Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~05
"Apa yang terjadi ?" tanya seorang pria paruh baya saat mobil yang di kendarai oleh asistennya itu berhenti mendadak, namun tiba-tiba....
Dorr
Dorr
"Hei tuan, apa kau tidak mempunyai mata? lihatlah aku terjatuh gara-gara mobilmu." tiba-tiba seorang gadis menggedor kaca mobil milik pria itu sembari marah-marah.
"Siapa gadis itu ?" pria paruh baya yang sedang duduk di jok belakang mobilnya nampak mengernyit saat melihat seorang gadis muda tiba-tiba melabrak asisten sekaligus sopirnya tersebut.
"Saya akan segera menanganinya, tuan." sang asisten segera berlalu keluar.
"Hei nona, berhenti! kamu tahu berapa harga mobil ini ?" ucapnya saat gadis itu juga menendang roda mobilnya.
"Aku tidak peduli, gara-gara paman membawa mobil dengan kebut-kebutan lihatlah aku jadi terjatuh dan apa paman tahu aku juga harus mengganti kerusakan sepeda ini pada bosku." protes Sofia dengan kesal saat melihat rantai sepedanya putus.
Pria itu nampak melihat keadaan sepeda milik gadis itu lantas mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Ambillah, ku rasa ini lebih dari cukup dan jangan mencoba-coba menipuku !!" ucapnya dan tentu saja langsung di ambil oleh Sofia.
Selanjutnya pria itu kembali masuk ke dalam mobilnya dan sang tuan pun yang sedari tadi memperhatikan perdebatan mereka dari dalam mobilnya nampak menatap Sofia yang terlihat menggerutu.
"Dasar gadis berandalan apa orang tuanya tidak pernah mengajarinya sopan santun ?" ucapnya kemudian.
"Begitulah remaja yang tinggal di pinggiran kota tuan, mereka lebih suka bersikap semaunya sendiri." timpal sang sopir.
Tuannya itu nampak menatap Sofia dan pandangan mereka terlihat bertemu sesaat sebelum mobilnya itu berlalu pergi.
Kemudian pria itu menghela napasnya sejenak, seandainya putrinya tidak hilang mungkin sudah sebesar gadis itu.
Hanya saja sudah 16 tahun berlalu dan harapannya untuk menemukannya pun sudah pupus, meski pria itu sudah mengikhlaskannya namun perasaan bersalah di hatinya takkan pernah bisa hilang.
Begitulah seorang James Scott menghukum dirinya sendiri, sepanjang hidupnya pria itu hampir tak pernah tersenyum dan selalu meratapi takdir hidupnya.
"Dasar orang kaya sombong." gerutu Sofia seraya menatap kepergian mobil mewah tersebut.
Kemudian gadis itu nampak meringis saat merasakan perih di lututnya, rupanya celananya sedikit sobek dan meninggalkan goresan luka di kulitnya.
Dengan tertatih Sofia menuntun sepedanya yang rusak, beruntung pesanan pelanggannya sudah ia antar semua dan kini gadis itu berencana untuk memperbaiki sepedanya.
"Sofia ?" panggil seseorang hingga membuat Sofia yang sedang duduk sembari menunggu sepedanya di perbaiki langsung menoleh ke sumber suara.
"Dani ?" ucapnya saat melihat seorang pemuda datang menghampirinya.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini ?" ucap Dani kemudian.
"Aku sedang memperbaiki rantai sepedaku yang putus." sahut Sofia.
"Tapi ini hampir petang, Sofia." timpal pria itu.
"Tidak apa-apa." Sofia nampak mengulas senyumnya menatap teman barunya tersebut.
Wajah pria itu dengan foto yang di tunjukkan oleh Sarah tadi siang benar-benar sangat mirip, apa mereka orang yang sama? namun penampilan Dani sangat berbeda dengan pemuda yang bernama Daniel itu.
Dani yang menggunakan kacamata terlihat lebih kalem dengan rambut di belah samping, sementara pria yang bernama Daniel penampilannya sangat modern dan tanpa kacamata tebal yang membingkai matanya seperti anggota gengnya yang lain.
"Kamu tinggal di mana, Sofia ?" tanya Dani kemudian.
"Sekitar 2 kilometer dari sini." sahut Sofia setelah sepedanya selesai di perbaiki.
"Itu lumayan jauh, apa mau ku antar ?" tawar Dani kemudian.
"Dan meninggalkan sepeda bosku di sini? sepertinya itu bukan ide yang bagus." tolak Sofia dengan sedikit terkekeh.
Dani nampak menatap sejenak box yang berada di atas sepeda Sofia. "Baiklah, berhati-hatilah dan sampai bertemu di kampus." ucapnya kemudian.
"Hm, tentu saja." timpal Sofia.
Setelah itu Dani segera berlalu pergi dari sana menggunakan mobil antiknya, mobil kuno dengan harga selangit.
Sementara itu Sofia bergegas kembali ke restoran tempatnya bekerja, karena ia harus membantu lagi di sana sampai restoran tersebut tutup.
Beberapa hari kemudian tepat sehari sebelum masuk ke universitas barunya Sofia berhasil mengumpulkan uang untuk menebus seragamnya.
Rupanya kerja kerasnya tak sia-sia hingga pada akhirnya ia bisa menunjukkan seragam kuliahnya pada sang ayah.
"Bagaimana menurut ayah ?" ucapnya pagi itu saat ia mengenakan seragam barunya.
"Sangat cocok denganmu, Nak. Kamu lebih pantas memakainya, ya kamu memang pantas dan seharusnya memang seperti itu." timpal Marco pada sang putri.
"Benarkah ?" Sofia masih nampak tak percaya ia bisa berkuliah di fakultas sebagus itu dan ia pun sudah mencari tahu jika alumni mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di sana semuanya telah sukses dan ia juga ingin menjadi bagian dari mereka hingga kelak kehidupannya dengan sang ayah akan lebih baik.
"Aku berjanji akan belajar dengan giat yah dan setelah aku sukses nanti kita akan pindah ke rumah yang lebih layak." ucap Sofia kemudian.
"Kamu akan sukses Nak dan ayah percaya itu." timpal Marco memberikan semangat.
Beberapa saat kemudian Sofia telah tiba di kampus barunya, saat hendak memasuki gerbang universitasnya tiba-tiba beberapa mobil mewah melewatinya dan berhenti tepat di depan kampus tersebut.
Nampak beberapa mahasiswa keluar dari deretan mobil mewah itu dengan sang sopir yang siap membukakan pintu untuk mereka.
Begitulah kehidupan anak-anak orang kaya semua serba di layani dan berbanding terbalik dengannya yang harus menempuh 15 menit berjalan kaki setelah turun dari kereta untuk sampai di kampusnya.
Tak ingin larut dalam pemandangan yang mungkin takkan bisa ia jangkau meski hanya dalam mimpi sekali pun, Sofia segera melangkahkan kakinya masuk.
Saat melewati setiap sudut kampus semua mahasiswa nampak menatapnya dengan pandangan merendahkan, tentu saja mereka segera mengenalinya karena wajahnya terpampang di papan informasi sebagai mahasiswa baru jalur khusus.
Tak satupun mahasiswa yang mau menyapanya namun itu tak membuat Sofia berkecil hati, ia datang ke sini untuk belajar dan bukan untuk mencari teman.
Beberapa saat kemudian para murid nampak saling berlari menuju gerbang kampus terutama para gadis dan tentu saja itu membuat Sofia penasaran lantas mengikuti mereka.
"Kamu tahu ini tahun terakhir Ariel berada di kampus ini, sepertinya aku akan patah hati jika dia lulus nanti."
Samar-samar Sofia mendengar obrolan beberapa gadis yang nampak sedang berbaris rapi seakan sedang ingin menyambut seseorang.
"Benar, kita harus membuat hari-hari Ariel bahagia karena itu juga pasti akan berpengaruh pada bisnis keluarga kita." timpal yang lainnya.
"Ya kau benar." semua nampak menyetujui perkataan temannya itu.
"Dasar penjilat." gumam Sofia lirih namun sepertinya terdengar oleh mereka.
"Kau bilang apa ?" ucap seorang gadis cantik dengan penampilan glamornya.
"Tidak ada." sahut Sofia seraya melirik name tag gadis itu yang rupanya bernama Rebeca.
"Hei, bukankah kamu murid baru dari jalur khusus itu ?" tanya teman sebelah gadis itu.
"Hm, perkenalkan aku Sofia." ucap Sofia seraya mengulurkan tangannya, namun mereka semua nampak enggan membalas jabat tangan gadis itu dan itu sudah bisa Sofia tebak karena memang ia hanya ingin mengetes sejauh mana mereka tak menyukainya.
"Tangan kotormu itu tidak pantas bersentuhan dengan tangan kami." ucap Rebeca dengan tersenyum sinis lantas segera mengajak teman-temannya berlalu dari sana saat sebuah mobil berhenti tepat di gerbang kampus.
Kemudian nampak seorang pria tampan keluar dari mobil tersebut dan di ikuti oleh kedua kawannya.
"Ariel selamat datang di semester baru ini dan ini hadiah kecil dari kami buat kamu." Rebeca nampak menyerahkan sebuah bingkisan pada Ariel, seorang pemuda putra dari pemilik kampus tersebut.
Ariel nampak menatap bingkisan tersebut dengan malas. "Apa tidak ada yang lebih menarik dari ini ?" ucapnya kemudian dan tentu saja itu membuat semua mahasiswa yang ada di sana langsung mengerti maksud pria itu dan tiba-tiba mereka semua nampak menatap ke arah Sofia.
"Ke-kenapa kalian menatapku seperti itu ?" ucap Sofia tak mengerti.