CINTA SUAMI YANG KUBAYAR 700 RIBU

Tiba di kediaman Sena, Heny memarkirkan mobil nya tepat di depan teras rumah Sena.

penguhi rumah yang sadar akan kedatangan tamu langsung menuju pintu dengan langkah riang.

" Ehhh...pengantin baru " Sena menyambut kedatangan Heny di depan pintu rumahnya, Heny melangkah gintai sambil menarik sudut bibirnya menanggapi ucapan Sena.

" Kenapa Lo kayak nggak semangat gitu, Bukan nya Lo bahagia karena menikah dengan laki-laki pujaan Lo?"

" Ahhh...Pujaan pala lu Gilak!" jawab Heny setelah menghentak punggung nya di kursi teras.

" Lah kok gitu?"

" Ya gitu memang !"

Sena menatap sahabat nya, baru datang Heny sudah terlihat uring-uringan pasti sedang ada masalah. Fikir Sena. Heny memang pribadi yang agak sedikit tertutup, hubungan dengan lawan jenis juga Sena tidak pernah tau. hingga pernikahan di gelar Sena yang dapat undangan datang ke pernikahan sedikit shock atas undangan yang tiba-tiba.

tapi Sena bersikap rasional mungkin Heny punya private, yang nggak perlu orang lain tau termasuk dirinya sebagai sahabat dekat.

" Ada apa?' coba Lo cerita?".

Hhhmmm... Heny menarik nafas panjang, kekesalan nya pada Anna masih tersisa.

" Gue dari rumah sakit!" Heny menutup mulut dengan punggung tangan nyesal keceplosan.

" siapa sakit?"

" Ada. Bisa nggak Lo nggak usah kepo dulu sebelum Gue selesai bicara!!"

" Hahaha...iya " jawab Sena tertawa lalu menggangguk sambil menaikkan dua jari tanda pis.

" Gue lagi kesel" lanjut Heny memperlihatkan mimik keruh.

" Kesel sama Laki Lo?"

Heny menggeleng, " Bukan kesel sama tetangga nya "

" Lah emang tetangga nya ngerusuhin Lo waktu malam pertama!?"

"Issss geblek mulut Lo nyerocos kayak mercon, kapan Gue mau cerita kalau Lo nyolot mulu " kesel Heny.

" Iya deh Gue diam udah lanjutin Gue nggak bakal nyolot lagi "

Kesal Sena memilih diam di katai mulut mercon, tapi ya gitu Heny ya tetap Heny kapan mulut nya pernah ngomong yang bagus-bagus.

" Laki Gue sakit di rumah sakit sekarang, Gue kesel ada tetangga nya cewek. Lo tau"

Sena menggeleng.

" Gue suruh pulang Dia nggak mau, kan kesel Gue jadi nya "

" Ya bagus dong. Kalau ada tetangga laki Lo setidak nya Lo ada temennya buat ngurusin laki Lo yang sedang sakit" jawab Sena membuat Heny panas karena bukan jawaban itu yang Dia harap dari Sena.

" Ihh nyolot lagi Lo " bentak Heny.

" Lo tu kalau cerita yang jelas, ntar kalau Gue nyolot Lo bilang mulut Gue mercon " protes Sena membela diri karena Heny bercerita tampa awal dan juga ahir.

Heny terdiam, sesekali melirik Sena yang juga sedang menelisik wajah nya.

" ngapain Lo liat Gue kayak gitu?"

" Sorry, Gue cuma liatin muka Lo mungkin Lo mulai ada kelainan. karena tampa angin Tampa hujan Lo cerita kayak orang ngawur" jawab Sena.

" Hmmm..Lo bisa simpan rahasia kan?"

Sena mengangguk.

" Sebenernya Gue nikah itu kepaksa karena bokap, Gue sama laki Gue nggak saling kenal awal nya. Gue nemu Dia di parkiran, Karena Dia lagi dalam keadaan meringkuk kesakitan di dekat mobil Gue dan butuh pertolongan.

Awal nya niat Gue cuma nolong, tapi karena desakan dan ancaman bokap ya kepaksa Gue ajak dia kerja sama dan Dia mau makanya Gue nikah dan berharap bokap mau kasih semua saham nya buat Gue.

" CK...gila lo Ya pernikahan Lo buat mainan, emang laki Lo itu kerjaan tukang parkir?"

" Enak aja Lo ngatain laki Gue tukang parkir " sungut Heny "panjang dah ceritanya karena Gue nggak mau hidup miskin " lanjut nya.

" Ck nggak mungkin lah Lo miskin secara bokap Lo tajir melintir "

" Ya, tapi kalau Gue nggak nikah bokap mau sumbangin semua aset kepanti asuhan"

" Kok bisa bokap Lo mikir kayak gitu apa Lo anak angkat " ucap Sena yang langsung dapat tumpukan di kepala.

" Dasar geblek, itu yang harus Lo tau kalau Gue nggak nurutin bokap trus Gue jatuh miskin Lo masih mau temenan sama Gue!?"

Sena melotot, nggak nyangka Heny bukan cuma kejam mulut tapi juga main tangan bahkan kini mainkan perasaan nya sebagai teman Sena sedih karena Heny berfikir sepicik itu dan tidak bisa sena terima.

 " Ehh... Heny Putri Pitaloka binti Bapak Arifin Ilham. Asal Lo tau ya Gue temenan sama Lo bukan karena Lo kaya, biar Gue nggak sekaya Lo tapi Gue menghargai yang namanya persahabatan. bukan karena Lo kaya. itu yang perlu Lo ingat Gue berbeda dari temen Lo yang lain" sungut Sena kecewa.

Heny terdiam memang selama ini Sena lah yang paling tidak pernah menuntut apa-apa, tidak seperti Feronika dan Susi yang banyak mau bahkan nggak segan-segan meminta apa yang mereka mau.

" Maafin Gue" lirih Heny merasa sangat bersalah.

" Makanya Lo harus kudu bedain Gue sama yang lain "

" Ya. Ya Gue minta maaf emang Lo sahabat Gue yang paling baik " jawab Heny yang di sambut senyuman manis oleh Sena.

" Yaudah Gue balik ya, kasian laki Gue nggak ada yang jaga" ucap Heny lalu Bangkit. Sena mengangguk.

" Hen... Lo bisa cerita ke Gue kalau ada masalah, Biar Gue nggak bisa bantu tapi setidaknya dengan Lo cerita ke Gue hati Lo bisa sedikit plong "

" Iya kapan-kapan Gue pasti cerita sama Lo " ucap Heny kemudian melangkah ke mobil yang terparkir di halaman rumah Sena.

Sena menatap kepergian mobil Heny sampai menghilang dari pandangan mata, memang Ia tidak tau apa sebenarnya yang terjadi dengan pernikahan dadakan Heny. Tapi sebagai teman Sena mendoakan yang terbaik untuk sahabat nya.

Karena masih belum tenang hati, Heny tidak langsung balik kerumah sakit melainkan singgah lagi kerumah Feronika.

Tin..tin...suara klakson mobil Heny di depan gerbang tinggi rumah Feronika, satpam penjaga yang sudah hapal mobil Heny langsung membuka gerbang.

" Pak Fero nya ada ?" tanya Heny.

" Ada Non" jawab satpam kemudian tertunduk lesu.

Heny paham apa yang terjadi, pasti Feronika membawa laki-laki, makanya pak satpam begitu tidak bersemangat.

Tampa ada yang membuka pintu Heny langsung saja menerobos masuk, Ia faham di rumah Feronika semua pembantu tertib dan takut dengan Feronika.

Heny sengaja menuju dapur, " Bik Fero di mana?" tanya Heny dari belakang Bibi yang sedang merajang sayuran.

" Astaghfirullah Ya Allah Non, ngagetin aja "

" Non Fero di atas " jawab Bibi mengelus dada sama tidak bersemangat seperti Pak satpam.

" Yaudah Heny ke atas dulu ya Bi "

" Eh...Non tunggu dulu" cegah Bibi.

" Udah Bibi tenang aja " jawab Heny tau apa alasan Bibi mencegah nya naik.