Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Pulang
Keesokan harinya Reza mendatangi ruangan bosnya untuk meminta ijin. Semalam matanya benar-benar tak bisa terpejam. Kata-kata Rinjani sangat mengusik pikirannya, sehingga tekadnya untuk pulang semakin kuat. Dia harus menuntaskan kesalahpahaman ini.
Setiba di depan ruangan dia berhenti sejenak. Mengambil napas dalam-dalam, dan membuangnya perlahan, lalu mengetuk pintu.
Tok... tok... tok
"Masuk," terdengar suara lembut dari dalam ruangan.
"Selamat pagi, Bu," sapa Reza dengan sopan, lalu masuk ke dalam ruangan sambil menundukkan kepala hormat kepada makhluk cantik ciptaan Tuhan, yang duduk di kursinya dengan anggun.
"Selamat pagi, Mas Reza," jawab Marisa.
"Ada apa, ya, tumben pagi-pagi menemui saya?" tanyanya kemudian seraya melepas kacamata yang dipakainya.
"Emmm... Begini, Bu. Saya bermaksud meminta ijin pulang kampung untuk menengok keluarga di kampung," kata Reza jujur.
Marisa menatap Reza dengan lekat. Kemudian tersenyum teduh. "Baiklah, saya kasih Mas Reza ijin satu minggu, ya," kata Marisa.
"Terima kasih, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucap Reza. Ia merasa gugup dan tidak nyaman.
Reza merasa tak sanggup jika harus berlama-lama di ruangan itu hanya berdua dengan sang bos yang auranya sangat dominan.
"Oh ya, apa Mas Reza sudah memesan tiket?" tanya Marisa.
Tangan Reza yang hampir menyentuh daun pintu terhenti seketika lalu ia membalik badan.
"Belum, Bu," jawab Reza sambil tersenyum kikuk.
"Apa Mas Reza merasa keberatan jika saya pesankan tiket?" tanya Marisa menawarkan.
"Tapi...apakah tidak merepotkan Ibu?" balas Reza dengan sungkan.
"Tentu saja tidak. Tunggu sebentar, ya." Marisa lalu fokus pada layar laptopnya sambil tangannya mengetikkan sesuatu, hingga beberapa saat kemudian.
"Nah, sudah. Tiketnya sudah saya kirim ke WA Mas Reza," kata Marisa.
Ting
Pesan masuk ke WA Reza, dan pria itu segera memeriksanya. Reza langsung tersenyum melihat tiket pesawat yang sudah dipesan oleh Marisa. Ia merasa terharu dan bersyukur atas kebaikan bosnya itu yang mau repot-repot membelikan tiket pesawat untuknya.
"Terimakasih, Bu. Nanti uang ganti tiketnya dipotong gaji saya saja," kata Reza merasa tak enak hati.
"Ahhh...itu bisa diatur." Marisa berkata dengan senyumnya yang menawan.
"Sekali lagi...terima kasih, Bu. Kalau begitu saya pamit." Reza menundukkan kepalanya sekali lagi sebagai wujud kesopanannya. Lalu dengan segera meninggalkan ruangan bosnya.
Reza berhenti di depan pintu, ia memegang dadanya sambil mengembuskan napasnya lega. Setelahnya Reza pun melanjutkan langkahnya kembali menuju mess. Ia akan segera bersiap untuk pulang kampung.
Sementara di dalam ruangan yang masih menyisakan Marisa seorang diri-- wanita itu berdiri dari duduknya dan membawa langkahnya ke depan jendela. Menatap kepergian Reza dengan pandangan yang dalam serta senyuman tipis yang tersungging di bibirnya.
*
*
*
Jika Reza tengah sibuk dengan persiapannya untuk pulang kampung, di sisi lain--Rinjani justru semakin terjerat pesona sang pemuda. Meski ia tahu bahwa ini salah, tetapi ia tidak bisa mengendalikan perasaannya. Menurutnya cinta tidak bisa memilih kepada siapa dia akan bermuara.
Rasa nyaman ketika bersama pemuda itu, lambat laun membuatnya mulai merasa ketegantungan. Dan ternyata perasaannya pun bersambut.
Tanpa canggung mereka menikmati hubungan itu, dan dari hari ke hari makin lengket layaknya suami istri. Mereka berdua mengabaikan tatapan ingin tahu dari tetangga bahkan teman.
Rani, sepupu Rinjani yang kebetulan bekerja di kantor yang sama dengan pemuda gebetan Rinjani itu pun tak mau lagi berkomentar. Sejak hari di mana dia yang hanya sekedar mengingatkan, Rinjani justru menuduhnya memiliki hubungan dengan Reza. Parah memang.
Anehnya tak seorangpun yang menegurnya atau mungkin mereka memang menutup mata? Seperti saat ini keduanya tengah berada di supermaket yang ada di kota-nya.
Hari ini Rinjani ulang tahun, malam ini-- wanita itu ingin merayakannya bersama keluarganya. Karena itu dia mengajak sang pemuda untuk menemaninya berbelanja, di supermaket yang ada di kota-nya guna membeli barang-barang yang ia butuhkan.
"Sayang...ini bagus, nggak?" tanya Rinjani sambil menempelkan sebuah gaun pada tubuhnya.
"Bagus," kata pemuda itu seraya mengangkat jempol tangan kanannya. "Dicoba saja jika kamu suka, Sayang," imbuhnya.
Rinjani tersenyum, lalu pergi ke kamar ganti. Pemuda itu menunggunya di luar. Tak berapa lama Rinjani keluar dengan memakai gaun yang dipilihnya tadi.
"Bagaimana?" tanyanya dengan senyum malu-malu.
Pemuda itu memandangnya dengan mata berbinar, lalu tersenyum. "Kamu terlihat sangat cantik, Sayang. Gaun itu sangat cocok untukmu," pujinya, membuat hati Rinjani merasa bergetar mendengarnya. Ia merasa seperti sedang melayang di atas awan.
Kemudian pemuda itupun mencoba kemeja yang menjadi couple dari gaun itu. Setelah selesai selanjutnya mereka berburu barang-barang yang lain.
Puas berbelanja mereka memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum pulang. Mereka sama sekali tidak merasa bersalah, padahal uang yang mereka gunakan adalah uang hasil kerja keras Reza di rantau orang. Akan tetapi, mereka malah mempergunakannya untuk berfoya-foya.
*Nasibmu, Za.😭
*
Reza akhirnya sampai juga di rumahnya setelah melalui perjalanan yang melelahkan baik darat maupun udara. Tak lupa pria itu menyempatkan singgah di toko kue dan bunga untuk sang istri tercinta.
Reza tersenyum melihat rumahnya yang dulu masih batu bata, kini telah berubah menjadi hunian yang layak. Dan sekarang dia sedang memikirkan untuk membelikan kendaraan roda empat sebagai hadiah ulang tahun buat istrinya itu.
Dengan pasti Reza membawa langkahnya memasuki halaman rumahnya sambil membawa kue ulang tahun serta buket bunga. Reza ingin memberi kejutan karena ia tahu hari ini adalah ulang tahun sang istri tercinta. Namun, ia langsung mengernyitkan dahi ketika melihat rumahnya tampak ramai.
Akan tetapi, langkahnya terhenti tepat di depan pintu begitu dia sampai di sana. Dengan jelas dia mendengar ucapan sarkas sang ayah mertua. Lalu pandangannya mengarah kepada istri yang sedang memejamkan matanya dilanjutkan dengan meniup lilin.
Hampir saja Reza melangkah masuk ke dalam rumah, ketika melihat sang istri tersenyum, tetapi tatapan matanya tampak mesra ke arah pria lain. Kemudian menyuapkan potongan kue pertama yang seharusnya adalah dirinya. Apalagi pemuda itu tersenyum lalu melabuhkan kecupan mesra di kening Rinjani.
Reza seolah tertampar oleh kenyataan menyaksikan pemandangan yang ada di depan matanya.
"Nggak mungkin...!" Reza masih mencoba menyangkal, tetapi melihat pakaian yang mereka kenakan seakan membuktikan bahwa ada sesuatu di antara mereka.
Reza merasa tubuhnya bergetar hebat, dadanya bergemuruh menahan gejolak amarah di dada. Dia berusaha untuk menahan diri, lalu mengambil ponselnya dan menekan nomor Rinjani.
Tampak oleh Reza, Rinjani sangat terpaksa menerima panggilan darinya lalu masuk ke dalam kamar.
"Kamu di mana?" tanya Reza.
"Ya di rumah lah, Mas. Aku lagi nonton tivi sama Dhea," jawab Rinjani.
"Apa kamu berkata jujur?" tanya Reza lagi.
"Apa maksud kamu sih, Mas? Kamu tidak percaya padaku dan mulai meragukanku?" Rinjani balik bertanya dengan suaranya terdengar emosi.
"Coba, buka gorden jendela kamarmu..." kata Reza.
Rinjani berjalan menuju jendela. Matanya membelalak sempurna ketika melihat Reza berada tepat di depan jendela sambil menggenggam ponselnya.
"Mas Re-za...." cicitnya dengan ekspresi terkejut. Ponsel di tangannya terjatuh seketika.
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂