Wijaya Kusuma adalah putra kepala desa dari sebuah desa terpencil di pegunungan, dia harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sesuai dengan peraturan adat, anak lelaki harus meneruskan jabatan orang tuanya yang belum selesai hingga akhir masa jabatan.
Masih muda dan belum berpengalaman, Wijaya Kusuma dihadapkan pada tantangan besar untuk menegakkan banyak peraturan desa dan menjaga kehidupan penduduk agar tetap setia pada adat istiadat para leluhur. Apakah Wijaya Kusuma mampu menjalankan amanah ini dan memimpin desanya dengan bijaksana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minchio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sanghyang salaka bumi
"Wijaya, ada sesuatu yang ingin Ki Dayat sampaikan padamu, bahkan tidak semua warga tahu tentang ini," kata Ki Dayat dengan suara berat.
"Apa itu, Ki?" tanya Wijaya, emosinya yang tadi meledak seketika redam dan berganti menjadi rasa ingin tahu.
"Tunggu saja, nanti kamu akan tahu. Sekarang ayo ikut Aki ke hutan!" tegas Ki Dayat, dia mulai bergerak melangkah melewati perkebunan jagung dan semakin menjauhi desa.
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Angin sejuk malam semakin berhembus kencang, membawa aroma tanah basah. Suasananya mencekam dan suara alam menemani setiap angkah mereka.
Wijaya sedikit takut, karena dia tidak pernah masuk ke hutan lebih dalam apalagi pada malam hari. Namun langkah Ki Dayat terlihat santai tanpa ada rasa takut yang terlihat di dalam dirinya.
Entah, sudah berapa lama mereka berjalan menyusuri jalur setapak yang jarang dilalui orang. Lalu langkah Ki Dayat pun terhenti saat mereka sampai di sebuah kawasan yang di kelilingi pohon besar dan tinggi.
Di tengah kawasan itu, ternyata berdiri kokoh sebuah candi kuno yang sangat megah dan kental dengan suasana peradaban kuno. Wijaya sangat takjub dengan pemandangan di hadapannya.
Candi itu memiliki lima bangunan dimana yang paling besar ada di bagian tengah sementara yang kecil berada di kedua sisi depan dan belakang.
"Wijaya, candi ini adalah peninggalan leluhur kita," kata Ki Dayat dengan nada serius.
"Tidak banyak yang tahu tentang tempat ini, hanya beberapa orang yang terpilih saja. Salah satunya para Kepala Desa, tadinya Aki akan memberitahumu tentang ini setelah satu tahun kepemimpinanmu."
Wijaya berjalan pelan menuju candi itu yang beberapa bagiannya sudah ditutupi lumut tebal. langkah Wijaya Kusuma lalu terhenti tepat di depan pintu candi itu.
Ki dayat lalu berkata, "Rahasianya tidak sampai disitu, kemari!" Wijaya lalu mendekat, Ki Dayat berjalan ke arah belakang candi.
"Kamu ingin tahu, kenapa leluhur kita merahasiakan tempat ini dari semua orang? Termasuk pemerintah? Karena di dalam candi ini terdapat harta yang sangat banyak, kamu percaya tidak?"
"Ah iya, saya percaya Ki!" jawab Wijaya dengan lantang.
Ki dayat menginjak salah satu bebatuan di lantai, karena tekanan sebuah balok akhirnya bergerak ke bawah, kemudian memunculkan reaksi dari pintu candi yang bergeser.
Saat pintu candi terbuka, Wijaya kaget dan terjatuh hingga obornya terlepas. Untung saja api nya tidak mati, Wijaya lalu mengambil obornya lagi dan mengarahkan ke depan.
Wijaya bangkit lalu mengikuti Ki Wijaya ke dalam, di dalam ruangan itu terdapat banyak sekali perhiasan emas dan benda-benda antik.
"Ki! Apa ini mimpi! Kenapa di dalamnya banyak barang seperti ini!" Tegas Wijaya terbelalak kaget melihat setumpuk koin emas.
"Kamu lihat guci dengan ukiran naga terbang, menurutmu dari mana asal benda-benda ini?" tanya Ki Dayat.
"Dari mana ya, saya tidak tahu Ki."
"Pada zaman dahulu, Desa Talaga seungit dan Desa Karajaan Sagara adalah satu wilayah dan wilayah itu membentang dari atas sini sampai wilayah pesisir, di jaman itu, banyak pedagang dari negeri lain yang singgah kesini, mereka dan kerajaan sering melakukan barter, menukar rempah-rempah, kayu, bambu, dan segala macam kekayaan alam di tempat ini dengan barang-barang yang mereka bawa. Terkadang para pelayar itu juga singgah untuk makan dan membayar dengan koin-koin emas."
"Tunggu, Ki! Kerajaan?" tanya Wijaya.
"Iya, kerajaan. Dulu di sini ada kerajaan kecil!"
"Apa nama kerajaannya?" tanya Wijaya penasaran.
"Nama kerajaannya adalah Kerajaan Sanghyang Salaka Bumi."
Wijaya Kusuma kagum mendengar penjelasan Ki Dayat, dia tidak menyangka desanya memiliki sejarah yang sangat luar biasa. Wijaya benar-benar takjub dengan setumpuk harta milik para leluhurnya.