Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 3: Permulaan
Isa menyiapkan semua berkas dengan teliti agar tuan Willy tidak menolaknya lagi, kali ini semua harus berjalan lancar jika tidak habislah dia, tak punya muka lagi di depan Daddynya, maupun karyawannya.
Padahal dia yang mengajukan diri untuk proyek ini dan dia juga tak mau di bilang bisa bekerja di perusahaan karena backingan daddynya, Marvin.
Jadi dia harus bisa membuat Willy menjadi investor untuk proyek barunya.
Isa menghela nafasnya sekali lagi melihat penampilannya, dia sudah rapi dan memastikan jika dia sudah cantik.
Isa mengeryit kenapa jadi itu yang dia pikirkan. Isa berdecak "Aku memang selalu cantik." Isa tertawa.
Isa meraih tasnya dan memasukkan semua berkas ke dalam tas kerjanya lalu keluar kamar hotel.
...
Dia Aula hotel semua sudah di siapkan, seminar bisnis yang di adakan memang untuk para pengusaha dari berbagai negara, Isa beruntung karena mendapatkan undangan tersebut, terlebih tuan Willy akan hadir di acara ini, jadi Isa memanfaatkan waktunya untuk bisa menemui tuan Willy, semoga saja bisa!.
Willy tak bisa membuat Daren diam, bocah itu ingin ikut, tapi juga terus merajuk jika dirinya merasa bosan, lagi pula bagaimana bisa seorang anak kecil ikut dalam seminar bisnis, jika bukan dirinya yang akan menjadi motivator, Willy mungkin memilih membatalkan kehadirannya.
Tapi acara ini sangat penting karena di hadiri pengusaha dari berbagai negara, lalu bagaimana jika Willy membatalkannya? Tentu saja itu tidak mungkin, jadi solusinya adalah membiarkan Daren ikut.
Willy berdiri saat ponselnya berdering, sambil menerima panggilan Willy membelakangi Daren.
Bocah kecil itu menggerakkan kakinya yang menggantung di kursi ruang tunggu khusus untuk mereka, karena acara belum di mulai jadi Willy membawa Daren menunggu di sana, Daren melihat berbagai makanan kesukaannya di atas meja, tapi tetap saja dia tak bernafsu memakannya, Daren cemberut. Andai dia punya ibu di rumah dia tak perlu merengek ikut Daddynya karena kesepian.
Daddynya juga sering pergi ke luar negeri beberapa hari dan meninggalkannya dengan seorang Bibi.. Baby sitter yang di pekerjakan Daddynya.
Bibi itu sangat baik, tapi tetap saja Daren ingin Willy atau wanita yang bisa di sebut Mommy olehnya.
Daren sendiri tidak mengerti kenapa dia tak punya Mommy, di saat semua orang memilikinya.
Daddynya bilang Mommynya sudah tiada dan bahagia di surga sana, tapi kenapa jika Mommynya bahagia dia tidak mengajaknya ikut agar mereka bisa bahagia bersama.
Daren menoleh dan melihat Willy masih bicara lewat telepon, Daren yang semakin bosan menurunkan kakinya dan keluar dari ruang tunggu.
Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.." tunjuknya pada Isa.
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
....
Saat Daren sibuk mengobrol dengan Isa, Willy yang baru saja selesai dengan ponselnya terkejut mendapati Daren sudah tidak ada di kursi "Daren?"
Willy ber jalan ke arah kamar mandi, "Nak, kau di dalam.." Willy mendorong pintu tersebut dan mengeryit saat melihat kamar mandi kosong.
Willy berjalan keluar dari ruang tunggu dan meneliti sekelilingnya tidak terlihat Daren ada disana "Cari putraku dia hilang!." Willy semakin panik saat dia masuk tadi dia tak membawa Bodyguardnya, karena merasa penjaga disana juga cukup ketat apalagi ini adalah hotel miliknya jadi Willy menurunkan kewaspadaannya.
Wily mengedarkan pandangannya ke arah aula tempat diadakannya seminar yang akan berlangsung beberapa menit lagi namun Daren juga tak terlihat di sana "Cari dengan teliti pastikan tidak membuat keributan!." titahnya pada seorang pria berbaju hitam.
Mereka juga harus memastikan para tamu tidak terganggu, sudah banyak yang menempati kursi tamu dan menunggu acaranya di mulai.
Willy mulai panik saat menit demi menit anaknya tak juga di temukan, dia kira anaknya yang nakal itu sedang bersembunyi namun saat bodyguard mengabarkan jika Daren tak di temukan di aula, Willy semakin cemas.
Willy mengusap wajahnya kasar, di saat yang sama ponselnya berdering, Willy mengeryit saat nomer tersebut adalah no hotel yang sedang dia pijaki sekarang "Hallo.."
"Hallo tuan, ada seorang wanita membawa putra anda.." Willy tak lagi mendengarkan dan berlari ke arah dimana ruang keamanan berada.
Dia sudah panik dan mencari di aula, dia kira Daren bermain di sana, tapi kenapa bisa anak itu keluar aula tanpa penjaga tahu.
Saat melihat ruang keamanan, Willy tak menghiraukan sekitarnya dan hanya melihat putranya itu duduk tersenyum dengan lolipop di tangannya.
"Astaga.. Daren.." Willy berjongkok dan memeluk Daren "Aku kira kau hilang.." Willy meneliti wajah Daren yang mendengus.
"Aku sudah besar, tidak akan hilang, lagi pula orang ini mengenalku.." Daren melihat seorang keamanan yang mengangguk hormat pada Willy. Ya, beruntung mereka mengenal Daren sebagai putra pemilik hotel ini jadi mereka tak kesulitan mencari orang tua anak yang katakan hilang ini.
"Terimakasih."
"Sama- sama tuan." petugas keamanan itu mengangguk bangga, namun kebanggaannya tak berlangsung lama saat Daren berkata..
"Untuk apa berterimakasih padanya, dia hanya menghubungimu, yang membawaku kemari bukan dia.." Willy mengeryit, sedangkan si petugas wajahnya memerah.
"Apapun itu kau harus berterimakasih, karena dia sudah membantumu menghubungi ku."
"Dad, kau lupa.. Aku memiliki ponsel. Untuk apa aku meminta orang lain menghubungimu." Willy tercengang, benar putranya ini memiliki ponsel tapi saking paniknya dia tak ingat dan seperti orang bodoh mencarinya.
"Jika aku tidak menghubungimu itu artinya aku tidak membutuhkannya, tapi dia malah menghubungimu, sekarang gara- gara dia aku gagal memiliki ibu." keluhnya.
Petugas keamanan menelan ludahnya kasar saat mendengar penuturan anak kecil putra tuannya itu, tak menyangka jika anak ini bisa berkata seperti orang dewasa, sedangkan tadi anak itu hanya mengangguk lugu di depan gadis yang menemukannya.
Apa bocah ini sedang berperan..
...
Isa masih tertegun saat dia sedang bicara di telepon tadi di depan pintu aula, seorang anak menarik roknya dan ternyata dia adalah putra dari tuan Willy.
Isa masih diam di sana melihat interaksi antara Willy dan Daren, terlihat Willy meneliti seluruh tubuh Daren dan memastikan anaknya itu baik- baik saja, lalu kembali memeluknya, entah apa yang mereka bicarakan jaraknya hanya beberapa meter namun pintu kaca itu tertutup rapat dan dia hanya bisa melihat dari gerakan dan raut wajah Daren dan tuan Willy.
Dinding ruang keamanan yang juga terbuat dari kaca membuat Isa semakin leluasa melihat ke dalam sana, dan Isa melihat jika keduanya mungkin tengah berdebat.
Isa menghela nafasnya lalu melangkah pergi, sempat terpikir memanfaatkan momen ini untuk bertemu dengan tuan Willy, namun rasanya tidak pantas menggunakan anak kecil sebagai alat untuk mencari simpati tuan Willy.
Jadi Isa akan berusaha bertemu saat seminar berhasil, semoga dia bisa membuat janji dengan tuan Willy..
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian