Empat tahun berlalu, Jagat Hartadi masih larut dalam perasaan cinta tak berbalas. Dia memilih menjalani hidup sendiri, hingga suatu malam dirinya membantu seorang wanita yang pingsan di pinggir jalan.
Jenna, itulah nama wanita tersebut. Siapa sangka, dia memiliki kisah kelam menyedihkan, yang membuat Jagat iba.
Dari sana, timbul niat Jagat untuk menikahi Jenna, meskipun belum mengenal baik wanita itu. Pernikahan tanpa dilandasi cinta akhirnya terjadi.
Akankah pernikahan yang berawal dari rasa kasihan, bisa menjadi surga dunia bagi Jenna dan Jagat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 : Rahasia di Balik Lingerie
Jenna tak kuasa menahan diri. Dia merasa kotor, saat bayangan masa lalu kembali hadir.
Malam itu, seperti biasa. Jenna melakoni pekerjaannya sebagai penari striptis, di salah satu tempat hiburan malam kelas atas di Seminyak, Bali. Dia menjadi salah satu penari yang memiliki banyak penggemar pria penikmat kehidupan malam karena kecantikan fisik, serta kelihaiannya dan meliukkan tubuh.
“Ada tawaran menarik untukmu?” bisik Irwan, koordinator para penari striptis di klub malam itu.
Jenna yang baru selesai berpakaian, terdiam sejenak. “Tawaran apa?” tanyanya.
“Ada yang ingin bertemu denganmu secara pribadi,” jawab Irwan.
Bukannya menanggapi serius, Jenna justru tertawa renyah. “Sejak kapan kamu mengizinkan para penarimu ____”
“Dia bukan orang sembarangan. Itulah kenapa, aku berani memfasilitasi pertemuan kalian. Dia akan membayar sesuai yang kuminta.”
“Sesuai yang kamu minta. Lalu, bagaimana denganku?” Jenna melayangkan tatapan protes.
“Tentu saja ada bagian untukmu juga. Seperti biasa. Bagianmu 45%.”
Jenna mengeluh pelan. Namun, dia tidak menolak, meskipun kesal karena hanya mendapat sedikit bagian.
Keesokan malamnya, Jenna datang ke sebuah villa mewah. Di sana, dia disambut oleh seorang pria dengan rentang usia sekitar 40 tahun. Namun, pria itu masih terlihat tampan dan bugar. Penampilannya juga rapi serta bersih, menandakan status sosial tinggi.
“Jasmine?” sapa pria itu kalem dan penuh wibawa.
“Ya.” Jenna tersenyum, seraya berjalan mendekat. “Om Tio?”
“Ya.”
Pria itu mengarahkan tangan ke sofa, mempersilakan Jenna duduk.
“Aku selalu menonton pertunjukanmu,” ucap pria yang tak lain adalah Harus, seraya duduk di sebelah Jenna.
“Benarkah?”
Haris tersenyum kalem. “Hanya pertunjukanmu. Satu minggu dua kali. Malam Selasa dan Jumat. Aku sudah hafal jadwal itu.”
Jenna tertawa renyah. “Ada banyak penari lain yang tidak kalah cantik, seksi, dan ____”
“Kamu yang paling menarik perhatianku,” sela Haris, tepat di dekat telinga Jenna.
Suara berat Haris terdengar begitu menggoda. Tak hanya parasnya yang rupawan, tetapi cara bicaranya pun menghadirkan sensasi berbeda bagi Jenna.
Jenna tersenyum manis, seraya menatap Haris. Dia tak menolak, ketika pria itu merangkul pundak sehingga membuatnya makin merapatkan tubuh.
“Aku menyukai pria wangi sepertimu,” ucap Jenna.
Haris tersenyum kalem, seraya menyentuh dagu Jenna. “Aku menyukai wanita cantik sepertimu.”
Tanpa sungkan, Jenna menyentuh paha Haris, lalu mere•masnya lembut. Tindakan itu langsung berbalas sesuatu, yaitu ciuman hangat yang makin lama makin panas.
Haris menarik Jenna jadi berpindah ke pangkuannya. Dia tampak begitu berhasrat, terhadap wanita yang berprofesi sebagai penari striptis tersebut.
Haris yang selama ini hanya menikmati keindahan tubuh Jenna dari kejauhan, sekarang bisa menyentuhnya secara langsung. Karena itulah, tak sejengkal pun yang dilewatkan pria tampan tersebut.
“Aku ingin bercinta denganmu,” ucap Haris, menghentikan sejenak ciumannya. “Aku akan memberimu uang tips. Berapa pun yang kamu pinta.”
“Sungguh?”
Haris mengangguk penuh wibawa, meskipun sudah dikuasai hasrat yang tak terbendung. “Berikan aku pelayanan terbaikmu,” ucapnya lagi, seraya melepas kencing blus yang Jenna kenakan satu per satu, hingga baju itu terbuka sempurna di bagian depan.
Tampaklah bra hitam polos yang hanya menutupi sebagian payu•dara Jenna. Sebagian lagi menyembul, menghadirkan pemandangan yang teramat indah di mata Haris.
Dengan begitu cekatan, Haris melepas pengait di punggung Jenna, kemudian melemparkan bra itu ke bagian lain sofa. Ditatapnya Jenna seakan meminta izin.
Jenna mengangguk pelan, mengizinkan Haris menyentuh sepasang aset berharganya. Wanita cantik tersebut memejamkan mata, merasakan pijatan lembut memanjakan.
Hanya beberapa saat, Haris langsung mengangkat Jenna, membawa ke kamar. Direbahkannya wanita cantik berambut panjang itu di kasur, kemudian melucuti sisa pakaian yang masih melekat.
“Akhirnya, aku bisa menikmatimu secara langsung,” ucap Haris, yang sudah tak kuasa menahan gairah, ingin segera menuntaskan hasrat kelelakiannya.
Itulah awal dari perselingkuhan yang Haris dan Jenna lakukan. Setelah malam panas tersebut, Haris kerap meminta Jenna datang secara pribadi. Makin lama, hubungan mereka lebih dari sekadar ‘penjual dan pembeli’.
Ada getar-getar asmara yang tumbuh, seiring berjalannya waktu. Haris dan Jenna sama-sama merasakan kenyamanan, meskipun tak ada ikrar apa pun di antara mereka.
Tak ada rasa bersalah di hati Haris, setiap kali memuaskan hasratnya kepada Jenna. Begitu juga dengan Jenna. Dia tidak peduli, meskipun mengetahui bahwa Haris sudah beristri. Jenna senang bisa memenuhi kebutuhan biologis Haris, yang tinggal berjauhan dengan istrinya.
......................
Jenna membuka mata perlahan. Rupanya, dia sempat tertidur di kamar mandi, dalam posisi duduk bersandar pada meja wastafel.
“Astaga.” Jenna bergegas bangkit, lalu merapikan kertas kado yang berserakan. Dibuangnya benda itu ke tempat sampah, kemudian memastikan tak ada sedikit pun yang tersisa.
Sesaat kemudian, terbesit dalam pikiran Jenna, untuk membuang lingerie yang tengah digenggamnya. "Aku harus membungkus ini terlebih dulu."
Jenna berniat keluar dari kamar mandi. Namun, dia dibuat terkejut karena mendapati Jagat yang sudah berdiri di dekat pintu. Pikiran Jenna terlalu kacau, sampai tak menyadari sang suami masuk ke sana.
"Hai, aku ...." Jenna jadi salah tingkah, ketika melihat Jagat menatapnya dengan sorot aneh.
"Apa itu, Sayang?" tanya Jagat, seraya mengarahkan perhatian pada lingerie yang dipegang sang istri.
"Ini ... um ... i-ini ...." Jenna benar-benar kikuk. Mau tak mau, dia harus mengatakan yang sebenarnya.
Jenna mendekat, lalu berdiri tepat di hadapan pria itu. Senyum manisnya terkembang sempurna, mengesankan tak ada apa pun yang tengah disembunyikan.
"Lihatlah. Ini adalah isi dari bingkisan pemberian Bu Viviana." Jenna menunjukkan lingerie two piece yang dipegangnya, lalu tertawa pelan, seakan menganggap itu lucu.
Jagat yang awalnya menatap Jenna, mengalihkan perhatian pada pakaian dalam seksi berwarna merah saga yang diperlihatkan sang istri.
"Ya, ampun." Jagat tersenyum cukup lebar, lalu mengambil lingerie itu dan mengamatinya. Dia bahkan sampai membolak-balik G-string berbahan lace, dengan tali kecil di bagian belakang. Pria tampan tersebut mengernyitkan kening.
Sesaat kemudian, Jagat mengalihkan perhatian kepada Jenna. "Aku tidak mengira Bu Viviana senakal ini," ujarnya agak geli.
"Bagaimana menurutmu?"
"Bagus. Biar kubayangkan saat kamu memakai lingerie ini. Pasti akan terlihat makin ...." Jagat tidak melanjutkan kalimatnya. Harus diakui, otaknya mulai dipenuhi pikiran mesum, setelah membayangkan Jenna mengenakan pakaian seksi itu.
"Aku akan sangat menantikannya. Waktu di mana bisa memilikimu tanpa ada batasan," ucap Jagat, pelan dan dalam.
"Saat itu akan segera tiba," balas Jenna, seraya merangkul pinggang Jagat. Dia berjinjit, lalu mencium sang suami.
Jagat tak perlu tahu, bahwa sebenarnya lingerie yang dia pegang merupakan pakaian kesukaan Haris. Lingerie itu kerap Jenna kenakan, saat menyuguhkan tarian ero•tis secara pribadi di hadapan suami Viviana tersebut.