Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempatnya Tergeser Oleh Adiknya
Setelah Jihan pulang ke rumah , keluarga Rafan duduk di ruamg tamu, kecuali Hary lelaki itu menolak pulang ke rumah orang tuanya.
“Nak, Jihan kenapa kamu tidak jujur kalau kamu masih hamil. Bagaimana kalau terjadi apa-apa sama bayimu Kakek akan merasa bersalah,” ujar Kakek Ali.
“Maaf Kek, saya hanya tidak ingin merepotkan.”
“Tidak ada yangg merepotkan. Kamu istri Rafan itu artinya kamu bagian keluarga ini, tetaplah di sini. Rafa akan menjaga dan melakukan tanggung jawabnya sebagai suami." lelaki tua itu menatap Rafan tegas.
Rafan menjawab, "baik Kek."
*
Setelah makan siang, Dila mengajak Jihan bicara, ia penasaran apa alasan Jihan sampai mengaku kehilangan bayinya pada mereka. Jihan akhirnya berterus terang Naya tunangan Rafan mendatanginya . Naya dan Mamanya menyebutnya Jihan merebut Rafan darinya menggunakan tubuhnya.
“Kapan Naya menemuimu?” tanya Dila penasaran.
“Seminggu sebelum pulang kampung, sudah beberapa kali bertemu dan dia selalu menuduhku merusak hubungannya dengan Rafan. Jujur aku merasa bersalah, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Mbak Naya. Karena itulah aku memilih menjauh.”
“Oh, ternyata karena itu. Apa Umi juga mengatakan sesuatu padamu?”
Jihan diam, ia tidak ingin merusak hubungan baik antara Dila dan Uminya , jadi Jihan tidak memberitahukan apa yang dilakukan ibu mertuanya padanya. Sebenarnya yang diinginkan Jihan hanya ingin pergi dari sana, kalau saja bapak mertuanya tidak ikut menjemput Jihan akan menolak pulang.
“Ji, kamu harus kuat demi bayimu, tapi … apa kamu sam Hary sudah berbaikan?” tanya Dila hati-hati.
“Sudah, jika dipikirkan semua yang terjadi bukan kesalahan dia. Aku yang masuk ke kamarnya.”
“Baiklah Ji, memaafkan dan melupakan yang terjadi di masa lalu itu jauh lebih baik,” ujar Dila.
Mereka semua tidak tahu kalau Hary sudah melakukan begitu banyak untuk Jihan. Lelaki itulah yang menyelamatkan Jihan dari aksi bunuh diri yang dingin di lakukannya. Lelaki itu berubah lebih sabar kerena Jihan. Hary tidak pernah mengalah pada siapapun tetapi pada Jihan ia akan selalu mengalah dan diam. Mereka berdua sudah melalui banyak hal.
“Aku hanya ingin pergi jauh dari rumah ini Kak, aku jauh lebih baik kost sendiri dari pada tingal di sini. Aku tidak nyaman melihat tatapan semua orang padaku,” ujar Jihan.
“Aku mengerti apa yang kamu rasakan ,Tapi kamu tidak bisa pergi Kakek dan Ayah sayang padamu. Apa kamu sudah pernah periksa dia. Maksudku USG tanya Dila.”
Jihan menggeleng, dokter cantik itu mengajaknya ke rumah sakit untuk kontrol.
“Aku tidak perlu melakukannya untuk saat ini.” Jihan menolak.
“Ji, aku ingin melihatnya. Sebenarnya obat yang aku kasih hari itu obat penguat kandungan . Maaf aku berbohong padamu. Aku hanya ingin dia baik-baik saja.” Dila akhirnya berterus terang.
“Aku berterimakasih untuk Kak Dila. Mungkin kalau aku tidak diberi itu, kemungkinan dia tidak bertahan sampai saat ini.”
Dila mengarahkan tangannya ke perut Jihan dan mengusapnya dengan lembut. “Sehat ya keponakanku,” ucap Dila.
Jihan hanya tersenyum kecil, ada perasaan kikuk saat Dila, Kakek Rafan dan ayahnya memberi perhatian lebih padanya. Saat makan Kakek Ali sampe meminta Bibi Jum membeli banyak daging khusus untuk Jihan. Ayah mertuanya dengan terang-terangan meminta Dila membeli susu hamil terbaik untuk Jihan. Rafan merasa malu melihat perhatian besar semua keluarga pada wanita yang dinikahinya tetapi dirinya belum berbuat apa-apa untuk Jihan.
“Ji, kita akan USG ya .”
"Jangan sekarang."
"Jihan, aku hanya ingin memastikan dia sehat," bujuk Dila.
“Baiklah.” Jihan tidak bisa menolak.
Setelah ijin sama keluarga, Dila masuk ke mobil ternyata Rafam juga ikut, Rafan mendengar pembicaraan mereka tadi.
"Mas, mau ikut juga?” tanya Dila.
“Iya, biar saya yang menyetir.” Dila pindah ke belakang, saat Jihan ingin pindah Rafan menatap Jihan dan bertanya, “Mau kemana?”
“Ke-kebelakang," ucap Jihan dengan gugup.
“Kalau kamu pindah ke belakang, orang-orang akan berpikir kalau aku ini supir taksi online.”
Dila tertawa mendengarnya, Jihan mengurungkan niatnya pindah ke belakang ia duduk di depan berdampingan dengan Rafan. Ia berpiki kalau pria dingin itu akan menutup mulut sepanjang perjalanan. Ternyata dugaannya salah. Ia bertanya pada Jihan alamat kostnya ia juga mengatakan akan memindahkan barang-barang Jihan dari sana.
“Oh, baiklah.” Jihan tidak bersemangat, entah kenapa pikirannya pada Hary.
‘Apa dia bisa melakukannya?’ Ia bertanya dalam hati.
Dila menyadari pikiran Jihan berkelana ke tempat lain. “Ji, kata ayah kamu dan Hary memenangkan proyek besar untuk desain sebuah hotel. Apa benar?” t
”Benar Kak,”Jihan tidak ingin membahas Hary di depan Rafan.
Rupanya Dila ingin mendengar cerita bagaimana mereka bisa bekerja sama dengan Hary.
“Sebenarnya itu gambar siapa? Kamu apa Hary?” tanya Dila.
“Hary Kak, aku hanya menambah bagian kecil-kecilnya saja. Dia sangat pintar, desainya dan gambar berkelas semua," puji Jihan
“Oh, anak itu ternyata berbakat. Mungkin bakatnya menurun dari ayah juga."
Seakan tahu dirinya sedang dibicarakan. Tiba-tiba Hary menelepon.
Jihan bigung karena ponsel baru yang diberikan Hary bisa berbunyi padahal ia belum registrasi kartu. Ia membobongkar kotak ponsel tersebut.
“Ponsel baru tapi kok sudah bisa ditelepon,” ujar Jihan masih mencoba membuka boks.
“Dari siapa memang Ji?” tanya Dila.
“Hary.” Dila menatap wajah Rafan, wajah tidak suka, “Angkat saja Ji,” pintah Dila
Jihan buru-buru mengusap panel berwarna hijau. “Halo?” wajah Jihan tegang.
“Apa kamu sibuk?” suara Hary di ujung telepon.
“Tidak juga, aku, Pak Arfan dan Kak Dila mau ke rumah sakit.
“Menganggu?”
“ Tidak, ada apa?”
“Restorannya sudah selesai,” lapor Hary.
“Benarkah!?” seru Jihan dengan suara bahagia lalu memuji Hary karena menegrjakan dengan tepat waktu,” Aku ingin melihat hasilnya, boleh kirimkan fotonya?”
Tanpa sadar bibir Jihan tersenyum bahagia, karena proyek dadakan mereka akhirnya selesai juga.Wajah Rafan mendadak berubah jadi suram, ia merasa malu dengan Dila saat bicara dengan Hary Jihan bisa tersenyun dan mengobrol dengan nyaman giliran sama Rafan Jihan terlihat takut dan tertekan. Melihat situasi yang kurang nayaman tersebut Dila memilih diam dan memainkan ponsel di tangannya.
“Harusnya jangan terlalu maju, berikan ruang di depan, kan orangnya bilang di depan akan ditaruh beberapa pot bunga,” ujar Jihan setela melihat foto.
“Oh, iya aku lupa. Aku pindahkan lagi, ada lagi yang kurang?’ tanya Hary di ujung telepon.
“Coba videocall, perlihatkan bagian dalamnnya pintah Jihan, tanpa menolak Hary melakukannya.
“Bagaimana?”
“Apa kamu menggunakan cat ping di dalamnya. Itu mirip kamar anak gadis dari pada restoran,” ujar Jihan tertawa. Dila, Rafan sampai bigung mendengar keakrapan keduanya, terdengar seperti teman yang sudah kenal lama.
“Apa itu aneh?” tanya Hary dengan wajah serius.
“Anehlah, kenapa tidak ganti dengan warna poas biar lebih hidup tambahin lampu di didekat tiangnya,” usul Jihan.
Tanpa sadar mereka berdua kembali berdebat dan Jihan lagi yang menang. “Ok, akan aku ganti. Kemarin kamu yang bilang kalau warna itu akan cocok, sekarang beda lagi,” protes Hary.
Setelah Jihan menutup telepon Dila bertanya lagi.
Mendengar keakrapan Jihan dan Hary Dila penasaran . “Sudah berapa lama kalian bekerja sama?”
Jihan menjelaskan pertemuanya pertama dengan Hary di atap gedung tepat saat ia ingin bundir. Dila kaget ternyata keduanya sudah berteman selama beberapa bulan
Jihan juga menyebut kalau Hary tidak seburuk dan senakal yang mereka sebutkan.. "Dia, orang sopan."
"Apa kamu benar-benar memaafkannya Ji."
"Aku tidak meyalahkannya lagi, aku berpikir itu tidak sepenuhnya salah Hary dan aku juga salah," tutur Jihan.
Mendegar itu Dila langsung diam sementara Rafan menatap dengan sinis ia menaydari telah melakukan kesalahan besar, membiarkan adiknya bersama istrinya telah menimbulkan sesuatu diantara keduanya.
'Aku tidak akan membiarkan Hary mendekati Jihan lagi' ucap Rafan dalam hati
'Apa Jihan jatuh cinta pada Hary?' Dila menimang ucapan Jihan.
Bersambung
Bantu vote, like, komen ya berikan juga hadiah ya.
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.