Clarissa tidak menyangka jika dirinya diberi kesempatan untuk kembali ke waktu.
Dis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut kekantor
Revan memperhatikan berbagai hidangan yang tersaji di atas meja. Semuanya makanan manis . Jadi dia menatap Clarissa yang nampak sangat menikmati makannya.
" Ngeliatinnya biasa aja kali," sindir Clarissa tanpa melihat kearahnya.
Revan tidak memperdulikan sindiran Clarissa. Dia masih tetap fokus menatapnya.
" Lo bisa menghabiskan ini semua?" tanya Revan penasaran.
" Kenapa memangnya?"
" Memangnya nggak eneg apa, makan manis segini banyaknya?" tanya Revan.
" Kalau pengen bilang aja kali. Nggak usah bilang eneg segala," jawab Clarissa dengan sebal.
" Sorry ya ... Tapi gua nggak suka makanan manis kayak gini."
" Nggak tanya! "
" What! " pekik Revan dengan suara yang agak tinggi.
" Nggak usah teriak bisa kan? " kata Clarissa sambil melotot.
" He he he he Sorry."
" Lo pasti orang yang membosankan. Hari gini gak suka manis, " cibir Clarissa sambil menikmati es krim.
" Ya... Kita kan harus membiasakan hidup sehat. Lo tahu tidak? _"
" Enggak!"
" Gua belum selesai ngomong udah dipotong!"
"Oke... Lanjutkan!"
" Sekarang udah banyak remaja yang sudah terkena diabetes. Ya gitu... Akibat selalu sering konsumsi makanan yang manis. Saran ya nih... Boleh sih makan manis namun secukupnya saja," ucap Revan dengan bijak.
Clarissa manggut-manggut menyetujui ucapan Revan . Revan langsung tersenyum senang.
" Tapi sangat disayangkan loh, makanan seenak ini Nggak di makan...Ehm... Enak banget loh! "goda Clarissa sambil memakan perlahan es krim di depannya.
" Rasanya tuh ya... Meleleh di mulut," lanjut Clarissa.
" Nggak tergoda
" Dek! "
Panggilan Calvin membuat Clarissa menoleh. Heran melihat kedatangan kakaknya. Memangnya meetingnya sudah selesai?
" Udah selesai meetingnya? " tanya Clarissa mengutarakan rasa penasarannya.
" Sudah. Dia siapa? "
Calvin memandang Revan dengan pandangan menyelidiki. Revan tersenyum kaku menanggapinya.
" Entah... Kakak tanya sendiri saja sama orangnya," jawab Clarissa dengan santai.
" lah kok bisa?"
" Buktinya aja bisa."
Baik Calvin maupun Revan saling pandang mendengar ucapan Clarissa. Revan merasa perlu memperkenalkan dirinya. Jadi dia mengulurkan tangannya.
" Perkenalkan saya Revan, " kata Revan dengan ramah. Calvin menyambut uluran tangan itu dengan datar.
" Kalian berteman? " tanya Calvin selanjutnya. Kemudian ia duduk di bangku yang masih kosong.
" Enggak!"
" Iya!"
Jika Revan membenarkan maka Clarissa mengelaknya. Karena Clarissa memang tidak pernah berteman dengannya.
" Yang benar yang mana nih?"
" Dia emang bukan teman aku loh kak," bantah Clarissa tidak terima.
" Terus?"
" Ya nggak ada terusannya."
Calvin langsung mengambil makanan yang belum Clarissa makan. Sebenarnya itu memang makanan yang dipesan oleh Calvin sebelum menemui kliennya.
Revan tidak menyangka jika Calvin menyukai makanan manis. Padahal yang sebenarnya Calvin hanya penasaran dengan rasanya.
" Kamu tidak makan?" tanya Calvin begitu melihat Revan hanya diam menatapnya makan.
" Sebenarnya tadi saya sudah makan," jawab Revan dengan jujur.
" Oh...."
Calvin melanjutkan makannya dengan santai. Begitupun dengan Clarissa. Keduanya seolah melupakan kehadiran Revan.
Revan tidak berniat untuk tinggal lebih lama lagi. Jadi dia berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.
" Kalau begitu, saya pulang dulu ya," pamit Revan yang dijawab anggukan oleh Calvin.
" Silahkan," jawab Clarissa.
Setelah itu Revan keluar dari restoran itu. Tinggal Clarissa dan Calvin yang masih asyik menikmati makanan mereka.
Selesai makan Calvin mengajak Clarissa ke kantor. Masih banyak pekerjaan yang menunggunya.
Saat tiba di lobi banyak karyawan yang mempertanyakan identitasnya. Sebab tidak biasanya pimpinan mereka jalan dengan seorang wanita. Apalagi wanita itu masih seorang remaja.
Baik Clarissa maupun Calvin tidak memperdulikan rasa penasaran mereka. Keduanya terus berjalan beriringan.
Ruangan Calvin berada di lantai lima belas gedung tersebut. Untuk kesana Calvin mengajak Clarissa menggunakan lift.
Ting!
Setibanya di lantai lima belas, mereka disambut oleh sekretaris beserta asisten Calvin. Mereka menyapa Calvin dan Clarissa dengan ramah.
Setelah itu Calvin mengajak Clarissa masuk kedalam ruangannya. Dia berjalan terlebih dulu diikuti Clarissa di belakangnya.
Ceklek!
" Wah... Ruangan kakak bagus banget," ucap Clarissa begitu sudah berada di dalam.
" Kamu suka?"
" Suka banget. Nyaman lagi tempatnya."
"Kalau begitu kakak kerja dulu ya. Terserah kamu mau ngapain."
" Clarissa boleh main di depan nggak?"
" Mau ngapain?"
" Cuci mata."
" Nggak usah. Nanti malah ganggu karyawan yang lagi kerja," larang Calvin.
" Kakak ma nggak asyik.," rajuk Clarissa dengan cemberut.
" Kakak cuma nggak mau kamu dimarahin sama papa, " kata Calvin dengan lembut. Mendengar hal itu Clarissa langsung sadar jika dia berada satu gedung dengan papanya.
" Betul juga... Kok gua lupa gitu loh! "
" Lupa apa?"
" Lupa kalau ini masih perusahaan papa he he he he. "
" Kamu ada-ada saja. Lebih baik sekarang kamu kekamar. Bukankah kamu harus tidur siang?"
" Cla sudah bukan anak kecil lagi loh kak," ucap Clarissa yang kembali merajuk.
" Siapa bilang kamu masih kecil? "
" Terus kenapa disuruh tidur siang? "
" Biar kakak bisa cepat kerja. "
" Kalau mau kerja mah kerja aja. Lagian Cla juga nggak akan ganggu kakak kerja. "
" Beneran nih? "
" Ya beneran lah."
" Awas aja! "
Calvin pun memulai pekerjaannya. Dia membiarkan Clarissa semaunya asal tidak mengganggunya kerja dan keluar dari ruangan itu.
Seperti yang sudah dijanjikan Clarissa, dia tidak menggangu Calvin sama sekali. Di asyik dengan ponsel ditangannya.
Sesekali Calvin melirik Clarissa. Kasihan sih sebenarnya. Namun kerjaannya tidak bisa ia tinggal.
Calvin fokus dengan berkas di depannya. Hingga dia tidak sadar jika Clarissa sudah terlelap di atas sofa. Dengan ponsel yang masih menyala.
semoga apa yang di rencanakan bela berbalik ke dia biar tau rasa
up up uup
crazy uup dong thor 😷