Kekasih Ku, Suami Adikku

Kekasih Ku, Suami Adikku

Permohonan Alena

"Len, yang benar saja? Kau kira aku ini apa hah?" ucap Raffa.

Sungguh, Raffa tidak habis pikir dengan keinginan kekasihnya Alena, yang menginginkan dirinya untuk menikahi adik dari wanita yang begitu dia cintai tersebut.

"aku mohon Raff. Bukankah kau mencintaiku? Jika iya, tolong, tolong lakukan apa yang aku inginkan."

"aku memang begitu mencintaimu. Tapi, jika aku harus menikahi adikmu, aku tidak bisa len, maafkan aku."

Saat ini, sepasang kekasih tersebut tengah berada di sebuah taman yang tidak jauh dari apartemen dimana tepat Alena tinggal.

Alena sengaja menghubungi Raffa, dan mengutarakan keinginannya yang terdengar mustahil tersebut.

bukan tanpa alasan Alena melakukan hal tersebut. Dia di mohon oleh kedua orang tuanya agar Raffa menikahi Sang adik Liana, untuk mengubah kepribadian gadis itu.

Alena dan Liana memang saudara kandung. Hanya saja, kepribadian keduanya benar-benar begitu bertolak belakang.

Mungkin karena usia Mereka yang terpaut cukup jauh, hingga sikap dan kepribadian keduanya pun begitu kontras.

Sungguh, disini bukan hanya Raffa yang merasa tidak ingin. Tapi, Alena pun demikian. Hanya saja, Alena jelas tidak mungkin menolak keinginan kedua orang tuanya.

"Len, atau jangan-jangan selama ini, kau tidak pernah benar-benar mencintaiku? Hingga dengan mudahnya kau memintaku untuk menikahi adikmu?"

Alena menggeleng brutal, dia tidak bermaksud demikian. Dia hanya ingin menuruti kemauan kedua orang tuanya.

"tidak seperti itu Raff, aku benar-benar mencintaimu. hanya saja, hanya kau pria yang tepat untuk adikku. Aku yakin, jika Liana menikah denganmu, dia akan berubah menjadi lebih baik."

"tidak Len, aku tidak mau. Sampai kau bersujud di bawah kaki ku pun, aku tetap tidak akan pernah mengabulkan keinginanmu. Aku tidak mungkin menggadaikan perasaanku hanya demi orang lain."

"tapi Raff, Liana adikku, dia bukan orang lain."

Raffa mengusak wajahnya kasar. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi Alena. Karena dia benar-benar tidak akan pernah melakukan keinginan kekasihnya tersebut.

"Len, aku mencintaimu. kita bahkan sudah menabung untuk acara pernikahan kita. Kita bahkan sudah merangkai masa depan kita. Apa kau tega membiarkan semuanya sirna begitu saja? Apa kau tidak ingin mempertahankan aku? mempertahankan cinta kita?"

Alena menunduk, air matanya jatuh perlahan membasahi jemari yang sejak tadi meremat pakaiannya. Sungguh, dadanya begitu nyeri saat mengatakan apa yang dia inginkan.

siapa yang menginginkan akhir yang seperti ini? Alena pun tidak ingin. Hanya saja, kedua orang tuanya terus saja mendesaknya agar dia mau membujuk Raffa untuk menikahi adiknya.

Alena bisa merasakan jika Raffa menyentuh bahunya. Pria itu menyentuh dagu Alena dan mendongakkan wajahnya.

Raffa bisa melihat jika wajah Alena di penuhi air mata. Dan Raffa mengulurkan tangannya untuk mengusap jejak air mata di wajah cantik tersebut.

"jangan membohongi perasaan mu sendiri Len. Kau masih begitu mencintaiku, dan wanita mana yang ingin jika kekasihnya menikahi wanita lain."

Alena bungkam, dia bahkan tidak bisa berpura-pura tegar di hadapan Raffa. Hingga Alena bisa merasakan pria itu membawa tubuhnya kedalam dekapannya.

"jangan menangis sayang. Mari kita hadapi semuanya bersama. Kau masih memiliki aku, dan sampai kapan pun, aku akan memperjuangkan cinta kita. Jangan pernah merasa jika kau berjuang sendiri len, karena aku pun akan ikut berjuang bersamamu."

Tangis Alena semakin menjadi, gadis itu mendekap erat tubuh Raffa dan menumpahkan kesedihannya di sana.

sungguh, tidak ada yang mengerti perasaannya selain Raffa. termasuk kedua orang tuanya yang terus mendesaknya dan ingin merampas kebahagiaannya.

"berhenti menangis sayang. Air matamu terlalu berharga untuk menangisi hal seperti itu. Biarkan aku yang berbicara dengan kedua orang tuamu. Dan lusa, kita akan berkunjung ke rumahmu."

Alena mengangguk. Selama ini, Alena bekerja di kota yang cukup jauh dengan kediaman orang tuanya. Dia hanya pulang beberapa waktu dalam sebulan. Karena Alena terus di sibukkan dengan pekerjaannya.

Sedangkan Raffa sendiri, Raffa berasal dari kota ini, dan rumahnya pun tidak begitu jauh dari perusahaan tempat dimana mereka bekerja.

dan Kedua orang tua Raffa bahkan sudah merestui hubungan keduanya. Terlihat dari sikap ramah yang sering ibunya tunjukkan pada Alena.

"Oya Len, mama ku sudah bertanya mengenai dirimu. Dia rindu dan ingin bertemu."

"mungkin besok sepulang bekerja aku mampir ke rumah mu. Aku juga merindukan mama."

Raffa mengangguk, dia mengurai pelukannya dan kembali menghapus jejak air Mata di pipi Alena.

"yasudah, ayo aku antar kau ke apartemen mu. Hari sudah malam, dan sebaiknya kau beristirahat. Besok kita masih harus bekerja, dan jangan memikirkan hal yang tidak perlu kau pikirkan."

"iya Raff. Maafkan aku karena aku sudah mengecewakanmu."

"jangan membahas hal itu lagi. Kita akan selesaikan itu nanti."

Alena mengangguk, keduanya beranjak dari bangku taman tersebut dan berjalan menuju apartemen milik Alena.

***

Sementara itu, di kota yang berbeda, saat ini terlihat seorang gadis yang masih memakai seragam sekolah baru saja menuruni motornya.

Gadis itu selalu pulang malam seperti ini, dan dia bahkan tidak pernah menggubris perkataan kedua orang tuanya.

Ceklek ..

"ibuuu .. Ayahhh .. Lian pulang!!" teriak gadis tersebut.

"astaga Lian!! Dari mana saja kau hah? Kenapa jam segini baru pulang?" teriak sang ibu.

"Bu, jangan norak. Ini zaman modern, lagi pula, Lian sudah besar. Lian sudah kelas 3 SMA, dan tidak ada salahnya kan jika Lian pulang malam seperti ini?"

"Liana!!" bentak sang ayah.

Pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamar itu pun segera memarahi sang putri. ucapan putri bungsunya sudah benar-benar kurang ajar.

"Liana!! Jaga ucapan mu. Kau tidak pantas berkata seperti itu pada ibumu. Dan kami tidak pernah bangga memiliki putri yang liar seperti mu. Kau begitu berbeda jauh dengan kakak mu!!"

"terus saja ayah. Terus saja bandingkan Lian dengan kak Lena. Dari dulu, hanya kak Lena yang terlihat di mata kalian. Sedangkan Lian? Lian hanya harus menuruti ucapan kalian agar Lian sama seperti kak Lena! Lian benci kalian!!" teriak Liana.

gadis itu benar-benar muak karena selalu di bandingkan dengan sang kakak. Dia tahu, jika dia memang tidak sepandai Alena. Hanya saja, apakah harus dia mengikuti jejak sang kakak?

"stop Liana!! Kau benar-benar membuat ayah marah!! Masuk ke kamarmu sekarang! dan tidak ada jatah makan malam untukmu!"

Liana menatap benci pada pria paruh baya tersebut dan segera pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Sungguh, hati Liana benar-benar hancur ketika dirinya lagi dan lagi di bandingkan dengan sang kakak.

"ayah, kau tidak seharusnya berkata seperti itu pada anakmu." ucap, Dewi. Wanita yang merupakan ibu dari Liana dan Alena.

"biarkan saja Bu, dia sudah kurang ajar. Jika orang melihat kelakuannya, mereka pasti akan berkata jika kita tidak becus mendidiknya."

Dewi hanya diam ketika mendengar ucapan Ditto, suaminya. Jika suaminya sudah berkata seperti itu, Dewi benar-benar tidak bisa melakukan apapun lagi.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Salam kenal kak..

2024-04-19

0

Najwa Nuralifah

Najwa Nuralifah

lanjutkan 👏👏

2024-03-30

1

Sweeties

Sweeties

next thor aku tunggu bab selanjutnya

2024-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!