Menikahi Pria Koma

Hujan telah berhenti, sekarang jam menujukkan pukul tujuh malam.

"Terima kasih sudah memberikan tempat untuk ku berteduh," ucap Randy kepada Maudy.

"Iya, kau bisa menanyakan kepada orang yang ada di warung pinggir jalan sana, mereka sudah lama di sini mungkin mereka tau tempat bengkel mobil dan bisa membantu mu," kata Maudy mengantarkan Randy keluar dari toko.

"Baik lah, siapa nama mu?" tanya Randy lagi.

"Aku? Aku ..." belum sempat Maudy menjawab seseorang datang untuk membeli bunga di toko nya karena melihat toko tersebut masih buka.

"Nona aku mau buket bunga anggrek," kata wanita itu kepada Maudy.

"Ah baik lah tunggu sebentar," Maudy pun mengabaikan Randy dan melayani pembeli nya.

Randy pun memaklumi hal tersebut, dia memutuskan untuk pergi dari sana dan mengikuti instruksi Maudy barusan, meskipun begitu hati nya tetap penasaran dengan Maudy ia juga sedikit kagum akan sikap Maudy yang terlihat judes namun hatinya baik.

Inilah yang membuat Randy senyum senyum sendiri saat mengingat wajah Maudy yang galak namun cantik sekali.

Beberapa hari pun kembali berlalu.

"Aku sudah menemukan tempat Maudy bekerja tuan muda, dia sekarang bekerja di toko bunga di jalan anggrek nomer sembilan, kapan tuan muda akan menemuinya untuk memberikan surat pengadilan?" tanya Mona yang saat ini sedang menemui Elgara di Kanta nya.

"Jadi kau sudah berhasil menemukan nya? Maaf aku sudah merepotkan mu, akhir-akhir ini aku cukup sibuk dengan mama ku, jadi aku tidak sengaja mengabaikan masalah ini.

"Ya itu tidak masalah, bagaimana kalau siang ini kita pergi ke sana untuk memberikan nya surat pengadilan itu," kata Mona sedikit mendesak.

"Maaf Mona, tapi sepertinya hari ini aku tidak bisa, sore ini aku akan membawa mama ku ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter ahli yang sudah ku ceritakan beberapa hari lalu kepada mu.

"Ah iya, baik lah kalau begitu besok bagaimana?" tanya Mona lagi.

"Hmm, baik lah besok," kata Elgara.

Mona pun tersenyum dan kemudian memeluk Elgara.

Namun Elgara hanya diam saja, entah kenapa saat ia berusaha untuk membuka hati nya untuk Mona malah rasanya ia tidak memiliki perasaan apapun dan tidak bisa menerima Mona masuk ke dalam hatinya seperti ia menerima Maudy dengan lapang dada masuk dan bertahta di dalam sana.

Sore harinya.

"Perkenalkan, ini adalah dokter Randy, dialah dokter yang mulai sekarang yang akan membantu nyonya Mulia untuk kembali pulih," kata dokter yang menangani mama Mulia sebelumnya.

"Perkenalkan, saya dokter Randy, dokter ahli fisioterapis, yang akan membantu nyonya Mulia," kata Randy sambil mengulurkan tangannya kepada Elgara.

"Salam kenal dokter, suatu kehormatan bisa bertemu dan mendapatkan dokter seperti dokter Randy untuk mama saya, nama saya Elgara," ungkap Elgara sambil tersenyum bahagia.

Mereka pun berjabat tangan dan saling berkenalan satu sama lain. Dan mulai hari itu mama Mulia resmi menjadi pasien Randy.

Keesokan harinya ...

Seperti biasa Maudy membuka toko bunga nya di pagi hari, karena ia tinggal di dalam toko tersebut itu membuat nya selalu membuka toko lebih awal dari jadual biasanya.

"Selamat pagi," ujar seseorang yang berdiri di hadapan Maudy saat ini.

Maudy mendongak melihat siapa yang berada di hadapan nya.

"Kamu?" ujar Maudy sambil menujuk wajah orang tersebut.

"Aku ingin setangkai mawar merah," kata orang tersebut sambil menatap Maudy.

"Ah iya tunggu sebentar," Maudy pun mengabaikan tatapan Randy yang kemudian mengambil mawar yang di di inginkan Randy.

"Apa? Dia meninggalkan ku begitu saja? Setelah bilang kamu?" kata Randy kesal.

Ya Randy sengaja datang pagi-pagi ke toko bunga sebelum ia ke RS untuk membeli bunga dan bertemu Maudy.

Lima menit kemudian Maudy datang dengan setangkai bunga mawar merah yang di inginkan Randy.

" Ini untuk mu," kata Maudy memberikan nunggu tersebut kepada Randy.

"Terima kasih," Randy membayar nya melalui ponselnya.

"Baik ada yang bisa aku bantu lagi? Tuan?" tanya Maudy yang merasa aneh karena Randy tak juga pergi dari sana.

"Ah aku ingin tau, siapa nama mu?" ujar Randy lagi.

"Huhh, nama ku ..." Baru saja Maudy hendak menjawab nya, tiba-tiba sebuah mobil hitam yang di kenali Maudy berhenti tepat di depan toko nya.

Perasaan Maudy yang semula tenag kini tiba-tiba menjadi kacau.

Terlihat Elgara turun dari mobil hitam tersebut bersama dengan Mona yang selalu berada di samping nya sekarang.

"Mereka terlihat cocok," batin Maudy sambil menahan panas di hati nya.

Randy yang melihat Maudy teridam pun berbalik dan melihat ke arah belakang nya.

Elgara dan Mona berjalan menuju ke arah mereka.

"Tuan Elgara, kebetulan sekali bertemu di sini," ujar Randy yang tidak mengerti apa-apa.

"Ah dokter Randy, anda di sini? Membeli bunga?" kata Elgara sejenak mengabaikan Maudy yang menatap nya.

"Ya, apa kau dan pacarmu juga ke sini untuk membeli bunga?" tanya Randy lagi.

"Dokter Randy?" batin Maudy.

"Ah tidak, aku punya urusan lain dengan dia," kata Elgara menujuk Maudy.

"Ada apa? Katakan saja," jawab Maudy memasang wajah datar dan berusaha untuk tetap tenang dan tegar.

"Ini surat pengadilan agama, kau harus datang untuk menyelesaikan semuanya bersama ku, kita akan segera berpisah," kaya Elgara yang tidak sungkan mengatakan hal tersebut di hadapan Randy.

Seketika Randy terkejut melihat hal itu, dia tidak menyangka kalau Maudy ternyata adalah istri dari Elgara.

"Maaf aku jadi ikut campur, kalian ini suami istri?" ujar Randy menujuk Elgara dan Maudy.

"Sebentar lagi sudah tidak," kata Elgara dengan wajah sinis nya menatap Maudy.

"Dia benar, aku akan datang dan menyelesaikan nya, jadi kalian boleh pergi dari sini sekarang aku ingin melanjutkan pekerjaan ku," kata Maudy sambil tersenyum palsu.

"Semoga hari-hari menyenangkan Maudy," kata Mona yang kemudian menarik tangan Elgara pergi dari sana.

"Tunggu, dokter Randy, kau tidak pergi?" Tanya Elgara kepada Randy.

"Ah anda duluan saja, aku masih ada urusan dengan nona Maudy," ucap Randy yang barusan mengetahui nama dari penjual bunga tersebut.

Melihat itu Mona kembali menarik Elgara masuk ke dalam mobil dan mereka pun meningalkan tempat tersebut.

"Nama ku Maudy?" tanya Randy kepada Maudy yang saat itu menatap selembaran yang dia pegang dengan beberapa bulir bening yang sudah menetes.

Randy menatap iba wajah Maudy, tak terasa dengan ringan tangan nya menyeka air matanya Maudy.

"Tenang lah jangan menangis, ini adalah kehidupan setiap pertemuan pasti ada perpisahan, maaf karena sudah ikut campur tapi kenapa kalian berpisah?" tanya Randy penasaran.

"Hiksss ... Hikss ... Hiksss ..." Tidak ada penjelasan dari Maudy melainkan sebuah tangisan kesedihan.

Randy yang mengerti pun segera membawa nya masuk ke dalam toko untuk menenangkan Maudy.

Bersambung ....