Menjadi penanggung jawab atas kesalahan yang tidak dia lakukan, itulah yang harus dilakukan oleh Arumi. Menanggung luka atas goresan yang tak pernah dia ciptakan. Terlebih lagi orang yang menyebabkan lukanya adalah lelaki yang dia cintai. Setiap pembelaan yang dia ucapkan hanya dianggap omong kosong. Kekuasaan membungkam semuanya.
Bintang, polisi tampan yang menangani kasus kematian adik kandungnya sendiri. hingga sebuah fakta dia dapatkan sehingga memaksanya untuk memilih antara cinta dan keluarga.
Pengorbanan, cinta, air mata, dan siksa akan menjadi satu dalam cerita ini. selamat membaca
ig : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
HAPPY READING
Setelah empat puluh lima menit menunggu, tidak ada tanda-tanda orang akan keluar dari rumah itu. Bintang menghela nafas pelan. Dengan keyakinannya bintang turun dari mobil dan memutuskan untuk mengetuk pintu rumah. “gue harus bertamu,” gumam bintang berencana.
Bintang menghentikan langkahnya Ketika sampai di depan pintu. “nyamar jadi apa ya?” gumam bintang bertanya pada dirinya sendiri.
“gak mungkin kalau langsung ngomong kalau gue dari kepolisian,” ucap bintang melihat sekitar rumah.
Memastikan kira-kira penyamaran apa yang tepat dia lakukan untuk bisa masuk ke dalam rumah. Bintang kembali melangkahkan kakinya menuju mobil. Masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Bintang memperhatikan rumah. Saat melihat ke cermin depan mobil, bintang melihat paketnya yang belum di buka. Paket yang datang dua hari lalu. Bintang mengambil paket itu. Sepertinya dia sudah mendapat ide. Menjadi kurir bukan ide yang buruk.
Bintang membuka kertas identitas pengiriman yang tertera Namanya untuk melancarkan penyamaran. Setelahnya bintang mengambil lakban besar bening yang ada di laci mobil dan merekat kembali paket yang terbungkus bubblewarp.
Setelah selesai, bintang mengambil masker yang menggantung di cermin depan mobil dan menggunakannya. “dengan begini seenggaknya gue bisa lihat ke dalam rumahnya walau Cuma dari luar,” gumam bintang.
Bintang turun dari mobil. Dengan Langkah yakin dia kembali memasuki pekarangan rumah itu. Tangan bintang bergerak mengetuk pintu rumah. Sekali, dua kali mengetuk tidak ada jawaban. Bintang sedikit mengeraskan ketukan tangannya di pintu untuk yang ketiga kalinya.
Cekle.
Pintu terbuka dari dalam. Seorang laki-laki tua yang dapat bintang taksir usianya sekitar tujuh puluh tahunan menatap heran kepadanya.
“paket, pak,” ucap bintang dengan mata menyipit menujukkan dia tersenyum dari balik maskernya.
“paket?” tanya lelaki tua itu heran.
Bintang mengangguk. Mata bintang bergerak memandang ke dalam rumah. Cukup gelap karena gorden ruang tamu tertutup. Mata bintang menyipit menajam melihat foto keluarga yang sedikit tak jelas. Ditambah lagi sebagiannya tertutup oleh tubuh lelaki tua itu.
“baiklah. Mungkin punya anak saya. Terimakasih,” ucap kakek tua itu menerima paket dari bintang. Beruntung paket itu berisi baju kaos laki-laki. Ya, walaupun belinya seperempat juta, tapi bintang akan merelakan asal rasa penasarannya terjawab.
“Nak!” panggil kakek tua itu mengagetkan bintang.
Bintang segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum menatap lelaki tua itu. “ah iya, maaf pak. Bapak sendiri di rumah?” tanya bintang basa-basi.
Pak tua itu mengangguk. “kalau begitu saya masuk dulu, ya,” ucap lelaki tua itu izin hendak menutup pintu.
Gue harus pake cara apa lagi, ya? O iya.
“itu paketnya belum di bayar, pak,” ucap bintang agar bisa lebih lama berdiri disana.
“berapa?” tanya pak tua itu lembut.
“dua ratus lima puluh ribu, pak,” ucap bintang memberitahu harganya.
“tunggu, ya,” ucap lelaki tua itu yang langsung masuk ke dalam rumah.
Bintang terdiam. Dia berdecak kesal karena lelaki tua itu menutup pintu rumahnya selagi mengambil uang. “ada yang mencurigakan,” gumam bintang sangat pelan.
Beberapa menit, pintu kembali terbuka. “ini uangnya. Terimakasih,” ucap pak tua itu dan langsung menutup pintu lagi setelah memberi uangnya pada bintang.
Bintang menghela nafas pelan. “baiklah. Lain kali gue kesini lagi,” ucap bintang berjalan menjauh dan meninggalkan rumah itu.
Sedangkan di dalam rumah, pria tua itu berdiri gemetar di balik pintu rumahnya. Beruntung dia bisa mencegah bintang masuk ke rumah. Beruntung ruang tamu rumahnya saat ini gelap. Jika tidak, dia mungkin bisa melihat foto keluarga mereka. “hampir saja ketahuan.”
…..
Persidangan akan dilakukan dua hari lagi. Namun belum ada bukti apapun yang bisa pihak agnes berikan untuk membebaskan arumi nanti. “kita Cuma piunya buku ini,” ucap agnes lesu.
“seenggaknya, ini bisa jadi bahan pertimbangan, nes. Dan semoga hakim masih bisa menunda sidang nanti karena keganjalan ini,” jawab tasya yang dianggukki rendi.
Mereka bertiga kini berada di firma hukum dan melakukan makan siang Bersama. “oiya, benda yang kamu temuin di rumah arumi kemarin apa?” tanya rendi sambil memakan fast food nya.
Agnes menghentikan pergerakannya menyuap makanan. Mereka tim, jadi tasya dan rendi juga berhak mengetahui semua ini. Tapi arumi memintanya untuk tidak memberitahu orang lain. apa yang harus dia lakukan sekarang?
“kalian bisa janji?” tanya agnes lembut.
“janji apa?” tanya tasya bingung.
“janji bahwa apa yang aku katakan akan jadi rahasia kita. Aku, kalian dan arumi,” ucap agnes.
Tasya dan rendi saling pandang. Kemudia mereka mengangguk serentak menatap agnes.
Agnes mengambil tasnya dan mengeluarkan kedua benda yang dia dapat di rumah arumi. “ini,” ucap agnes.
Tasya mengambil taspack dan foto itu. “maksudnya?” tanyanya benar-benar bingung. Begitu juga rendi yang melihat benda yang berada di tanagn tasya.
“arumi hamil, dan laki-laki di foto itu ayahnya,” ucap agnes memberitahu.
“bukankah ini cucu keluarga nagara?” tanya rendi yang mengingat wajah bintang saat mereka bertemu di pengadilan.
Agnes mengangguk. Lalu dia menceritakan apa yang diceritakan arumi saat dia berkunjung tanpa ada yang ditambah dan di kurangi.
Tasya menutup mulutnya tak percaya. “mungkinkah kasus ini dicurangi karena hubungan mereka juga?”
“bisa jadi,” jawab rendi yang masih tak percaya.
“bukan bisa jadi, tapi memang itu tujuannya. Keluarga nagara sangat gila akan kehormatan. Harta, jabatan dan nama baik adalah hal nomor satu bagi mereka. karena itu mereka ingin memisahkan arumi dan bintang dengan cara membuat arumi di penjara. Tapi malangnya arumi, laki-laki yang dia cintai malah tidak membela dan memeprjuangkannya sama sekali,” ucap agnes menyampaikan analisanya.
“kitab isa bongkar ini di sidang nanti,” ucap tasya.
Agnes menggeleng. “arumi meminta kita untuk tidak melibatkan anaknya dalam kasus ini. Kita tidak bisa menyinggung soal ini sama sekali. Jika keluarga nagara tahu ini, bukan tidak mungkin jika mereka akan melenyapkan anak dalam perut arumi. karena anak ini bisa membuat bintang bimbang,” ucap agnes menyampaikan apa yang diminta arumi pada mereka.
“tapi anak arumi.”
“aku tahu itu. Tapi ini arumi yang meminta. Makanya aku bingung harus bagaimana,” ucap agnes lesu.
“kita datangkan saksi dua orang ibu-ibu yang melihat kedatangan anak buah ayahmu itu, agnes. Dengan begitu kitab isa bongkar sabotase yang dilakukan ayahmu. Dan kita juga bisa mengungkap hubungan bintang dan arumi tanpa menyebut anak dalam kandungan arumi,” ucap rendi menyebutkan rencananya.
Agnes, tasya dan rendi saling pandang. Mereka bertiga mengangguk menyetujui apa yang rendi katakan. “kalau begitu besok aku dan tasya yang akan pergi ke desa tempat arumi tinggal. Kita hanya punya waktu besok,” ucap agnes yang disetujui keduanya.
“Tapi hari ini, aku harus menemui bintang terlebih dahulu,” ucap agnes tersenyum miring menatap kedua rekannya. “kita cipatakan permainan dihati bintang agar ragu dengan kakeknya.”
...****************...