Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kirana rindu Candra
.
Setelah sarapan pagi. Candra pergi dari rumah untuk melakukan tugasnya sebagai kepala desa. Candra mendapat kabar bahwa salah satu warganya akan membangun sebuah rumah yang bernuansa batu dan semen. Sebagai kepala desa Candra harus turut serta untuk membantu warga tersebut membangun rumah. Begitu lah kehidupan di desa Kuningan ini, para warga hingga kepala desa harus turut serta bergotong royong dan saling membantu satu sama lain.
Tak lama kemudian. Candra tiba di rumah milik warga yang akan dibangun itu. Candra dapat melihat beberapa warganya sudah hadir di sana dan mulai melaksanakan tugas mereka masing-masing. Ada yang mengaduk campuran semen dan pasir, ada juga yang menyusun batu bata secara rapi dan lain-sebagainya.
Kehadiran Candra di sana langsung disambut hangat oleh para warga di sana. Candra pun ikut turun tangan membantu para warganya itu.
_____________________________________________
Siang hari.
Perlahan-lahan Kirana membuka matanya. Setelah tidur yang cukup, Kirana dapat merasakan tubuhnya sudah pulih dan segar kembali. Dengan segera Kirana beranjak dari atas tempat tidur dan keluar dari kamarnya itu.
Tap ... Tap ... Tap ...
Kirana melangkah menuruni anak tangga lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Tidur yang panjang membuat tenggorokannya sedikit kering.
Setibanya di dapur. Kirana langsung bertemu dengan Nyonya Amira yang terlihat sedang memasak.
"Sudah bangun, Sayang?" tanya Nyonga Amira seraya melirik sekilas ke arah gadis kota itu, kemudian kembali fokus pada masakannya yang ada di dalam wajan.
"Iya, Tante," jawab Kirana.
"Bagaimana keadaan kamu? Tadi Candra bilang kamu demam karena terkena hujan."
"Aku sudah mendingan kok, Tante," jawab Kirana lagi.
"Syukurlah kalau kamu sudah mendingan. Tante khawatir sekali ketika mendengar kamu sakit. Nanti Tante buatkan jamu untuk kamu, agar tubuh kamu semakin membaik dan sehat kembali," ujar Nyonga Amira. Kirana pun hanya bisa menganggukan kepalanya dengan pasrah.
"Emm ... Ngomong-ngomong Candra di mana, Tante?" tanya Kirana penasaran. Entah mengapa ia merasa sedikit rindu dengan kehadiran pria baik itu.
"Candra ada urusan di luar, Sayang. Mungkin sore nanti dia baru pulang," jawab Nyonya Amira yang membuat Kirana seketika lesu ketika mendengarnya.
'Sore? Itu lama banget pulangnya ....' gumam Kirana dalam hatinya.
"Kamu kangen ya sama Candra?" tebak Nyonya Amira yang membuat wajah Kirana langsung memerah bat kepiting rebus.
"Emm ... I--Itu, a--anu ...."
"Ini ada bekal untuk Candra, Sayang. Kalau kamu ingin bertemu dengan Candra antar bekal ini ke tempat kerjanya." Nyonga Amira berjalan mendekati Kirana kemudian memberikan sebuah kotak bekal dan botol minuman pada Kirana yang membuat kedua mata Kirana langsung berbinar-binar seperti anak kucing. Kirana merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya ia bisa bertemu dengan Candra dengan alasan ingin mengantar bekal makanan untuknya.
"Tempat kerjanya di mana, Tante?" tanya Kirana.
"Kamu tinggal jalan lurus saja sampai bertemu rumah kayu berwarna kuning. Kemudian belok kanan. Tepat di sana ada rumah yang ingin dibangun, di situlah Candra sedang berada. Paham?" jelas Nyonya Amira.
"Paham, Tante!" Kirana menganggukan kepalanya dengan paham dan semangat. Kemudian, gadis itu segera pergi dengan perasaan yang sangat bahagia setelah berpamitan dengan Nyonya Amira.
_______________________________________________
Tak butuh waktu yang lama, Kirana tiba di lokasi yang disebutkan oleh Nyonya Amira. Dari kejahuan Kirana dapat melihat beberapa warga yang sedang mengaduk semen di sekitar situ.
Ia pun mendekat lalu berkata. "Permisi!"
Dua warga yang sedang mengaduk semen itu langsung menoleh ke arah Kirana. "Iya, Non? Ada apa?" tanya mereka berdua secara bersamaan.
"Candra ada di sini nggak?" tanya Kirana seraya celingak-celinguk.
"Oh, cari Pak Candra? Pak Candra ada di dalam, Non. Silahkan masuk, Non!"
"Baik, Om. Terimakasih!" Setelah memberikan membungkukan tubuhnya sebagai tanda terimakasih. Kirana pun segera masuk ke dalam.
Dan benar saja. Kirana dapat melihat Candra yang sedang menyusun batu bata dengan menggunakan semen. Kirana pun langsung terdiam ketika melihatnya.
'Ta--Tampan banget ....'
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.