NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

“Kak, tadi Vano chat aku bilang tandingnya dimajuin jadi dua hari lagi.” Naomi menyampaikan pesan dari Vano kepada Yudistira.

Yudistira membuka helm,rahangnya mengeras. Sudah ia duga Vano itu licik. Cowok itu tidak akan mungkin membiarkan Naomi menang. Tipikal cowok yang tidak mau mengalah dengan cewek. Awas saja jika Vano berani mencurangi Naomi.

“Dia bilang apa lagi?”

“Cuma itu aja sama share lokasi buat tanding.”

“Coba lihat.”

Naomi kemudian mengeluarkan ponselnya dari balik saku menyerahkannya pada Yudistira.Pria itu nampak marah membaca pesan dari Vano. Vano benar-benar cari masalah dengannya. Yudistira ingin menonjok Vano saat ini juga.

“Batalin pertandingan ini!” suara tegas Yudistira membuat Naomi tersentak.

“Tapi kak, kalau aku batalin Vano bakal makin semena-mena sama aku. Kakak mau lihat aku diganggu Vano setiap hari?” Yudistira terdiam mendengarnya. Apa yang Naomi katakan benar. Tapi ia takut jika terjadi apa-apa pada gadis itu. Vano memilih lokasi yang berbahaya, banyak tikungan tajam dan juga jalan yang menanjak bukan hanya itu tempat itu tinggi dikelilingi jurang.

Yudistira menghembuskan napas kasar, ia mengusap wajahnya kesal. Vano menang biadab! Ada hal

lain yang ia takutkan yaitu Vano akan menggunakan kekerasan untuk bisa menang dari Naomi sama seperti Bima dulu. Motor Bima sampai rusak tapi adiknya masih bisa menang.

“Kak Yudis jangan khawatir, aku udah biasa melewati hal-hal yang berat melebihi ini. Aku yakin aku bisa menang, lagipula aku pinter fisika jadi aku bisa mengukur kecepatan yang tepat untuk mengalahkan Vano.” Ucapan Naomi membuat Yudistira terhibur sedikit. Gadis ini benar-benar unik. Itulah yang menarik perhatian Yudistira saat pertama kali mereka bertemu.

“Kamu itu ada-ada aja. Balapan sambil ngitung kecepatan keburu disalib nanti kamu.” Naomi cemberut mendengar balasan Yudistira. Apa yang Yudistira katakan ada

benarnya juga.

“Pokoknya Kak Yudis percaya sama aku, aku pasti menang dan akan membuat Vano malu karena di

kalahkan olehku.” Naomi berkata dengan penuh tekad. Ia yakin ia tidak bisa dikalahkan.

Yudistira terdiam sejenak, ia harus percaya dengan Naomi. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh. Semoga saja hari itu menjadi hari keberuntungan Naomi.

***

Sinar matahari berpijar dengan malu-malu menyambut pagi. Naomi melangkah dengan riang menuju kelas. Ia sudah tidak sabar menghadapi Vano besok. Ia akan membawa pria itu ke dalam neraka karena berani menantangnya.

“Naomi! Naomi!!! Nao!!” Teriakan Nara membuat Naomi menghentikan langkah kakinya. Ia menatap Nara yang berlari di belakangnya.

“Ada apaan sampe teriak-teriak kayak gitu?”

“Lihat ini gue chat-an sama Kak Dewa.” Nara dengan girang menunjukkan ponselnya kepada Naomi.

Kening Naomi berkerut membaca pesan tersebut sekilas. Bagaimana bisa Nara mendapatkan nomer Sadewa? darimana Nara mendapatkannya? Bahkan pria itu membalasnya. Aneh. Ia merasa tidak wajar. Setahunya Sadewa itu tidak begitu suka dengan orang asing.

“Kok bisa?”

“Bisa dong, aku dibantu Kak Yudis. Seneng banget pokoknya.” Ucapan Nara membuat Naomi semakin curiga, bagaimana bisa Yudistira membantu gadis itu? Ini aneh.

“Kak Yudis bantu kamu?”

Nara terdiam seketika, ia sadar bahwa hampir saja ia membongkar rahasianya dengan Yudistira. Naomi tidak boleh mengetahui hal ini. Bisa dipastikan sahabatnya akan melaporkan pada Yudistira.

“Iya kemarin aku nangis-nangis kayak orang gila biar di kasih nomer Kak Sadewa.” Nara berbohong demi kebaikan bersama.

“Oh pantes. Kak Yudis tuh nggak tegaan sama cewek.”

“Tapi Kak Dewa kok balesnya singkat ya.”

“Ilfiel kali sama kamu.” Nara menekuk wajahnya masam. Tapi di dalam hatinya ia bertekad untuk menjerat Sadewa.

“Aku akan lakuin apapun untuk mendapatkan Sadewa. Meskipun aku harus ke ujung dunia atau ketujuh samudra sekalipun.” Naomi tertawa mendengar celotehan Nara yang semakin hari tidak wajar.

“Daripada ngejar kak Dewa yang nggak bakal bisa digapai mending kejar Leo aja sana!” Ledek Naomi.

“Enak aja kamu! Nikah sama Leo itu merusak keturunan. Aku nggak mau ya kalau anak aku nanti bego dan nakal kayak Leo. Mending sama Kak Dewa pasti anakku nanti bakal jenius dan nggak bakal malu-maluin orangtuanya.”

Balas Nara.

“Heh cabe jadi lo menghina kalau gue itu buluk dan hanya bisa bikin malu ortu gue!” Leo muncul entah dari mana menghadang kedua orang itu.

“Itu Fakta! Namanya doang yang artinya singa tapi sifatnya mirip kucing. Lo lebih cocok mengeong dari pada mengaung.” Balas Nara tanpa takut. Ia sudah kesal dengan tingkah Leo yang selalu menggangunya.

“Anjir!” Leo kesal, namun ia menahan diri karena ada Naomi disana. Ia tidak ingin Naomi memandangnya buruk hanya karena ucapan si cabe rawit.

“Nih coklat buat kamu. Makan sendiri ya jangan dibagi-bagi apalagi sama si cabe rawit.” Leo menyerahkan coklat batangan pada Naomi. Belum sempat Naomi menolak Leo pergi terlebih dahulu.

“Nohkan dia nyebelin gitu, pake acara ngatain gue cabe rawit segala. Jangan sampai gue jadian sama dia. Pokoknya gue harus nikah sama Sadewa titik! Kasian juga gue sama jodoh Leo nanti.”

“Kenapa kasihan?”

“Kasihan aja dapetin Leo yang nggak punya otak cuma modal tampang sama songong aja.” Ucap Nara berapi-api.

“Hati-hati jangan terlalu benci nanti bisa cinta.”

“Ih apaan sih mi, najis amit-amit jabang bayi.”

Disaat itu pula mereka bersimpangan dengan Cintya. Naomi merasa aneh dengan tatapan Cintya padanya. Apa ia punya salah pada gadis itu? Perasaan selama ini mereka tidak pernah bersitegang bahkan mereka tidak pernah

dekat. Lalu kenapa Cintya menatapnya penuh dengan kebencian?

“Dari pada ngomongin Leo mending baca chat aku sama Kak Dewa uwu banget deh.” Nara memaksa Naomi membaca pesannya. Jujur Naomi ingin menolak tapi ia tidak tega.

Nara

Hai kakak ganteng..

Bales dong kak..

Sadewa

Siapa?

Gk penting gue block

Nara

Aku jodohnya kakak, masa depannya kakak masa kakak nggak inget.

Jangan block dong kakak sayang, nanti aku bilangin Kak Yudis biar dicoret dari Pandawa.

Sadewa

Ada apa?

Nara

Kak, tembak aku tolong. 🥺🔫🔫

Sudah cukup Naomi tidak kuat lagi membaca pesan absurd yang ditulis Nara. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Sadewa membaca pesan-pesan itu. Sedangkan sahabatnya itu malah menyengir

kesenangan tanpa tahu apa yang dia lakukan itu adalah hal yang memalukan. Naomi seketika malu menjadi sahabat Nara. Jangan sampai Sadewa tahu jika Nara adalah sahabatnya.

“Kerenkan jurus aku buat dapetin Kak Dewa.” Ucap Nara bangga. Naomi menggelengkan kepalanya tidak percaya keren dari mana coba. Yang ada bikin Dewa ilfil duluan.

“Nar, misal kamu ketemu Dewa jangan pernah bilang ke Dewa kalau kamu temen aku.”

“Kenapa?” Nara menatap Naomi bingung.

“Nggak kenapa-kenapa lakuin aja demi kebaikan kita berdua.” Naomi tidak mau bilang jika ia malu dengan tingkah Nara. Ia takut Nara malah akan semakin membuat hal yang lebih dari ini. Dulu ia pernah menasehati Nara,

tapi Nara itu semakin dinasehati malah semakin menjadi-jadi. Biarkan dia melakukan apa yang dia suka.

“Kenapa sih mi? Aku jadi penasaran. Jangan bilang kamu malu ya jadi temen aku gara-gara pesan ini.”

Naomi menghembuskan napas kemudian mengangguk. Wajah Nara berubah menjadi masam. “Terus gimana dong. Aku udah terlanjur kirim. Kira-kira Kak Dewa bakal jijik nggak ya sama aku?” Nara seakan sadar dengan apa yang telah ia lakukan. Ia bingung dan takut jika target bucinnya menjauh. Naomi tertawa melihat tingkah konyol Nara. Tepat saat itu juga bunyi bel masuk berdering. Naomi menghembuskan napas lega karena tidak perlu menghadapi

Nara yang semakin menggila.

***

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!