NovelToon NovelToon
Arjuna : A Divine Power, A Fallen Hero

Arjuna : A Divine Power, A Fallen Hero

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Tamat / Penyelamat
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Arjuna, putra dari Dewa Arka Dewa dan Dewi Laksmi, adalah seorang dewa yang sombong, angkuh, dan merasa tak terkalahkan. Terlahir dari pasangan dewa yang kuat, ia tumbuh dengan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa menandinginya. Dengan kekuatan luar biasa, Arjuna sering merendahkan dewa-dewa lainnya dan merasa bahwa dirinya lebih unggul dalam segala hal.

Namun, sikapnya yang arogan membawa konsekuensi besar. Dewa Arka Dewa, ayahnya, yang melihat kebanggaan berlebihan dalam diri putranya, memutuskan untuk memberi pelajaran yang keras. Dalam upaya untuk mendewasakan Arjuna, Dewa Arka Dewa mengasingkan Arjuna ke dunia manusia—tanpa kekuatan, tanpa perlindungan, dan tanpa status sebagai dewa.

Di dunia manusia yang keras dan penuh tantangan, Arjuna harus menghadapi kenyataan bahwa kekuatan fisik dan kesombongannya tidak ada artinya lagi. Terpisah dari segala kemewahan Gunung Meru, Arjuna kini harus bertahan hidup sebagai manusia biasa, menghadapi ancaman yang lebih berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Baru Arjuna

Pagi itu, matahari bersinar hangat, mengusir sisa hujan dari malam sebelumnya. Arjuna dan Kirana berjalan menuju kantor lama mereka, tempat di mana mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama. Namun, hari ini berbeda—ini adalah hari di mana mereka akan mengucapkan perpisahan.

Sesampainya di kantor, rekan-rekan kerja mereka terkejut mendengar keputusan Arjuna dan Kirana.

Pak Haris (atasan mereka) (dengan nada tidak percaya): "Kalian berdua berhenti? Serius ini?"

Arjuna mengangguk mantap, sementara Kirana sedikit ragu sebelum mengangguk juga.

Arjuna (dengan senyum tipis): "Ya, Pak. Saya memutuskan untuk mengambil jalan baru. Dunia saya sudah berubah sejak beberapa waktu lalu."

Kirana (menambahkan dengan nada lebih lembut): "Saya juga akan ikut dengan Arjuna. Saya akan menjadi asistennya."

Beberapa rekan kerja mereka tampak terkejut, ada yang kecewa, namun banyak juga yang memahami bahwa Arjuna memang sudah bukan orang biasa lagi sejak kejadian melawan Andi Wijaya.

Setelah berpamitan, mereka keluar dari gedung kantor. Bara sudah menunggu di luar dengan ekspresi masih kebingungan.

Bara (menggaruk kepala, bingung): "Oke, jadi kalian keluar dari kerjaan… terus gue? Gue dipindahin ke rumah gue gitu aja? Gue tidur di kasur, terus tiba-tiba buka mata udah di rumah? Gue kayak korban penculikan alien tau nggak."

Arjuna dan Kirana saling pandang sebelum tertawa kecil.

Arjuna (mengangkat bahu, bercanda): "Ya, kalau Dinata bisa mindahin Kirana ke rumahnya, kenapa nggak sekalian lo juga? Harusnya bersyukur nggak dibuang ke tengah laut."

Bara (cemberut): "Lo berdua enak masih bisa sadar dan ngobrol dulu. Gue? Gue bangun-bangun udah di kamar sendiri, gue kira diculik tuyul!"

Kirana terkikik pelan, sementara Arjuna hanya menepuk pundak Bara dengan santai.

Arjuna (dengan nada lebih serius): "Tapi ya udah, itu udah berlalu. Sekarang, gue harus mulai fokus dengan jalan baru gue. Dan Kirana akan tetap di samping gue sebagai asisten."

Bara melipat tangan, lalu menatap mereka dengan ekspresi setengah bercanda, setengah serius.

Bara (mengangkat alis): "Asisten, ya? Yakin lo nggak ada agenda lain?"

Kirana langsung berdehem dan melirik ke arah lain, wajahnya sedikit memerah. Arjuna hanya tersenyum tipis tanpa menjawab.

Bara (mendesah, akhirnya mengalah): "Oke lah, terserah lo. Yang penting lo tau apa yang lo lakuin. Gue cuma berharap lo nggak lupa sama kita-kita yang dulu pernah kerja bareng."

Arjuna menatap Bara dengan penuh keyakinan.

Arjuna (dengan tegas): "Gue nggak akan pernah lupa."

Angin pagi bertiup lembut, membawa serta lembaran baru dalam kehidupan Arjuna. Kini, perjalanan barunya sebagai model sekaligus seseorang yang berada di antara dunia manusia dan dunia para dewa benar-benar dimulai.

Lanjutan – "Pemotretan Pertama Arjuna"

Setelah urusan di kantor lama selesai, Arjuna, Kirana, dan Bara langsung menuju studio pemotretan di pusat kota. Sesampainya di sana, suasana begitu sibuk. Para kru lalu-lalang, mengatur pencahayaan, kamera, serta properti pemotretan.

Pak Rizal, produser yang sebelumnya menawarkan Arjuna menjadi model, menyambut mereka dengan antusias.

Pak Rizal (tersenyum lebar): "Akhirnya datang juga, Arjuna! Ini akan jadi pemotretan pertama kamu, dan jujur saja, kami semua sangat menantikannya."

Arjuna mengangguk, masih sedikit canggung dengan suasana industri hiburan ini. Kirana di sampingnya tampak bersemangat, sementara Bara hanya mengamati dengan tangan di saku celana.

Seorang stylist mendekati Arjuna dan mengajaknya ke ruang ganti.

Stylist (sambil menatap wajah Arjuna dengan kagum): "Wajah kamu tuh, udah kayak model profesional, lho. Ini pasti bakal jadi debut yang luar biasa."

Arjuna hanya tersenyum tipis.

Di ruang ganti, ia diberikan beberapa setelan pakaian untuk pemotretan pertamanya. Konsep kali ini adalah elegant masculine, dengan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Setelah berpakaian rapi, Arjuna keluar, dan seketika semua mata tertuju padanya.

Kirana (berbisik pada Bara, setengah bercanda): "Astaga... dia beneran cocok banget jadi model."

Bara (menghela napas, geleng-geleng kepala): "Yaelah, udah tau dari awal dia itu tampan banget. Gue aja kalau jadi cewek udah jatuh hati duluan."

Arjuna berjalan ke depan kamera dengan percaya diri. Sang fotografer, seorang pria dengan rambut dikuncir dan berkacamata, memberi arahan.

Fotografer (dengan nada antusias): "Oke, Arjuna. Santai aja. Bayangkan kalau kamu adalah seorang pria yang berkuasa, penuh karisma, dan bisa menaklukkan dunia hanya dengan tatapan mata."

Arjuna menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap kamera dengan ekspresi dingin dan tajam. Kilatan lampu kamera menyala.

Fotografer (berseru puas): "YES! Itu dia! Tatapan seperti ini yang kita cari!"

Pemotretan berlangsung lancar. Arjuna mengikuti berbagai arahan dengan mudah, bahkan tanpa pengalaman sekalipun, ia terlihat sangat alami di depan kamera.

Setelah beberapa setelan pakaian dan berbagai pose, sesi pemotretan pun selesai. Semua kru tampak puas dengan hasilnya.

Pak Rizal (menepuk bahu Arjuna, tersenyum lebar): "Arjuna, kamu baru pertama kali jadi model, tapi hasilnya luar biasa! Saya yakin karier kamu di dunia ini bisa melesat."

Kirana ikut tersenyum bangga, sementara Bara hanya mengangguk dengan ekspresi "ya, gue udah duga ini bakal kejadian."

Arjuna (tersenyum, menatap Kirana dan Bara): "Yah, ini baru permulaan, kan?"

Dan dengan itu, babak baru dalam hidup Arjuna sebagai model resmi dimulai.

Lanjutan – "Arjuna Viral di Media Sosial"

Keesokan paginya, dunia maya heboh. Nama Arjuna merajai berbagai platform media sosial. Foto-fotonya dari pemotretan kemarin mulai tersebar luas—bukan hanya di akun resmi majalah, tetapi juga diunggah ulang oleh berbagai akun penggemar, fashion enthusiast, hingga influencer.

Di Twitter, tagar #ArjunaModelBaru, #DewaTurunKeBumi, dan #VisualDewa menjadi trending. Netizen berbondong-bondong membicarakannya.

Akun FashionTrendID: "Siapa model baru ini? Visualnya bener-bener DILUAR NALAR! Arjuna, cowok yang langsung nge-top setelah satu pemotretan!🔥🔥"

Akun FansGirls_FC: "Dewa turun ke bumi? Arjuna ini manusia atau makhluk mitologi yang tersesat di dunia kita?"

Akun Majalah_Hits: "Eksklusif! Model baru dengan aura misterius ini akan menjadi wajah baru industri fashion Indonesia! Siap-siap melihat lebih banyak Arjuna di berbagai media!"

Di Instagram, unggahan majalah resmi yang menampilkan Arjuna sudah mendapat ratusan ribu likes dalam beberapa jam. Komentar pun dipenuhi pujian dan keterkejutan.

Sementara itu, di rumah, Arjuna baru saja bangun dan melihat ponselnya. Puluhan notifikasi dari media sosial dan pesan masuk memenuhi layar.

Kirana (tersenyum sambil menunjukkan ponselnya): "Selamat pagi, Arjuna. Sekarang kamu bukan hanya manusia biasa, tapi fenomena! Coba lihat, fotomu di mana-mana."

Arjuna mengernyit, lalu mengambil ponselnya dan mulai membaca komentar-komentar netizen.

Arjuna (menghela napas, menatap Kirana): "Aku nggak nyangka bakal sebesar ini."

Bara (duduk di sofa, sambil membuka Twitter di ponselnya): "Bukan cuma besar, Jun. Lu sekarang udah setengah artis. Orang-orang udah mulai penasaran sama kehidupan pribadi lu."

Di luar, media mulai membicarakan sosok Arjuna secara lebih luas. Bahkan, beberapa stasiun TV mulai mengangkatnya dalam segmen berita hiburan, membahas bagaimana seorang pria misterius tiba-tiba menjadi ikon fashion dalam semalam.

Presenter Berita Hiburan: "Sosok Arjuna ini benar-benar menarik perhatian publik! Dari orang biasa, tiba-tiba viral dan menjadi ikon baru dalam dunia model. Siapakah dia sebenarnya?"

Arjuna menutup ponselnya dan bersandar di kursi. Ini adalah babak baru dalam hidupnya, dan ia tahu, semua ini hanya permulaan.

Lanjutan – "Kehidupan Baru, Pelajaran Lama"

Dua bulan berlalu dengan cepat. Arjuna telah menjalani berbagai pemotretan, wawancara, dan tampil dalam beberapa acara fashion bergengsi. Kini, ia bukan hanya sekadar viral di media sosial, tapi sudah benar-benar menjadi figur publik yang diperhitungkan dalam industri modeling.

Dengan penghasilan yang melimpah, Arjuna akhirnya membeli rumah baru—sebuah hunian mewah dengan desain modern, lengkap dengan halaman luas dan kolam renang pribadi. Namun, yang paling penting baginya adalah berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang telah setia bersamanya.

Di ruang tamu rumah barunya, Kirana dan Bara duduk di sofa, masih dalam kondisi setengah tidak percaya. Di depan mereka, Arjuna menyerahkan dua amplop tebal berisi uang.

Arjuna (tersenyum, menyodorkan amplop ke mereka): "Ini untuk kalian. Hidup kalian nggak perlu susah lagi."

Kirana (mata berkaca-kaca, menatap amplop itu dengan ragu): "Arjuna... ini terlalu banyak."

Bara (tertawa kecil, tapi suaranya sedikit bergetar): "Gue nggak pernah ngimpi bisa punya duit segini dalam hidup gue."

Arjuna (menatap mereka serius): "Dengar baik-baik. Gue pernah ada di puncak, dan gue juga pernah jatuh. Uang bisa datang dan pergi, tapi yang penting adalah kita nggak boleh sombong. Gue dulu kehilangan segalanya karena kesombongan gue. Jangan ulangi kesalahan gue."

Kirana menggigit bibirnya, merasa terharu. Bara mengangguk, memahami maksud Arjuna. Mereka bertiga kini bukan lagi orang-orang miskin yang berjuang untuk bertahan hidup, tapi mereka tidak boleh lupa dari mana mereka berasal.

Kirana (tersenyum lembut): "Terima kasih, Arjuna. Aku janji nggak akan lupa diri."

Bara (menghela napas, menatap amplopnya dengan ekspresi serius): "Gue nggak bakal jadi orang yang sok kaya dan belagu, tenang aja."

Arjuna mengangguk puas. Ia tidak ingin teman-temannya jatuh ke dalam kesalahan yang sama seperti dirinya dulu. Kekayaan dan popularitas memang menggiurkan, tapi jika tidak dijaga dengan bijak, itu bisa menghancurkan seseorang.

Kini, mereka bertiga memasuki babak baru dalam hidup mereka—bukan sebagai orang yang miskin dan berjuang, tapi sebagai orang yang telah sukses dan harus menjaga hati mereka tetap rendah.

1
Andau
ya ampun, ini sambungan bab ke berapa?.
NBU NOVEL: bab 21 kak
total 1 replies
Andau
Semoga cerita mu kelak akan benar-benar menjadi kenyataan di bawah langit Nusantara.
NBU NOVEL: Terimakasih Support nya kak
total 1 replies
breks nets
Mantap Thor walaupun mungkin ceritanya setengah dongeng tapi bagus alurnya ... lanjutkan hingga akhir cerita
NBU NOVEL: terimakasih bang, tetap support terus ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!