Bertahan Mencintaimu

Abimayu masih terfikirkan perkataan Ana semalam. Dia merasa telah sangat dibohongi oleh Ana selama ini.

"Abi, ini berkas kerjasama yang akan kita lihat dua hari yang lalu." Heri sang sekretaris berkata sambil memberikan sebuah berkas di hadapan Abimayu.

"Saat ini, Abimayu tidak mengubris perkataan Heri, dia termenung di tempat duduknya.

" Abi!" ulang Heri memanggil.

"Ya, letakkan saja, nanti aku akan melihatnya."

Meski terlihat sedang sedang bermenung, ternyata Abimayu masih mendengar apa yang dikatakan Heri kepadanya.

"Kamu terlihat sedang memikirkan sesuatu? kenapa?" tanya Heri penasaran. Seorang Heri yang merupakan sekretaris sekaligus teman dekat Abimayu, akan tetap bertanya jika ada sesuatu yang tidak biasa terlihat dari diri Abimayu.

"Tidak, lanjutkan saja pekerjaanmu."

"Hemmm sekarang selalu menyembunyikan dariku dan tidak ingin bercerita."

"Heri,aku sedang tidak memikirkan sesuatu" Abimayu berkata bohong.

"Aku tahu kamu Abi, tapi tidak masalah, aku akan menunggu kamu nanti untuk bercerita!" Heri mengalah dan tidak ingin memaksa.

Abimayu menghembuskan nafasnya sedikit kuat, lalu mulai memeriksa berkas yang diberikan Heri kepadanya.

...----------------...

Ketika sore, sepulang bekerja, Abimayu tidak langsung pulang ke rumah. Fikirannya masih terasa kacau, dan dia sangat membutuhkan sesuatu untuk menenangkan dirinya saat ini.

Abimayu membelokkan mobilnya ke sebuah tempat yang selama ini sering ia kunjungi, yaitu sebuah perpustakaan yang terletak di pinggir kota.

"Kamu masih saja tidak melupakan tempat ini." Seorang penjaga perpustakaan menyapa Abimayu.

"Tempat ini akan selalu aku kunjungi, Pak." Jawab Abimayu tersenyum sambil masuk ke dalam perpustakaan.

Dulu masa Abimayu menempuh pendidikan sarjananya, dia sering mengunjungi perpustakaan ini. Di sinilah dia bertemu dengan seorang wanita yang disukainya. Tapi sekarang cerita itu hanya tinggal kenangan karena dia tidak berjodoh dengan wanita itu.

Saat sedang memilih buku yang akan dilihatnya, Abimayu mendengar suara yang sangat dia kenali berbicara dengan seorang pustakawan.

"Mbak, boleh tunjukkan buku yang ini?" ucap wanita itu sambil melihatkan judul buku yang akan dia cari.

Abimayu masih menjamkan pendengarannya pada suara itu.

"Terima kasih." Wanita itu berterima kasih setelah buku yang dia cari ditunjukkan oleh pustakawan.

Setelahnya Abimayu membalikkan kepalanya dan melihat wanita itu telah berjalan membelakangi nya menuju rak buku yang dia cari.

Jantung Abimayu merasakan getaran lagi setelah mendengar suara itu lagi. Abimayu mencoba menghilangkan bayangan itu dari gilirannya karena dia tahu, tidak sepantasnya lagi dia memikirkan wanita itu.

Sekitar setengah jam berada di perpustakaan itu, Abimayu memutuskan untuk kembali, dan meminjam beberapa buku untuk di bawanya pulang.

"Nayla," panggil Abimayu saat dia berada di hadapan meja pustakawan. Orang yang sejak tadi dia coba untuk hilangkan dari fikiran nya, sekarang berada tepat di matanya.

Orang itu adalah Nayla, wanita yang sempat akan dia lamar dulu.

"Abi," jawab Nayla ketika membalikkan tubuhnya sambil tersenyum

"Kamu apa kabar?" tanya Abimayu memberanikan diri. Dia hanya ingin menanyakan kabar saja, sambil berbasa-basi karena mereka telah bertemu.

"Aku baik, alhamdulillah," ucap Nayla sambil kembali membalikkan tubuhnya menghadap pustakawan, karena dia tidak ingin terlalu lama melihat ke arah Abimayu.

"Kamu masih suka datang ke sini?" tanya Abimayu lagi, karena mereka masih berada di depan pustakawan untuk mencatat daftar buku yang akan mereka bawa pulang.

"Ehmmm ya, jika ada waktu aku selalu masih suka datang ke sini..Kamu sendiri atau....?" Nayla ingin bertanya tentang istri Abimayu.

"Aku datang sendiri!" Jawab Abimayu langsung, karena dia tahu ke mana arah bicara Nayla.

Nayla hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Selamat atas pernikahan kalian." ucap Nayla. Saat ini dia telah berdiri sejajar dengan Abimayu di depan pustakawan karena buku Abimayu hampir selesai di catat oleh pustakawan.

"Terima kasih," ucap Abimayu sambil menganggukkan kepalanya. "Aku dengar, kamu sudah pindah ke pesantren abah?" tanya Abimayu karena dia sudah sempat mendengar kedatangan Nayla di pesantren Abahnya untuk mengajar.

"Ehmmmmm, ya. Aku sekarang sudah mengajar di pesantren abah kamu."

"Semoga kamu betah mengajar di sana." Abimayu berkata pelan.

Abimayu telah selesai dengan bukunya dan akan pergi. Rasanya kakinya sangat berat untuk melangkah, dia ingin bercerita lebih banyak lagi dengan Nayla. Tapi dia tidak ingin Nayla merasa risih karenanya. Selama dia mengenal Nayla, dia tahu jika Nayla sangat menjaga dirinya untuk berhubungan dengan pria.

...----------------...

Di butiknya Ana terlihat duduk diruangan bersama Risa.

"Apa yang terjadi saat kamu di bawa oleh Viko?" tanya Ana kepada Risa, karena sejak malam dia mabuk, Risa baru datang kembali menemuinya.

"Tidak ada yang terjadi," jawab Risa.

"Kamu jangan berbohong pada-ku."

"Aku tidak berbohong."

"Risa! Sudah berapa kali kamu membohongiku? Malam itu, kenapa juga kamu harus mabuk? Apa kamu sudah gila?" Ana memburu Risa dengan pertanyaan karena dia tahu saat ini Risa sedang berbohong kepadanya.

"Maaf." Risa menundukkan kepalanya tidak ingin melihat wajah Ana yang kesal kepadanya.

"Tidak akan sebelum kamu beritahu aku."

"Di malam aku mabuk, aku tidak bisa mengontrol diri karena merasa sakit hati, beberapa hari sebelumnya aku sering melihat Viko sedang pergi dengan seorang perempuan."

"Tapi bukan berarti kamu harus mabuk! Jika Tara tidak menghubungiku, mungkin kamu sudah jadi santapan para pria di klub itu."

"Ya, aku juga sangat berterima kasih kepada Tara, ternyata dia masih selalu menjaga kita sejak dari dulu." Risa merasa bersalah kepada Ana saat ini. Sejak dari dulu, mereka sudah berjanji tidak akan pernah minum di klub meski mereka sering datang kesitu. Sekarang dia telah mengingkari janji itu, dan ternyata resiko minum itu sangat bahaya.

"Setelah itu, apa yang terjadi denganmu dan Viko?"

"Viko sudah tau semuanya, dan sekarang kamu telah bersama kembali."

Ana terkejut mendengarnya.

"Meskipun kamu mabuk, tapi ternyata ada keuntungan yang kamu dapat dari situ." Kata Ana sambil mengangguk.

"Bagaimana dengan suamimu?" tanya Risa, karena saat dia mabuk, sekilas dia bisa melihat bahwa ada suami Ana bersama Viko.

"Ehmmmm kenapa dengannya?"

"Apa dia tidak marah ketika melihat kamu keluar dari klub?"

Pertanyaan Risa tidak ingin dijawab oleh Ana, karena dia tidak akan menceritakan kepada Risa tentang hubungannya dengan Abimayu.

"Kenapa dia harus marah, aku tidak melakukan apapun di klub itu, aku hanya menjemputmu pada saat itu."

"Aku takut dia marah padamu, karena tidak ada seorang suami yang suka jika melihat istrinya keluar dari tempat seperti itu, apalagi aku melihat suamimu adalah orang yang baik."

Ana hanya tersenyum mendengar pujian Risa kepada suaminya. Dia juga membenarkan itu, tapi tidak semua yang orang lihat dari luaran saja itu benar.