki tangga. Sedangkan Anne, dia hanya bisa menatap iba pada putranya. Dia tahu, sebesar apa cinta Raffa pada Alena. Dan dia berharap jika semuanya akan baik-baik saja.
5 like + 1 /Rose/buatmu kak.
Semangat ya kak.