NovelToon NovelToon
Surga Tak Terindu

Surga Tak Terindu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Model
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Pasha Ayu

Bukan cerita poligami... Ini cerita dua orang wanita yang tidak mau mencapai surga dengan cara berbagi suami...

Shanshan mengira, menjadi cucu dari keluarga kaya raya, dan model seksi ternama, bisa membuatnya mudah mendapatkan Emyr; pria yang dicintainya...

Rupanya tidak, karena background kehidupannya, justru menjadi masalah bagi hubungan cintanya...

Shanshan harus menyaksikan pernikahan kekasihnya bersama wanita surga pilihan orang tua Emyr...

Meski nyatanya cinta Emyr masih untuknya, tapi ia tidak rela menjadi madu dari salah satu kaumnya (perempuan). Jangan sampai ada surga tak terindu: baginya dan Adeeva.

“Sekalipun aku tidak berpikir untuk menyentuhnya, rasaku masih tulus padamu, Shan," ucap Emyr.

“Allahumma baid baini wa baina.” Berkaca-kaca Shanshan merapalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kasus...

"Turunkan aku di sini George!" Khai melepas sabuk pengaman miliknya, cukup sudah ia berpura-pura tidak takut pada pria Eropa itu.

Beberapa saat yang lalu, Khai terpaksa harus masuk ke dalam mobil ini, hanya karena Emyr menawarkan bantuan padanya.

"Turunkan aku George!"

Bukan berhenti, George justru mempercepat laju kendaraan beroda empatnya, menembus barisan pengguna jalan lainnya.

"Kau tahu, aku menyayangi mu, aku tidak mungkin membiarkan mu pulang sendiri, tengah malam begini," sanggahnya.

Sesekali George berusaha menggapai tangan kanan Khai dengan sebelah tangannya. Dan Khai selalu menepisnya kuat-kuat.

"Tapi ini bukan jalan menuju rumah ku, George!" Khai semakin kalut, sudah bisa dipastikan, George berniat buruk padanya.

George tergelak. "Aku sengaja, mau mengajak mu ke suatu tempat," ujarnya. Mendengar itu, Khai mendelik dan kembali meneriakinya.

...{[<<>>]}...

Dalam mobil lainnya, Emyr, Egi dan Andra sama-sama fokus pada mobil yang melaju kencang di depan mobilnya.

Sepertinya kecurigaan Emyr benar adanya, bahwa perempuan yang katanya mantan kekasih Emyr itu, sedang dalam kondisi yang tak aman. Terlebih, aksi mobil hitam itu bisa diklaim membahayakan pengguna jalan lainnya.

Mobil George melaju sembarangan, bahkan oleng kanan oleng kiri, seperti sedang ada perdebatan di dalam sana. Sebagai seorang reserse, Andra geram melihatnya.

"Bule sekarang tidak sopan, kebut-kebutan di jalanan orang sembarangan!" Andra merutuk kecut, nadanya ketus tegas.

"Mereka bertengkar, Gus?"

Tak hanya Emyr, rupanya Egi menyahut cemas. Bagaimana tidak, dari kaca bagian belakang, terlihat jelas kondisi kekacauan di dalam mobil hitam tersebut.

"Entah!"

Egi menepuk pundak Andra. "Coba pasang sirine, kasih peringatan dia Pak Pol!" usulnya.

"Kau pikir aku selalu membawa benda benda seperti itu?" tampik Andra ketus.

Egi menghela kasar. "Kalau begitu, letus kan saja tembakan mu!" entengnya.

"Tidak segampang itu cara kerjanya!"

"Sudah, bisa diam dulu tidak kalian!" sergah Emyr. Sumpah demi apa pun, dia yang lebih panik dari semuanya.

Melihat Khai celaka, tentu bukan kemauan Emyr. Bahkan untuk sekedar membayangkan saja pun tak bisa.

"Aku hubungi Polsek setempat!" kata Andra sembari mengutak-atik ponsel miliknya. Itu akan membantu mereka mencegat mobil George.

"Menepi Gus!" Melihat mobil George menepi di jalanan sepi, Egi menginterupsi keras.

Segera Emyr laksanakan, dan bergegas keluar dari mobil, sebelum kemudian ia melangkah cepat mendatangi mobil George.

Gedoran tangan Emyr pukulkan pada kaca jendela yang menampilkan ketidak harmonisan antara Khai dan George.

Jelas Khai ketakutan di dalam sana, apa lagi, barusan George terlihat ingin melecehkan gadis itu. Memaksa ingin menyentuh, bahkan menciuminya.

"Turun George!"

Brum...

Baru menggaung teriakan Emyr, George tampak menginjak pedal gas miliknya. Rupanya, George baru menyadari ada mobil yang mengikutinya.

Kembali Emyr dan Egi berlari masuk ke masing-masing pintunya, mengejar serius buronan mereka.

Tidak salah lagi, kali ini Emyr sangat yakin bahwasanya George memang sedang ingin mencelakakan Khaira. Aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan.

Sementara di dalam sana, Khai berusaha memberhentikan paksa mobil George dengan ikut menarik-narik setir. Sayangnya aksi tersebut membuat mobil mereka harus menabrak trotoar pembatas jalan.

Dencitan ban yang bergesekan dengan aspal begitu riuh. Mobil tersebut sempat berputar sebelum benar-benar terhenti.

Brakkk...

"Ah...." Mengalir darah segar dari lubang hidung Khai setelah kepalanya terbentur keras kabin mobil bagian depan.

Tubuhnya terperosok ke depan, bahkan kakinya tertekuk karena tidak mengenakan sabuk pengaman.

"Shanshan!" Di tengah-tengah rasa pusing dan lemahnya, terdengar suara cemas Emyr yang membuka pintu mobilnya.

Khai menatap nanar pria itu. Jujur Khai tersentuh, ternyata Emyr sengaja mengikuti mobilnya, bahkan masih ingin melindunginya.

"Shan." George baru akan meraih lengan Khai, Emyr sudah lebih dulu membekuk tangan laknatnya.

Diputarnya lengan George hingga mengerang sangat keras. "Kau pikir aku percaya padamu hah?" bentaknya sadis.

"Emyr!" Khai menegur panik.

"Sakit, bajingan!" George berteriak dengan bahasa Inggrisnya.

Kembali Khai melerai. "Cukup Emyr, kau bisa mematahkan tangannya!"

"Bagus sekali kalau sampai patah, tangan ini, tidak akan bisa menyentuh mu lagi!" geram, Emyr mengutarakannya.

Lagi-lagi Khai tersentuh, kenapa segitu luluhnya ia, jika sudah berhadapan dengan pria tampan itu. 'Ingat Khai, Emyr sudah beristri,' ia memekik dalam hati.

"Jangan main hakim sendiri Pak jaksa," tegur Andra. Ia kemudian mengamankan George sebelum Emyr kalap memukulinya.

Andra dan Egi tahu, di balik sikap pendiam Emyr, ada singa yang bisa saja tiba-tiba meraung dan menunjukkan taringnya.

Emyr beralih fokus pada Khai, darah di bibir gadis itu membuatnya berdesir. Ia lantas menyekanya dengan tisu yang ia ambil dari dasbor mobil.

Sontak, Khai mengambil alih tisu itu, ia sendiri baru tahu kalau ternyata hidung mancungnya mengeluarkan darah.

Emyr mengajaknya pindah mobil, sayangnya kaki Khai yang tertekuk, tak bisa diajak jalan normal. Lalu dengan sangat terpaksa, Emyr mengangkat tubuh beserta tasnya, itu pun setelah meminta izin dan maaf terlebih dahulu.

Dalam gendongan Emyr, Khai terdiam beku, ia tak paham apa yang terjadi kali ini. Entah kenapa rasanya sulit menolak bantuan pria itu, bahkan melupakan status mereka.

Tak dipungkiri, meski debar jantung tak terkondisi lagi, tapi terasa sangat nyaman berdekatan seintens ini.

Emyr lantas mendudukkan Khai di atas jok mobil bagian belakangnya. Egi yang membantunya menggeser pintu mobil tersebut hingga terbuka.

Egi lantas berlari menyambut kedatangan mobil polisi setempat. Menemani Andra dan George di sudut sana.

Emyr berjalan ke belakang, mengambil kotak P3K di bagasinya, sebelum ia mendatangi kembali mantan kekasihnya. Kali ini, Emyr naik dan duduk di sisi gadis itu.

Khai masih berusaha memberhentikan aliran darah dari hidungnya dengan tisu yang sudah cukup cepal.

"Coba aku periksa," kata Emyr. Ia pernah kuliah kedokteran, tentu saja tahu apa yang harus dilakukan saat menjumpai kondisi ini.

"Aku antar ke Rumah Sakit ya?" tawar Emyr. Diagnosis dari X-Ray, CT Scan atau MRI mungkin perlu juga.

Khai menggeleng pelan. "Tidak usah, aku baik-baik saja," tolaknya.

Setelah itu, Emyr meraih botol minuman dingin dari lemari es mobilnya, lalu membasahi sapu tangan miliknya.

Mengompres pangkal hidung juga bisa menghentikan darah yang keluar. Khai hanya terdiam seperti pasien yang sedang dirawat.

Khai lupa pada status Emyr yang mungkin masih menjadi suami orang. Kenyamanan yang Emyr berikan, membuat calon dokter anak itu terpejam santai.

Disaat itu pula, Emyr menghentikan gerakan tangannya, matanya menatap lekat-lekat setiap lekukan wajah mulus Khai.

Ada gemuruh napas yang tiba-tiba saja Khai dengar, dan seketika itu, mata almond Khai terbuka pelan. Untuk sesaat, keduanya saling menghunuskan tatapan kerinduan.

Tuhan, apakah salah, jika ia jujur dengan rasa nyaman ini? Lagi dan lagi, Khai memekik dalam batin.

Khai mengulas kerutan tipis di keningnya, ia berkeringat, terlebih ketika wajah tampan pria itu semakin terpangkas jaraknya. "Emyr...."

"Astaghfirullah...." Teguran Khai menyadarkan Emyr yang hampir saja mendaratkan bibir pada wajahnya. "Maaf," ucapnya.

Emyr mengusap tengkuk, dahi dan lengannya sendiri, ia bergelagat layaknya orang yang salah tingkah. Malu pada Khai terutama Tuhannya.

Usianya sudah tidak lagi muda, mungkin benar kata Abah, ia perlu menikah untuk bisa berkasih mesra dengan seorang wanita.

Tak hanya Emyr, Khai pun kikuk dengan situasi ini, ia kemudian mengambil botol minum yang barusan digunakan untuk membasahi sapu tangan, lalu meneguknya secara gugup.

Setelah selesai, Emyr yang bergantian meraih minuman tersebut kemudian meneguknya hingga tandas. Khai melongo menatap wajah Emyr.

"Astaghfirullah...."

Emyr baru menyadari, bahwa barusan saja, mereka minum dari tempat yang sama. Bahkan, ia memandangi tubir di ujung botol, dan terdapat lipstik yang menempel di sana.

Melihat ekspresi aneh Emyr saat mengelap lipstik yang tertinggal di bibirnya, Khai menahan tawa. Apa tindakan itu bisa dikatakan berciuman secara tidak langsung?

Entahlah....

"Maaf Shan." Emyr lalu keluar dari mobil sebelum setan kembali menguasai suasana romansa mereka.

"Kenapa Gus?" Egi yang baru saja selesai menitipkan George pada Andra dan polisi setempat, ia mendatangi mobil temannya.

Sedikit bingung dengan raut Emyr yang aneh menurutnya. Ada rona merah yang membuat dirinya curiga. "Mantan mu tidak apa-apa kan?"

"Hmm." Emyr mengangguk lalu membuka pintu di bagian kemudi. "Kita antar Khai pulang dulu," gumamnya. Egi pun menurut dengan kata 'ok' nya.

Setelah semua masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk pulang, Khai justru terlihat gamang.

"Apa ada yang ketinggalan?" Emyr menatapnya lewat kaca spion.

"Kenapa George dibawa polisi Myr? Jangan libatkan mereka bisa tidak, bagaimana pun George itu anak Mami Carol, aku tidak mau membuatnya khawatir," cemas Khai.

Egi menimpali. "Memang bisa diselesaikan secara kekeluargaan Neng, tapi tetap akan diproses secara hukum, kasus ini sudah sampai ke tangan polisi."

"Tenang saja di situ, aku yang antar kamu pulang," tambah Emyr, kemudian melajukan kendaraannya. Masalah kesaksian, biar Emyr yang mengurusnya.

Khai dilema, satu sisi ia ingin cepat-cepat pulang, tapi ia tahu Papa Axel akan marah besar, jika melihatnya pulang bersama Emyr tentu saja.

📌 Thanks doa terbaiknya mentemen kooh...

1
mom jz
Kecewa
mom jz
Buruk
ir
bener² keluarga egois, ga Adeeva ga Haikal sama saja
ir
biar apa Adeeva begitu, biar terlihat romantis kah ck ck ck
ir
padahal bagus lohh tapi cuma 40 bab 😫
ir
baru beberapa minggu Ning, belum bertahun² 😆😆
ir
ini Abah Zayni belum sebijak saat Rayyan dan cicit²nya lahir
Fitriana Refan Rafisqi
sesak jg JD emyr
Fitriana Refan Rafisqi
aku suka,kata2nya mudah dpahami,lanjuuuut
Rahma Putri
luar biasa
Rumah Aman
Luar biasa
Rumah Aman
begitu tragis sekalikah kisah cinta shan ku
Kasacans 5924
lohhhhh tamat
Kasacans 5924
ziva akhrny sm spa ya
PASIEN FACHRY💋: Lanjutkan ke Menikahi Cewek Pesantren kaak biar tahu
total 1 replies
Kasacans 5924
egi yg mna ya
Kasacans 5924
kngn bngt sm king. jarya prtma yg ku bca king sm ais
Kasacans 5924
semngt shanshan
Kasacans 5924
sbr ya shanshan
Kasacans 5924
kngn king ais
Kasacans 5924
kngn bngt sm bucinnya king
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!