Kupikir aku akan bahagia menikah dengan seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo. Wajahnya yang sangat tampan dengan tubuh atletis tenyata tak bisa memberikan kenikmatan di ranjang.
Pria itu impoten dan mempunyai keanehan lain saat berada di ranjang.
Aku merasa kecantikan dan kemolekan tubuhku tak berguna. Hanya saja ia sangat baik dan loyal padaku. Semua hartanya yang banyak itu bebas aku gunakan yang penting ia puas menyiksaku.
Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau memilih mencari kebahagiaan lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Om Dimas
Arjuna turun dari mobilnya kemudian menghampiri saudara kandung papanya yang sangat dekat dengannya itu.
Dimas yang tidak tahu kalau Arjuna akan datang di lokasi langsung tampak kaget dengan kedatangan sang ponakan. Akan tetapi ia berusaha untuk bersikap santai.
Pria paruh baya itu tersenyum seraya menepuk jaket kulit yang sedang dipakainya. Ia berpura-pura seolah-olah baru saja mengerjakan banyak pekerjaan. Setelah itu ia menjemput pria yang merupakan pewaris tunggal kerajaan bisnis Sastrowardoyo, sang kakak.
"Arjuna, anakku. Kenapa kamu tidak bilang kalau akan datang?" ucap pria itu seraya memeluk Arjuna dengan sangat akrab seolah-olah mereka baru saja bertemu setelah sekian lama.
"Kenapa Om? Bukankah aku yang harusnya menanyakan hal itu padamu?" balas Arjuna dengan tangan menepuk pelan punggung pria itu.
Dimas pun melepaskan pelukannya kemudian tersenyum lalu berucap, "Aku tentu saja datang kemari karena aku ingin mengawasi pekerjaan karyawan dan tukang yang sedang bekerja di lokasi ini."
"Wah, om baik sekali padahal tempat ini sangat jauh dari rumah om."
"Aku ini selalu peduli pada semua yang kamu kerjakan Jun. Jadi apapun akan aku lakukan. Tidak peduli jarak yang jauh ataupun cuaca yang ekstrim."
"Ah iya om. Aku meminta maaf dan berterimakasih banyak karena om mau membantu aku mengelola proyek ini," ucap Arjuna tersenyum.
"Ah kamu seperti orang lain saja. Aku 'kan keluarga terdekat kamu. Kalau kamu ada masalah tentu saja aku adalah orang pertama yang akan membantu dirimu."
"Iya ya om. Dan mungkin juga om adalah orang pertama yang akan melakukan sesuatu yang buruk padaku," ucap Arjuna sarkas dengan senyum tipis dibibirnya. Sedangkan Dimas langsung menatap wajah sang ponakan dengan tatapan tajam. Ia cukup tersinggung dengan perkataan Arjuna.
"Apa maksud kamu Jun?" tanya pria itu dengan dada naik turun tak nyaman.
"Ah tidak apa-apa om. Aku minta maaf. Aku hanya asal ucap saja, jadi om lupakan saja kalau memang tak pernah berpikir seperti itu," jawab Arjuna santai kemudian meninggalkan pria paruh baya itu sendirian.
"Hey! Kamu meninggalkan aku Jun?" ucap pria itu dengan langkah memburu sang ponakan. Dimas berusaha tak peduli dengan perkataan pria muda itu.
Dengan santainya ia langsung mengikuti pria itu dari belakang dan bersikap seolah-olah apa yang dikatakan Arjuna itu hanya angin lalu. Ia bertekad untuk tidak menunjukkan pada siapapun bahwa dirinya memang selalu berniat untuk mengganggu kehidupan Arjuna.
Untuk saat ini ia akan selalu tampak baik karena Ia sudah yakin bahwa semua harta warisan kakaknya akan beralih ke keluarganya sendiri jika Arjuna itu tidak mempunyai keturunan.
"Apa om ingin mengikuti aku?" tanya Arjuna seraya menghentikan langkahnya di depan kantor sementara proyek itu.
"Tentu saja Jun. Memangnya tidak boleh?"
"Boleh kok Om. Silahkan saja," jawab Arjuna seraya menyapa orang-orang yang sedang menjemputnya dengan senyum diwajahnya.
Diantara mereka adalah Vincent, sahabatnya yang merupakan pimpinan proyek real estate itu. Pria itu langsung tersenyum dengan tangan terbuka lebar. Ia memeluk Arjuna dan langsung menanyakan kabar keluarga sang CEO, "Bagaimana kabar ibu dan bapak Sastro Jun?"
"Alhamdulillah baik. Kalau kabar kamu bagaimana setelah hidup di daerah yang jauh dari gadis-gadis cantik Vin?" Arjuna balas bertanya dengan senyum diwajahnya.
"Alhamdulillah baik!" jawab Vincent tersenyum kemudian melanjutkan," Aku suka berada di sini karena yang aku lihat hanya bahan bangunan dan juga pekerja yang rindu pada keluarganya."
"Oh ya?" ucap Arjuna dengan bibir berkedut ingin tertawa.
"Tentu saja Jun. Setidaknya bukan aku saja yang menderita karena tak punya pasangan di dunia ini, huffft!"
"Makanya nikah biar kamu tidak jomblo hahaha!" Arjuna langsung tertawa terbahak-bahak.
"Hum. Emangnya apa enaknya menikah?!" ucapnya menyindir.
"Ya semuanya enak. Nanti deh kamu akan merasakannya. Pokoknya enak banget hahaha!" Pria itu pun tertawa lagi dengan sangat bahagia. Untuk beberapa saat, ia lupa kenapa ia datang ke tempat itu dan meninggalkan sang istri tercinta.
Vincent Ikut tertawa. Awal-awal menikah Arjuna selalu datang padanya untuk curhat ini dan itu. Dan sekarang ketika sudah merasakan enaknya menikah malah sudah melupakannya.
Cih! Apanya enak kalau tongkatmu itu sudah tidak sakti lagi karena sudah aku berikan obat yang cukup keras, ucap Dimas dalam hati.
Dimas yang ada di sana jadi merasa tidak dianggap. Dua orang sahabat itu tak berhenti tertawa dengan candaan-candaan lucu. Ia pun ikut tertawa meskipun sangat sumbang. Sungguh, ia ingin berpura-pura merasa tertarik dengan pembicaraan mereka berdua agar ia tidak seperti orang bodoh.
Kamu pura-pura bahagia di dalam pernikahan kamu Jun, padahal aku tahu betul bagaimana rasanya menjadi seorang impoten, ucap pria itu dalam hati.
Setelah selesai bercanda dan mengobrol dengan Vincent. Arjuna membuka jaket dan juga topinya untuk ia ganti dengan pakaian seragam keamanan kerja. Sebuah rompi serta sebuah helm untuk keselamatan kerja di daerah proyek pun ia gunakan.
"Menurut Om, apakah proyek ini berjalan dengan baik?" tanya Arjuna seraya menatap sang om.
"Tentu saja Jun, sejauh yang aku lihat proyek ini berjalan dengan baik meskipun ada banyak kekurangan di sana-sini sih, ya itu karena kamu tidak mempercayakan aku sebagai pimpinan proyek dalam pengerjaan real estate ini." Dimas langsung mengajukan protes. Arjuna hanya tersenyum karena sudah sangat hafal karakter Om nya itu.
"Kamu lebih mempercayai orang lain Jun daripada keluargamu sendiri," lanjut Dimas seraya menatap Vincent, sang pimpinan proyek pilihan Arjuna. Ia merupakan sahabat dekat Arjuna.
Vincent hanya diam saja dan hanya membalas tatapan tajam pria itu dengan senyum diwajahnya.
"Jika kamu mempercayakan semuanya pada om untuk mengawasi proyek ini maka bisa dipastikan semuanya berjalan dengan sangat baik."
Arjuna tidak menjawab. Ia hanya tersenyum seraya menatap Vincent dengan tatapan penuh arti. Ia berharap sahabatnya itu tidak tersinggung karena hal itu sudah berkali-kali dikatakan oleh Dimas setiap ada kesempatan.
Arjuna melangkahkan kakinya memasuki area proyek ditemani oleh Vincent dan beberapa pekerja di dalam pekerjaan besar itu.
Dimas pun ikut di belakang mereka setelah menggunakan perangkat keselamatan kerja yang sudah disiapkan oleh perusahaan Arjuna.
"Lihatlah Jun, karena pengawasan aku di tempat ini yang tidak kamu anggap ternyata bisa membuat pekerjaan di sini aman."
"Iya om. Syukur alhamdulillah kalau memang seperti itu. Tapi sayangnya aku baru mendapatkan laporan dari pak Vincent kalau terjadi perampokan bahan-bahan bangunan yang akan digunakan untuk proyek ini om. Apakah itu benar terjadi?"
Deg
Wajah Dimas langsung memucat. Tubuhnya pun ikut membeku.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?