Liam Aretas Amir—CEO dari Amour Hotel, jatuh cinta sejatuh-jatuhnya kepada karyawan baru di perusahaannya. Wanita cantik yang memiliki kesempurnaan fisik maupun sikap itu bernama Indah Gayatri. Masalahnya, Liam sudah memiliki Fello—istri yang membuat Liam menjadi seorang CEO di usianya yang baru menginjak awal kepala tiga. Akan tetapi, hubungan Liam dan Fello jauh dari kata baik lantaran selain sangat pencemburu, Fello juga selalu mengungkit jasa-jasanya kepada Liam. Hingga setelah keduanya kembali terlibat pertengkaran besar, Liam yang mabuk parah justru memaksa Indah menjalani ‘cinta satu malam’ dengannya.
Lalu, bagaimana kelanjutan kisah mereka? Menyesalkah Fello ketika pria yang selalu ia injak-injak, walau pria itu juga tulus mencintainya, justru menemukan kebahagiaan dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 : Wanita yang Mencintai Suamiku
Indah duduk sila di tikar karakter yang menghiasi lantai ruang keluarga kediaman orang tuanya. Ia tersenyum ceria di setiap tatapannya bertemu dengan sang mamah mertua. Kini ia tengah memotong kuku nyonya Nani yang sudah terbilang panjang. Suster Surti bilang, mamah Liam itu sedang ingin dimanja olehnya. Nyonya Nani memang tidak bilang secara langsung, tapi wanita itu meminta susternya untuk menyampaikannya kepada Indah.
Dari dalam kamar yang ada di belakang sana dan merupakan kamar Indah, suara bersin makin kerap terdengar. Itu Liam yang sepertinya langsung flu setelah main air di sungai sekaligus air terjun.
“Sepertinya suamimu, flu,” ujar nyonya Nani.
Indah mengulas senyum. “Bentar, Mah. Beres kasih kuteks di kuku Mamah, aku tinggal ke Liam. Lagian dia masih sibuk siapin rancangan pembangunan penginapan.”
Cara Indah yang selalu penuh kelembutan benar-benar menenangkan. Nyonya Nani sampai betah, seperti sedang bersama anak gadisnya sendiri yang masih sangat harus ia manjakan. Andai waktu bisa diputar, tentu ia akan langsung mencari Indah kemudian menikahkannya dengan Liam agar Liam tak merasakan penderitaan lantaran harus menjadi bagian dari kehidupan seorang Fello.
“Tadi siang Liam bilang, katanya kamu habis periksa ke dokter. Bagaimana hasilnya?” sergah nyonya Nani. Seperti sebelumnya, Indah tak langsung menjawab. Wanita cantik itu menatapnya lebih dulu, kemudian tersenyum. Senyum yang benar-benar hangat sekaligus menenangkan. Iya, Indah memang kebalikannya Fello. Sikap sekaligus watak keduanya sangat berbeda.
Setelah selesai mengurus sang mamah mertua, Indah mengantarnya ke kamar sebelah. Di sana suster Surti sudah beristirahat karena wanita itu akan kembali menjaga nyonya Nani. Keduanya tidur bersama dan baru saja, suster Surti bergegas akan mengangkat tubuh nyonya Nani.
“Dituntun saja, Sus. Pelan-pelan jalan, Mamah kan masih ada kemungkinan jalan. Terus, tiap pagi juga rutin jemur. Intinya, Sus fokus urus Mamah, urusan lain gampang nyusul,” ucap Indah yang terus tersenyum hangat. Ia menggenggam kedua tangan mamah mertuanya erat, menuntunnya dengan sangat hati-hati. Sementara sang suster menuntun sang nyonya dari samping.
Setelah meninggalkan sang mamah mertua dan sampai menutupkan pintunya dengan sangat hati-hati, Indah tak lantas masuk ke kamar. Ia sengaja langsung ke dapur, membuatkan teh manis hangat yang ia campur dengan dua saset herbal untuk masuk angin.
“Sayang, kamu pasti masuk angin. Memangnya sebelumnya, kamu belum pernah main di bawah air terjun gitu, basah-basahan?” Indah meletakan teh manis yang ia bawah, di sebelah tangan Liam. Ia mengambilnya dari lambar, menuntun Liam untuk minum. Namun, pria itu mengambil alih sendiri. Meminumnya secara bertahap di tengah kenyataan hidungnya yang mampat.
“Ini herbal masuk angin?” tanya Liam memastikan sambil menoleh ke belakang kanannya karena sang istri ada di sana dan tengah memijat pundaknya.
Indah menatap Liam, tersenyum, kemudian mengangguk-angguk.
“Dicampur begini enak, padahal biasanya aku anti dan susah banget konsumsi meski aku paksa.” Liam kembali meminum sisa di gelas. “Bikinin lagi, ya. Soalnya aku juga kena radang. Pengin minum yang hangat terus.” Pengakuannya kali ini membuat raut cemas menguasai wajah sang istri. Indah meraba kedua sisi lehernya menggunakan kedua tangan.
“Kalau kamu radang, aku kucekin daun saga saja. Mujarab, biasanya di sini gitu. Banyak yang cocok. Aku buat sekarang, ya.” Indah langsung pergi meninggalkan Liam sendiri.
“Yang, Mamah juga lagi radang, lho!” ia refleks berseru dan itu membuat tenggorokannya terasa sangat sakit. Indah yang refleks menoleh langsung meringis, seolah wanitanya itu bisa merasakan sakit yang ia rasakan.
Layaknya istri sekaligus menantu teladan pada kebanyakan, Indah membuatkan herbal untuk radang tenggorokannya. Ia membuat dua gelas kecil. Termasuk teh hangat dengan herbal untuk masuk angin, Indah juga turut memberikannya kepada sang mamah mertua.
Setelah kembali menuntaskan kedua herbal buatan Indah, Liam pamit ke kamar mandi. Indah yang akan membereskan gelas bekas minuman herbal maupun tehnya, menjadi terusik dengan apa yang ada di meja. Layar laptop suaminya dihiasi tabel perencanaan yang sangat terperinci, tapi bukan itu yang mengusik perhatiannya, melainkan ponsel Liam yang ada di sebelah kanannya. Ponsel tersebut terus bergetar dan layarnya menyala. Membuatnya mengetahui bahwa di sana ada pesan baru. Sederet pesan dari kontak bernama Fello yang langsung membuatnya kesal.
Bisa enggak sih, sebentar saja wanita ini enggak mengganggu Liam? Batin Indah. Kesal rasanya padahal ia sendiri yang sudah meminta Liam untuk sabar dalam menghadapi Fello.
Karena pesan dari Fello terus menumpuk, Indah yang tak tahan sengaja meraih ponsel suaminya. Kebetulan, pria itu sudah membuat sidik jari Indah untuk menjadi salah satu kunci pembuka gawai canggih tersebut.
Sederet pesan dari Fello pun terpampang nyata di layar ponsel Liam setelah Indah menyentuh pesan tersebut.
Fello : Baiklah, aku menyerah
Fello : Aku akan mengikuti permainanmu
Fello : Satu bulan. Harusnya itu sudah cukup untukmu.
Fello : Bukankah alasanmu menikahi wanita bisu itu karena kamu ingin punya anak?
Fello : Aku akan menuruti semua keinginan kamu asal setelah dia hamil, kamu meninggalkannya. Kita tunggu dia melahirkan, dan setelah itu, kita merawat anaknya.
Fello : Aku janji, aku akan menjadi istri yang baik buat kamu.
Fello : Aku juga akan berpakaian lebih tertutup.
Fello : Malahan, aku juga bersedia hamil. Aku siap jadi ibu rumah tangga seperti yang kamu mau.
Fello : Apa pun, aku janji akan menuruti semua keinginan kamu.
“Ehm ....” Dari luar, Liam terdengar berdeham beberapa kali. Indah terusik kemudian melongok. Ia menunggu kedatangan Liam tanpa sedikit pun terusik apalagi curiga pada pesan-pesan Fello.
Mendapati Indah tengah memegang ponselnya, Liam langsung terkesiap. Apalagi ketika akhirnya istrinya itu mengabarkan bahwa Fello mengirimi banyak WA dan Indah sudah membacanya.
Liam buru-buru merebut ponselnya. “Biarin saja, nanti kalau dia capek, pasti berhenti sendiri.”
Indah menunduk tak bersemangat. “Aku boleh menemuinya, enggak? Aku ingin mengajak dia mengobrol baik-baik.”
Liam menggeleng tegas. “Percuma. Yang ada dia malah ngamuk kamu. Aku saja ditonjok, ditendang ... apalagi kamu yang lemah lembut begini.” Liam meyakinkan kemudian duduk di kursi kerja milik Indah yang mendadak menjadi tempat kerjanya.
Dalam diamnya, Indah tetap ingin bertemu Fello. Indah ingin bertemu empat mata dengan wanita itu. Indah ingin meminta Fello untuk berhenti mengganggu Liam.
Setelah menghela napas dalam, Indah agak membungkuk kemudian mendekap kepala Liam.
“Kamu tidur dulu, soalnya aku masih banyak kerjaan,” ujar Liam yang meski sibuk, masih tetap menatap kedua mata Indah ketika ia berbicara dengan istrinya itu.
Indah mengangguk-angguk dan sebisa mungkin tersenyum ceria walau jauh di dalam pikirannya, ia tengah merancang pertemuan dengan Fello.
“Aku belum ngantuk. Aku boleh pinjam ponsel kamu buat jadi wifi soalnya paket data hapeku habis. Aku mau nonton beberapa resep masakan.”
Liam yang menyimak sambil menatap Indah, mengangguk-angguk. “Isi lewat mbanking kan bisa.”
“Sinyal hp aku selalu lelet kalau di kamar, Yang.” Indah selalu memberi Liam alasan asal ia bisa meminjam hp suaminya itu untuk menyalin nomor ponsel Fello.
Liam mengangguk-angguk. “Di sini juga pakai wifi, kan?” lanjutnya.
“Lelet juga.” Indah masih beralasan.
“Ya sudah, besok aku coba urus biar wifinya lancar soalnya kita pasti bakalan sering di sini dan aku pun butuh sinyal lancar,” ujar Liam yang kemudian fokus dengan pekerjaan di laptopnya.
Setelah meringkuk membelakangi Liam, Indah langsung menyalin nomor ponsel Fello dari hp sang suami. Tak mau membuang-buang waktu, Indah juga langsung mengirimi Fello pesan WA.
Hai, ini aku, Indah istrinya Liam. Ini nomor Ibu Fello, kan? Ibu Fello, apakah Ibu Fello memiliki waktu? Saya ingin bertemu. Ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan.
Itulah pesan yang Indah kirimkan kepada nomor Fello. Tak butuh waktu lama pesan tersebut dihiasi centang dua warna biru menyala yang bertanda, pesan tersebut telah dibaca.
Harap-harap cemas Indah menunggu balasan dari Fello sambil terus meringkuk memunggungi Liam. Namun, bukannya membalas kepadanya, Fello kalah mengirimkan foto tangkap layar berupa ruang WA dari Indah, ke WA Liam.
Si Fello kok kayak kelainan, ya? Dia niat banget merusakk rumah tanggaku dan Liam, batin Indah menjadi serius. Baginya, Fello bukan sembarang wanita yang mencintainya. Fello sangat terobsesi, mirip psikopat.
Aku selalu baca cerita mu kak 🌹🌹🌹❤️❤️❤️