S 4
Rangga begitu terpuruk saat Fiona, istri tercintanya meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua mereka. Di saat duka masih menyelimuti, ia dipaksa menikahi Flora yang merupakan adik kembar mendiang istrinya, demi memberikan kasih sayang sosok ibu untuk kedua anaknya.
Mampukah Flora menghadapi sikap Rangga yang dingin dan terkadang tak ramah padanya, sementara hatinya pun sedang tak baik-baik saja. Selain duka atas kepergian saudari kembarnya, ia juga terpaksa harus memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. TEKAD
"Dia ngomongin apa tadi sama kamu?" Tanya Farzan sembari melirik sang adik yang duduk di sebelahnya. Beberapa saat mobilnya melaju dalam keheningan, akhirnya ia membuka suara. "Kayaknya serius banget," lanjutnya lagi. Meski merasa kesal karena menunggu hampir 1 jam namun, dia penasaran juga tentang apa yang dibicarakan oleh Rangga pada Flora.
"Sejak kapan Kak Farzan jadi kepo begini?" Bukannya menjawab, Flora malah mengajukan pertanyaan yang membuat sang kakak mendelik kesal.
"Flo, kakak serius nanya ya!"
Flora terkekeh, "Tanya aja sama orangnya langsung." Ujarnya cengengesan.
"Jawab aja apa susahnya? Dasar!" Farzan memutar bola matanya jengah.
"Kalau beneran pengen tahu, Kakak telepon aja Kak Rangga langsung. Masih punya nomor teleponnya, kan? Kalau gak punya, nih aku ada." Flora merogoh tasnya mencari ponsel.
"Udahlah Flo, mending Kakak gak usah tahu!" Semakin kesal saja Farzan dibuatnya.
Flora tersenyum puas melihat wajah kakaknya yang ditekuk, sudah lama memang ia tidak membuat kakak tertuanya itu kesal seperti ini.
Arkan yang duduk dibelakang, ikut tersenyum melihat interaksi kakak adik didepannya. Netranya terpaku pada kaca spion didepan yang memperlihatkan dengan jelas Flora tersenyum lepas. Sudah lama, sejak Flora menikah dengan Rangga ia baru melihat senyum itu lagi.
Dan melihat bagaimana Flora membuat Farzan kesal, ia terhanyut dalam kenangan. Dulu, ketika masih menjadi kekasihnya, beginilah sikap Flora. Gadis bar-bar yang suka buat rusuh dan membuat semua orang menjadi kesal terutama dirinya.
Ditanya malah balik nanya, udah itu jawabannya muter-muter bikin kesal bin dongkol. Tapi ia menyukai itu, menurutnya Flora gadis unik yang tiada duanya. Meski bar-bar tapi menjadi kesayangan semua keluarga.
Setelah duka itu, yang pergi bukannya hanya Fiona tapi juga sikap bar-bar Flora. Entah bagaimana, Arkan juga tidak mengerti kenapa Flora bisa berubah menjadi sosok keibuan seperti Fiona.
"Kak, bisa tolong berhenti di situ sebentar?" Arkan menepuk pundak Farzan lalu menunjuk kearah penjual es kelapa muda.
Farzan mengangguk, ia mulai menepikan mobilnya mencari tempat parkir.
"Kita turun yuk, minum es kelapa." Ajak Arkan, dia menatap Farzan kemudian menatap Flora. Berharap mantan sekaligus adiknya itu masih mengingat momen yang pernah mereka lalui, salah satunya minum es kelapa di pinggir jalan.
"Boleh juga, kebetulan tenggorokanku terasa kering." Farzan melirik adiknya masih dengan eksepsi kesal. Setelah melepas seatbelt nya, ia lalu turun.
"Ayo Flo, aku bantu turun." Tawar Arkan yang masih duduk di bangku penumpang.
"Gak usah Kak, biar aku di mobil saja." Tolak Flora. Melihat penjual es kelapa itu, ia pun teringat kenangannya bersama Arkan dan mungkin saja pria itu memang sengaja singgah untuk mengenang kisah mereka. Tapi baginya, kisah yang sudah berakhir tak perlu dikenang lagi. Meskipun nanti, ia akan benar-benar bercerai dengan Rangga, rasanya tak akan mungkin lagi menjalin hubungan dengan Arkan. Meski Arkan masih berharap padanya, tapi ia yang mengingkari janji merasa dirinya sudah tak pantas untuk laki-laki sebaik Arkan.
Pintu disampingnya terbuka, Flora tersenyum pada kakaknya yang mengulurkan tangan padanya. Ia pikir Farzan akan mengabaikannya karena sudah membuatnya kesal, tapi ternyata tidak. Sang kakak masih perhatian padanya.
Dengan senang hati Flora menyambut uluran tangan Farzan, dengan begitu hati-hati Farzan membantu adiknya turun dari mobil. Lalu menuntunnya duduk disebuah bangku panjang yang memang disediakan oleh penjual es kelapa tersebut.
Arkan tersenyum getir melihatnya, ia pun turun dari mobil dengan nampak lesu. Yah, ia memang sengaja singgah agar Flora mengingat masa kebersamaan mereka. Jika bukan sebagai mantan, setidaknya Flora mengingat kebersamaan mereka sebagai kakak adik. Tapi sepertinya, Flora memang benar-benar ingin menjaga jarak darinya dari hal apapun itu.
"Pak, es kelapanya 3 ya." Usai memesan, Arkan lalu ikut duduk di bangku panjang itu tepatnya di samping Flora. Kini posisinya, Flora berada ditengah-tengah antara Farzan dan Arkan dengan jarak yang hampir bersentuhan.
'Sepertinya, Arkan memang sedang berusaha mendekati Flora lagi.' Gumam Rangga yang memperhatikan dari dalam mobilnya.
Yah, sejak dari rumah sakit, Rangga memang mengikuti mobil Farzan. Keberadaan Arkan sungguh menganggu suasana hatinya, terlebih sekarang melihat Arkan dan Flora duduk berdampingan membuatnya semakin yakin jika Arkan memang ingin mendekati Flora lagi. Ada rasa tak rela dihatinya, tekad memperjuangkan itu semakin kuat.
Rangga mengusap rambut Kiara yang sejak tadi diam, gadis kecil itu jadi mogok bicara karena papanya tidak bisa menepati janji yang katanya akan membawa mama Flora pulang bila ia sudah sembuh. Tapi nyatanya, setelah urusannya selesai di rumah sakit, Flora malah ikut pulang bersama Farzan dan bukan bersamanya.
"Hei, udah dong merajuknya. Ya udah, sekarang kita ke rumah Kakek Farhan ya,"
Mendengar itu Kiara dengan cepat mendongak menatap papanya. "Mau ajak Mama Flora pulang ya, Pa?"
Rangga hanya tersenyum, ia tak mau lagi menjanjikan sesuatu pada putrinya yang belum tentu bisa ia tepati. Tapi yang pasti, ia akan berusaha menepati. Seperti yang dikatakan Flora, orangtuanya yang akan memutuskan maka ia akan berusaha meluluhkan hati kedua mertuanya itu.