NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:586.6k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sisi Lain Rinnada

Zaira terbangun dari tidurnya. Kepalanya pusing. Ia menyandarkan kepalanya di sofa.

"Ra.. kau sudah bangun?" Suara Hani menyadarkan Zaira.

"Aku ketiduran?" Zaira memegang kepalanya. Terasa sangat berat.

"Ayo, aku antar ke rumah sakit".

"Tidak perlu, Han. Aku tidak apa-apa". Zaira memejamkan matanya. Berharap kejadian tadi pagi adalah sebuah mimpi. Namun harapannya sia-sia.

Zaira melirik jam di tangan kanannya. 'Ah aku tertidur setengah jam' batinnya.

"Kenapa kemari, Han?" Suara Zaira parau dan hampir tak terdengar. Ia terlalu larut dalam kesedihannya. Matanya pun sembab.

"Aku mengkhawatirkanmu."

Mendengar itu, Zaira menangis lagi. Hani duduk di sampingnya dan memeluknya. Mengusap-usap punggung dan menenangkannya. Andre yang berdiri di depan pintu hanya bisa melihat. Dia sudah menelpon Brian namun tidak ada jawaban.

"Kak, bukankah kakak mau menceritakannya padaku?" Zaira melihat Andre yang hanya berdiam diri di depan pintu.

Andre duduk di sofa. Berhadapan dengan Zaira yang saat ini sudah agak tenang.

"Hubungan mereka agak rumit. Perpisahan mereka juga terjadi karena terpaksa. Namun karena melihat perubahan Rina yang sekarang, sepertinya Brian mengalami kebimbangan lagi. Cinta pertamanya muncul. Disaat itu, Rina, entah bagaimana mengetahui kondisi rumah tangga kalian." Andre menghela napasnya saat melihat Zaira meneteskan air matanya lagi.

Andre berusaha mengingat memori yang selama ini ia pendam. "Awalnya, Dari cerita Brian, dia mengira Rina punya penyakit gangguan kepribadian ganda."

"Apa?!" Serentak Zaira dan Hani bersamaan

~

Setelah beberapa hari dari saat mereka berjalan-jalan di kebun binatang, Rinnada tidak mengajaknya lagi bertemu di kafe setiap malam. Dia lebih senang berjalan di siang hari. Menyesuaikan waktu mereka. Walau hanya beberapa jam saja.

Sore itu, mereka menghabiskan waktu di sebuah danau kecil di taman. Mereka duduk berdampingan di atas rumput.

Rinnada meletakkan kepalanya di bahu Brian.

"Rin, jika aku meneruskan usaha papaku, apa kau mau menikah denganku?" Tanya Brian serius. Matanya lurus menatap danau yang tenang.

Mendengar itu, Rinnada mengangkat kepalanya. Menatap Brian dengan lekatnya. "Apakah kakak bicara serius?"

"Aku tidak pernah main-main denganmu". Brian menarik napasnya. "Sebenarnya aku tidak tertarik bisnis papa, tapi.. setelah mengenalmu, rasanya aku ingin segera melamarmu." Brian melempar batu kecil ke danau.

"Benarkah?" Rinnada tersenyum. Matanya terus menatap Brian. Ada rasa bahagia yang amat sangat saat mendengar pengakuan Brian barusan.

"Ya. Jika kau mau, aku akan belajar bisnis sambil kuliah. Dalam setahun, aku akan menikahimu." Ucapan Brian terdengar sangat serius. Mata Brian menangkap ekspresi terharu di wajah Rinnada. "Itupun jika kau mau menikah denganku".

"Aku mau!" Rinnada langsung menjawab tanpa berpikir-pikir. Di hatinya sudah sangat jelas terukir nama Brian.

Mendengar itu, Brian tertawa. Ia mengecup kening Rinnada.

"Tunggu aku. Aku akan meminta papaku untuk membantuku mempelajari bisnisnya. Setelah itu, aku akan temui orang tuamu dan menikahimu."

Hati Rinnada berbunga. Ia memeluk Brian erat. "Aku tidak sabar hal itu terjadi". Katanya sambil menengadahkan wajahnya.

Brian mengecup singkat bibirnya.

"Tunggulah. Dukung aku terus dengan berada di sampingku. Aku selalu bersemangat setiap melihatmu, calon istriku". Brian mengelus rambut Rinnada penuh rasa bahagia. Ia mengecup kening kekasihnya. Memeluknya hingga matahari terbenam.

******

Kemarin, Rinnada mengatakan bahwa ia tidak akan datang ke kampus dan tidak bisa dihubungi selama beberapa hari. Saat di tanya, Rinnada mengatakan hanya sedang lebih sibuk dari biasanya.

Mengetahui itu, Brian sedikit lesu. Hari-hari yang biasanya sangat menggembirakan tertunda beberapa hari. Padahal kelas sudah selesai. Seharusnya ini waktu yang tepat untuk bertemu Rinnada.

"Aduh.. lesu sekali, sih. Sangat tidak bergairah". Andre melirik Brian yang termenung di bangkunya.

"Diamlah". Ucapnya tak mau di ganggu.

"Sudahlah. Hari ini aku sedang berbaik hati. Mari kita pergi. Anggap saja aku kekasihmu".

Mendengar itu, Brian menoleh dan merasa jijik melihat Andre.

"Hei, jaga ekpresimu itu!" Andre tersinggung. "Sangat tidak menghargai usahaku". Gerutunya kesal.

Tiba-tiba Hp Brian bergetar. Dia terlihat senang saat membaca sebuah pesan masuk dari Rinnada.

"Temui aku di kafe biasa. Sekarang".

Brian menatap layar kecil Hp nya. Bukannya Rinnada sedang tidak aktif beberapa hari? Brian ingat, Rinnada bilang, dia sedang ingin fokus. Dia juga berpesan supaya menghiraukannya dalam waktu beberapa hari dan abaikan jika Rinnada memintanya untuk bertemu. Eh, apa maksudnya, ya? Kenapa aku tidak bertanya waktu itu?

'Tapi mana bisa aku menolaknya untuk bertemu?'

"Ada apa?" Andre melirik layar hp Brian.

Brian berlari keluar kelas meninggalkan Andre yang teriak-teriak tidak terima di tinggal sendirian.

'Padahal aku sengaja disini menemaninya. Malah dia yang meninggalkanku. Hahh.. budak cinta!' gumam Andre sambil berjalan lunglai.

Sesampainya di Kafe...

"Hai, kak Brian". Rinnada berdiri menyambut Brian dengan pelukan.

"Kenapa memanggilku Brian?" Tanyanya heran. Padahal selama ini Lidah gadis itu seperti sudah terbiasa memanggilnya Ian.

"Aku merindukanmu..". Rinnada mempererat pelukannya. Tidak menghiraukan apa yang Brian katakan.

Brian membalas pelukannya. "Haha. Kita baru bertemu, sayang. Kau sudah rindu saja." Brian melepaskan pelukannya. "Aku juga merindukanmu". Katanya sambil memegang kepala Rinnada yang di tutupi dengan topi.

"Cuaca sedang panas, sayang, kenapa pakai jeket?" Brian duduk disebelah Rinnada. Membuat gadis itu sedikit kaget.

"Apa kakak tidak mau duduk didepanku saja?" Rinnada mengalihkannya lagi.

"Aku ingin berdekatan denganmu". Ucapnya sambil menopangkan pipi kiri di tangannya, menatap Rinnada yang disebelah kanannya.

Yang di tatap, menunduk sambi membenarkan posisi topinya.

"Sudah makan?" Tanya Brian penuh perhatian.

"Aku bahkan belum sarapan. Kita pesan makanan ya, sayang." Rinnada mengambil daftar menu yang tergeletak di atas meja.

"Kenapa bisa tidak sarapan? Bukannya itu wajib bagimu?" Brian menatap Rinnada. "Kau bisa sakit, sayang. Jangan lagi lewatkan sarapanmu, ya!" Omel Brian pada Rinnada yang dimatanya selalu melakukan sesuatu dengan sempurna.

"Baiklah. Kak Brian Mau pesan apa?" Rinnada melihat-lihat menu. Sedikit sebal karena di marahi Brian.

"Seperti biasa, sayang".

"Ah.. itu." Rinnada diam sejenak. "Kalau begitu aku sama saja denganmu." Rinnada menutup Menu yang dipegangnya. Melihat Brian agar dialah yang memanggil pelayan.

"Kau yakin? Bukannya paling tidak suka telur setengah matang?" Brian memicingkan matanya. Wanitanya kali ini berbeda dari biasanya.

Rinnada diam tak bergeming.

"Ada apa?" Brian menggenggam tangannya. "Ceritalah". Brian menganggap Rinnada pasti lagi banyak pikiran.

"Tidak. Aku hanya ingin mengikutimu." Jawaban Rinnada seperti hanya sebuah alasan.

"Pesan saja yang sesuai seleramu, sayang. Tidak perlu mengikutiku. Bukankah kita sudah saling paham satu sama lain?" Brian mengelus pipi Rinnada.

"Baiklah.." Gadis itu malu akibat kecerobohannya.

****

Keesokannya di kampus, Andre menghampiri Brian yang duduk di atas rumput taman kampus. Dilihatnya Brian termenung sambil menggigit-gigit ujung rumput panjang yang sengaja dicabutnya.

"Mbeeeeekkkk"

Andre meledek Brian yang memainkan rumput di mulutnya.

Yang diledek tidak menggubris.

"Ada apa, sih. Bukannya hari-harimu terasa indah belakangan ini?"

"Ndre, ada tidak ya, orang yang lupa dalam hitungan jam". Brian memulai pertanyaan serius.

"Ada. Alzheimer"

"Ah. Benar. Tapi, bukannya itu penyakit orang tua, ya?"

"Hmm" Andre menggelengkan kepalanya. Ia kini ikut menggigit ujung rumput. "Ada juga usia muda."

"Serius?" Brian berusaha mengingat-ingat kejadian-kejadian yang ia lalui dengan Rinnada.

"Kenapa? Kau mulai banyak lupa?"

Brian menggelengkan kepalanya. Dia menceritakan kejadian yang ia alami bersama Rinnada. Gadis itu cepat sekali melupakan hal yang baru terjadi, juga momentum saat mereka bersama.

"Seperti ada dua orang. Apa dia kembar?"

Andre mulai memberi sugesti.

"Sepertinya tidak. Tubuhnya, tinggi, wajah semua sama. Hanya tingkahlaku yang berbeda."

Andre menghela napasnya. "Orang yang kembar ya memang seperti itu!"

"Tapi dia menghubungiku di nomor yang sama. Tatapan hangat yang sama saat melihat ke arahku. Hanya seperti melupakan banyak hal denganku. Ah, iya, dia juga kadang berpenampilan berbeda. Rinnada mengatakan bahwa ia tidak menyukai warna merah jambu. Tapi kadang, dia pakai benda-benda yang berwarna itu".

"Coba tanya alasannya".

"Dia bilang, dia hanya mencoba saja. Karena aku yang memulainya."

"Ya sudah. Apa masalahnya?" Andre heran, Brian mencemaskan sesuatu yang wajar saja terjadi, menurutnya.

"Kau hanya belum mengenal sepenuhnya" Ucap andre lagi.

"Benarkah? Tapi kenapa aku merasa dia sering berbeda. Terkadang sangat anggun, kadang dia.. ah sudahlah."

Brian merebahkan tubuhnya di atas rumput. Menyangga kepalanya dengan tangan kanan dan menutup wajahnya dengan lengan kirinya.

Dia mengingat sesuatu. Perkataan Rinnada kemarin saat mereka berjalan santai selepas dari kafe, sebelum mereka berpisah.

Rinnada menggenggam tangan Brian. "Apa kau mau menikahiku?" Pertanyaan Rinnada membuat Brian bingung.

"Bukankah kita pernah membahasnya, sayang". Ucap Brian lembut.

Rinnada menghentikan jalannya. "Berjanjilah bahwa kau hanya akan menikahiku." suara Rinnada memelas.

Brian mengangguk. "Aku sedang berusaha, sayang. Setelah itu kita akan menikah".

"Tidak. Aku ingin kau berjanji padaku, bahwa kau hanya akan menikahiku."

Brian mengerutkan alisnya.

"Kenapa? Apa selama ini kakak hanya bermain-main?" Rinnada mulai kesal. Dia menghempaskan tangan Brian dengan kasar.

"Tentu tidak, sayang." Brian menggenggam lagi tangan Rinnada. "Aku berjanji padamu, aku akan menikahimu."

"Hanya aku!" Rinnada menambahi.

"Ya. Hanya dirimu yang akan aku nikahi". Brian melihat senyum kepuasan di wajah Rinnada.

"Sekarang pulanglah. Karena aku masih ada mata kuliah sore ini." Brian mengecup kening Rinnada. Harumnya berbeda siang ini. Tetapi karena ini Rinnada, Brian tetap menyukainya.

Rinnada melambaikan tangannya. Brian membalas lambaian tangannya sambil menatap punggung gadis itu.

"Rinnada, kenapa kau sering membuatku bingung.." gumam Brian dan berlalu pergi.

Bersambung.....

(Gambar ilustrasi diambil dari kibrispdr.*rg)

1
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Buruk
Gesuriwati Damiri
Biasa
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
Tri Astuti
Lumayan
Cita Solichah
karya2mu bikin aq gk bs fokus ngapa2in author.. tiap baca gk mau berhenti..
Penulis Amatir: Makasih ya kak. Udah baca Syahdu?🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!