NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:924.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 DBAP

Naya menarik napas panjang, berusaha sekali lagi meyakinkan dirinya untuk tetap berpura-pura tidak mendengar apa yang baru saja Arsen katakan. Ia memilih menunggu. Menunggu sampai Arsen sendiri yang dengan tegas menyatakan semuanya di hadapannya. Hanya saat itu, ia akan mengambil keputusan.

Mungkin terdengar egois, tapi Naya tahu, ia tidak punya pilihan lain. Bukan karena ketakutan Arsen soal jarak usia mereka, bukan pula karena ia menolak kenyataan bahwa Arsen adalah ayah dari anak yang kini dikandungnya. Yang benar-benar menjadi beban di hatinya adalah soal kejujuran dan cinta.

Naya tidak mau membangun rumah tangga hanya karena rasa tanggung jawab. Ia tidak ingin hidup selamanya dalam bayang-bayang rasa kasihan atau keterpaksaan. Ia ingin dicintai sepenuh hati, tanpa syarat.

"Kamu tidak egois, Naya... ini cara untuk menyelamatkan dirimu sendiri," bisiknya, seolah menguatkan hatinya yang rapuh. "Selama ini, kamu sudah kehilangan begitu banyak. Anak yang kamu kandung sekarang adalah satu-satunya harapanmu. Kalau Paman tidak benar-benar mencintaimu... suatu saat, dia bisa saja meninggalkanmu dan mengambil anak itu darimu."

Kata-kata itu terus menggema dalam dirinya, menekan dadanya hingga terasa sesak.

Beberapa menit kemudian, Naya berusaha menenangkan diri. Ia bangkit perlahan dari tempat tidurnya, membersihkan diri, lalu keluar dari kamar, mencari sesuatu untuk mengganjal perutnya yang mulai kelaparan.

Saat ini, hanya ada satu harapan dalam hatinya semoga Arsen sudah pergi dari rumah, agar ia bisa bebas melakukan apa pun yang ia mau tanpa merasa terikat. Namun, langkah kecilnya membawanya ke pemandangan yang tak ia harapkan.

Di dapur, Arsen tampak sibuk menyiapkan sarapan. Mendengar suara langkah-langkah ringan Naya, lelaki itu segera menoleh. Tatapannya penuh perhatian saat ia berkata, "Kenapa kamu keluar kamar? Kamu masih harus bedrest."

"Aku sudah tidak kenapa-napa, Paman," jawab Naya dengan suara pelan.

"Kalau begitu, duduklah. Aku sudah membuatkan susu hamil dan beberapa sarapan ringan," ujar Arsen lembut. "Aku tahu trimester pertama itu berat untuk ibu hamil. Kadang bisa mual di pagi hari. Kamu merasakannya?" Arsen berusaha keras menunjukkan perhatiannya, berharap Naya merasa sedikit lebih nyaman.

Tapi semua tidak berjalan seperti harapannya. Naya justru menatap Arsen sejenak, lalu berkata dengan senyum tipis, "Tidak, Paman. Anak ini terlalu baik... dia tidak mau menyusahkan ibunya. Mungkin dia tahu, nanti saat lahir di dunia ini, hanya aku, ibunya, yang akan menjadi keluarganya."

Hati Arsen terasa mencengkeram. Ia ingin marah pada dirinya sendiri, ingin berteriak lantang bahwa ia tak akan pergi, bahwa ia akan tetap di sana bersama mereka. Tapi dari mana ia harus mulai? Bagaimana ia bisa mengaku bahwa dirinya adalah ayah dari anak itu? Dan lebih penting lagi, apakah Naya mau menerimanya?

Arsen menarik napas pelan sebelum berkata, "Mungkin... ayah dari anak itu juga ingin bersama kalian. Dia tidak akan meninggalkan kalian," ucapnya, sambil menyodorkan segelas susu hamil ke tangan Naya.

Naya menerimanya dengan tenang, lalu tersenyum kecil. Ada sesuatu di matanya, sesuatu yang membuat dada Arsen kembali sesak.

Dengan suara lembut, Naya berkata, "Paman bicara seperti itu... seolah-olah Paman adalah ayah dari anak ini. Atau... Paman memang ayah dari anak ini?"

Waktu seolah berhenti. Hanya suara detak jantung Arsen yang terdengar di telinganya, berdetak lebih cepat daripada yang ia kira. Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengaku, untuk memohon agar Naya mau menerima keberadaannya.

Tapi sebelum ia sempat membuka mulut, Naya sudah lebih dulu bicara sambil terkikik pelan, "Paman, aku cuma bercanda. Mana mungkin itu Paman, kan? Ah... kenapa aku ini..." Ia mengusap perutnya dengan sayang. "Mungkin karena efek semalam dan hormon ibu hamil, jadi aku terlalu banyak berfantasi. Ya, kan, Paman?"

Arsen hanya tersenyum kaku, menyembunyikan rasa sakit yang mengiris perlahan dalam diamnya.

Naya, yang tak mampu membaca ekspresi Arsen, santai saja menyesap susu itu. Setelah habis, ia berpamitan, “Paman, aku kembali ke kamar dulu. Emm... hari ini aku ingin ke restoran juga. Bagaimanapun, sudah satu minggu tidak masuk kerja.”

"Kamu... mau masuk kerja?" tanya Arsen, suaranya terdengar ragu.

"Iya, Paman. Aku masih harus membayar hutangku pada Nisa. Dan juga kebutuhan kuliah lainnya," jawab Naya dengan polos.

Hampir saja Naya bangkit dari kursinya, tapi suara Arsen yang tiba-tiba tegas menghentikannya, "Tetap di situ!"

Naya membeku, menatap Arsen dengan bingung. Namun, ia menuruti perintah itu, tetap duduk di tempat.

Beberapa saat kemudian, Arsen berbalik dan berjalan masuk ke kamar. Tak lama, ia kembali membawa dompet di tangannya. Tanpa banyak kata, Arsen meletakkan dua kartu di meja di hadapan Naya.

"Kamu tidak perlu bekerja lagi. Ini kartu gajiku, kamu yang pegang. Dan ini juga kartu tabunganku," ucap Arsen, matanya menatap lurus, suaranya keras namun dalam.

Naya menatap dua kartu yang tergeletak di atas meja. Matanya membesar, terkejut dan tidak percaya. Waktu seolah berhenti sejenak, dan rasa berat yang mengendap di dadanya semakin menyesakkan. Tidak ada kata yang bisa keluar, hanya perasaan campur aduk yang meremas dadanya, membuat ruang di sekitarnya terasa semakin sempit.

"Paman, aku... aku tidak bisa..." suara Naya hampir hilang di tenggorokan, terdengar lirih, seperti bisikan yang terbata. "Ini terlalu banyak, aku... aku tidak ingin membuatmu merasa seperti... ini."

Arsen menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum melanjutkan. Ia sudah memperkirakan bahwa Naya pasti akan menolak. Kali ini, nada suaranya berubah lebih dalam, lebih tegas, tanpa memberi ruang untuk penolakan.

"Naya," katanya, suara itu lebih berat, penuh tekad. "Aku tidak ingin mendengar alasan lagi. Kamu harus berhenti bekerja, ini bukan hanya untukmu, tapi juga untuk kesehatanmu. Aku tidak ingin kamu membahayakan anakmu lagi."

Naya terdiam, sebuah senyum getir merekah di bibirnya. Ternyata, Arsen lebih mencemaskan anak dalam kandungannya daripada dirinya. Rasa sakit itu seperti terbakar di dadanya, membuatnya terhenyak. Ia menggelengkan kepala dengan cepat, seolah menepis perasaan yang tiba-tiba mengguncang hatinya. Tubuhnya mulai merasa cemas, jantungnya berdegup lebih cepat, dan kata-kata yang ingin ia katakan terasa tercekik di tenggorokan.

"Tidak, Paman, aku...," suaranya hampir tak terdengar, tertahan oleh amarah yang tiba-tiba muncul. "Aku... aku tidak bisa hanya menerima ini... Aku tidak ingin merasa...," kata-katanya tercekat, namun rasa kesal itu semakin menggerogoti dadanya.

Arsen maju selangkah, dan wajahnya kini dipenuhi dengan ekspresi yang lebih tegas. "Nay, berhenti bersikap seperti ini." Nada suaranya melunak, tetapi penuh dengan tekad. "Kamu tahu kan status kita? Suami istri. Biarkan aku memenuhi kewajibanku."

Naya menunduk, tak tahu harus berkata apa. Hatinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang membelit di dalamnya. Arsen, yang melihat perubahan itu, langsung merasakan perasaan Naya. Ia menghela napas dan berbicara dengan lembut, meskipun ada ketegangan di dadanya. "Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu merasa seperti ini..." katanya pelan, "Aku hanya ingin kamu baik-baik saja."

Kemudian Arsen mengubah topik pembicaraan, mencoba memberi sedikit ruang bagi Naya untuk merasa lebih tenang. "Aku... hari ini ada jadwal operasi dan kemungkinan sampai sore. Kakak mengundang kita untuk makan malam. Kalau kamu mau, aku akan menjemputmu. Di sana juga ada Zayan."

Melihat Naya hanya terdiam saja, akhirnya Arsen memilih untuk pergi dari tempat itu. Namun, saat membuka pintu bola matanya membulat saat melihat seseorang yang kini berdiri di depan pintu.

1
Jeng Ining
apa ada konspirasi antara ibu reni dg adik kakek salim ya.. utk bikin kakek salim terpuruk krn kehilangan anak mantu dn cucu yg tdk diketemukan keberadaannya🤔
Nana Tulipa
Bab ini masih mengiris hatiku 🔪
Nana Tulipa
Aduh..... hatiku sakit teriris baca bab ini 😣😣
Jeng Ining
waaahhh ini anak makin jadi aja, belom kepentok Nisa nih, ga kebayang bakal gimna Nisa ngeroasting Dara si mulut julid😅😅
Ida Sriwidodo
Bella mesti yang manggil! 🤔
Ida Sriwidodo
Bella mesti yang manggil!
Jeng Ining
dia udh tau, seseorg yg sangat lembut hati bs bertindak sprti psycho ketika udh mati rasa krn pengkhianatn yg bertubi²
Ida Sriwidodo
Oalaah.. ternyata Dito keluarga ½ mafia toh.. panteess..
Cocok sama Nisa 😅😅😅
Ida Sriwidodo
Anak sama bapak podho edannya haiisz.. pake salah target lagi.. 🤪🤪🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️😅😅
Ida Sriwidodo
Bella dan Arsen di buntuti kah? Sampe tau mereka ketemuan di cafe kecil itu?
Wah.. bisa2 si Bella di bungkam sama Roki 😬😬
Ida Sriwidodo
Dito mah cocoknya jadi detektif ajaa.. instingnya bagus 👍🏻😅🤌🏻
Ida Sriwidodo
Arsen sama Puput kakaknya sama naifnya jadi mudah banget di manipulatif 😤😤
Partini Minok Nur Maesa
dito kyk cenayang tau segalanya
Partini Minok Nur Maesa
saking sibuk dan byk msalah naya lupa bilang klo koas dirumah sakit yg sama
Bastian Sipahutar
jgn banyak drama dong thor
Ciput_imut🤩: enggak kak, dah mau kelar itu
total 1 replies
Partini Minok Nur Maesa
adiknya ibu itu hrsnya om kan ya.
Ciput_imut🤩: iya om/paman
total 1 replies
Ida Sriwidodo
Jadi pen' komen..
Arsen terlalu naif!
Ngga bisa baca sikon.. ngga tau ajaa Arsen klo Roki se nafsu itu buat dapetin harta keluarga mereka
Dito malah lebih kritis.. pemikirannya selalu benar!
Ciput_imut🤩: dito udah kayak cenayang ya kak
total 1 replies
Ranny
dia cucu mu yang hilang kek...
Meri
lanjut kk
Meri
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!