Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.
Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.
Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.
Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.
Yuk ikuti kisahnya.
Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.
Salam dari Author. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 7 : KELUARGA KRYSTAL (AWAL DARI SEMUA KISAH)
Krystal baru sampai di rumah pukul 02.00 pagi, kali ini dalam kondisi sadar sepenuhnya. Karena sehabis dari sirkuit tadi ia tidak mampir ke Club. Selain karena tidak mood untuk minum. Krystal juga sedang malas meladeni pria paruh baya yang menunggunya di rumah.
Sial!
Krystal pikir setelah keluar dari mansion terkutuk itu. Ia bisa terbebas dari bayang-bayang manusia satu ini yang dipanggilnya Papa sejak kecil itu. Masih haruskah Krystal memanggilnya dengan sebutan itu? Sementara sejak ia berusia 5 tahun, ia bahkan sudah kehilangan sosok itu sejak lama.
Keluar dari Mansion Zourist adalah langkah awal Krystal dalam menjaga mentalnya yang telah rusak untuk tidak semakin hancur dan pastinya demi menjaga otaknya agar tetap waras. Di bilang tidak sudi, Krystal jelas tidak sudi lagi tinggal di Mansion Zourist di saat manusia yang paling dibencinya bersemanyam di dalam sana.
"Krystal!!!"
Suara itu, Krystal masih mengenalnya dengan baik. Meski mereka jarang bertemu. Suara dari seseoran yang Krystal hindari, tapi ternyata kekeuh menunggunya hingga jam segini. Krystal melangkah gontai memasuki rumah. Tubuhnya lelah dan ia sangat ingin langsung merebahkan tubuh di ranjang. Mencoba mengabaikan suara bariton pria itu.
William Zourist--- pria 45 tahun yang tak lain adalah Papa kandung Krystal.
William menatap Krystal penuh amarah.
"DARI MANA KAMU?!" Bentak Papa William. Menggelegar di dalam rumah minimalis ini.
Tidak ada jawaban dari Krystal, gadis itu hanya melengos, berjalan melewati tubuh kekar pria itu.
"PAPA TANYA DARI MANA KAMU, KRYSTAL?!" Kedua kalinya Papa William membentak.
"Balapan. Udah, kan? Udah di jawab. Sekarang minggir. Aku capek, mau istirahat." Balas Krystal datar.
"Berhenti disitu!" Perintah Papa William ditekankan.
Helaan nafas lelah lolos dari mulut Krystal, ia berhenti tapi tidak berbalik. Sampai tubuh Krystal terhuyung karena tarikan kasar dari Papa William. Ia mencoba melepaskan cengkraman tangan pria itu pada lengannya yang mulai terasa sakit.
"Lepas! Mau Papa apa, sih?!" Desis Krystal.
"Pap udah bilang, kan? Berhenti keluar malam dan ke tempat jahannam itu, Krys! Entah itu balapan! Atau bahkan mabuk-mabukan!"
"APA SIH? AKU CAPEK, MAU TIDUR." Teriak Krystal. Muak dengan segala ceramah Papa William itu.
"LAGIAN NGGAK USAH NGATUR HIDUP AKU! SEJAK AKU KELUAR DARI MANSION ZOURIST, AKU BUKAN TANGGUNG JAWAB PAPA LAGI. URUS ITU JALANG PAPA!" Ujar Krystal dengan suara yang tinggi, sembari melirik tajam pada wanita yang berada di belakang Papa William.
Namanya Ambar--- Ibu tiri Krystal. Yang sayangnya sampai mati tidak akan pernah Krystal akui. Baginya Ambar hanyalah seorang jalang William.
"KRYSTAL!!!"
"APA LAGI SIH, PA?!"
Cengkraman tangan Papa William kali ini lebih erat dari yang tadi. Dan Krystal bisa merasakan aura yang lebih gelap terpancar dari kedua belah mata Pria itu. Krystal mencoba melepaskan, meski cengkraman itu semakin kuat dan menyakitkannya.
"Pa! Lep..."
Degh!
Ucapan Krystal terhenti dengan jantung berdetak cepat. matanya terpaku pada plastik kecil di tangan sang Papa diangkat tepat di depan wajahnya.
Sekelebat bayangan pertarungan sengitnya dengan Aldi tadi tanpa di suruh kembali berputar dibenaknya membentuk sebuah adegan bagaikan kaset rusak. Terus berputar, sampai adegan di kepalanya melambat pada saat Sasa datang dan mengacaukan konsentrasinya. Tepatnya mungkin pada saat terkena semprotan cabe Sasa yang meleset. Aldi lepas dari genggamannya dan saat itulah waktunya yang mungkin untuk cowok itu memasukkan benda yang kini ada di tangan Papa William.
Narkoba.
"Apa ini, hm? Suara rendah dan berat Papa William menyadarkan Krystal dari lamunannya.
"Kamu narkoba?!" Sambung Papa William dengan mengeratkan cengkraman nya.
Krystal menatap sang Papa, lalu menggelengkan cepat.
"Pa, itu bukan punya aku, itu..."
PLAK!
PLAK!
Tamparan keras itu menggema memenuhi seisi rumah minimalis itu. Saking kerasnya tamparan tersebut, tubuh Krystal bahkan sampai tersungkur ke lantai dengan mulut yang menyemburkan darah setelahnya. Bi Asri dan Mama Ambar ikut terkejut da menutup mulut mereka dengan telapak tangan. Terlebih ketika melihat bagaimana menyeramkannya wujud Papa William sekarang yang seakan -akan ingin memakan Krystal hidup-hidup.
"Silahkan kamu mabuk! Silahkan kamu balapan liar! Papa masih mentolerir semua kelakuan liar kamu, Krystal! Tapi tidak untuk yang satu ini!" Desis Papa William, menyentak kasar tangan Krystal untuk berdiri.
Langsung saja menyeret Krystal dengan kasar hingga langkah Krystal terseok-seok menaiki tangga karena menyesuaikan dengan langkah lebar Papa William.
"Tapi itu bukan punya aku, Pa! Papa! Dengerin aku aku, Papa!! Papa Sakittt!!"
Emosi yang sudah menyelimutinya membuat Papa William tuli akan jeritan kesakitan sang putri. Ia terus menyeret putrinya, tanpa peduli jika putrinya sudah tersungkur berulang kali.
Tidak berhenti disitu, Papa William membawa Krystal ke dalam kamar mandi lalu menghempaskan tubuh putrinya hingga tersungkur ke lantai. Tidak lupa mengunci pintu. Papa William mengambil shower, menyalakannya lalu mengguyur tubuh Krystal.
"PAPA!!" Teriak Krystal tubuhnya mulai mengigil merasakan dinginnya air. Ia kembali mendapatkan kesadaran penuhnya.
Berusaha untuk menghindar. Namun, sang Papa kembali mencengkram lengannya dengan kuat, terus mengguyur tubuhnya. Hancur. Hati Krystal semakin hancur karena perlakukan kasar sang Papa.
"Di sini, Papa masih orang tua kamu! Selagi kamu masih memakai nama Zourist maka hidup kamu tetap dalam pengawasan Papa, Krys!"
Papa William menarik dagu Krystal agar menghadap padanya.
"APA YANG KAMU DAPATKAN DARI INI, HAH?! MEMBERONTAK SESUKA KAMU! PAPA MENGIZINKAN KAMU KELUAR DARI MANSION BUKAN UNTUK JADI PREMAN SEPERTI INI! BUKAN UNTUK JADI PECANDU!!!"
Krystal menatap sang Papa tajam dengan matanya yang sudah memerah. Entah karena air yang masuk dan membuat matanya perih, atau karena sekarang dadanya di dominasi oleh rasa sesak yang tidak bisa dijelaskan.
"AKU BUKAN PEMAKAI! AKU BUKAN PEMAKAI!!! Desis Krystal.
PLAK!
PLAK!
Lagi, Krystal kembali tersungkur karena tamparan keras dari sang Papa.
"Benda haram itu jelas-jelas ada di saku hoodie kamu! Dan kamu masih mengelak, hah?!"
Kembali hancur. Krystal selalu membentengi dirinya selama ini agar tidak pernah menangis. Tapi malam ini, air mata itu justru mengalir bersama dengan darah yang mengalir dari luka sobek di sudut bibirnya. Dingin yang ia rasakan sekarang bukan hanya menusuk kulitnya, melainkan juga menusuk sampai ke ulu hatinya.
Sementara diluar kamar mandi. Mama Ambar dan Bi Asri semakin berteriak histeris mendengar suara tamparan tersebut. Terus menggedor-gedor pintu kamar mandi yang terkunci.
Bukan sekali, suara tamparan itu terdengar beberapa kali karena Krystal yang terus melawan di dalam sana. Mama Ambar semakin berteriak histreris ketika mendengar suara dentuman yang tidak biasa dalam sana. Demi Tuhan! Papa William adalah laki-laki tempramen yang sulit mengendalikan amarahnya. Dan saat marah laki-laki iu bisa melakukan apapun hingga diluar batas kewajaran.
"YA TUHAN WILLI BUKA PINTUNYA!! JANGAN SAKITI PUTRI KAMU LAGI!!!" Mama Ambar menjerit histeris, bahkan tidak sadar jika pipinya mulai basah.
Meski Krystal tidak menyukai nya, Mama Ambar sangat menyayangi putri tirinya itu.
Tak lama pintu terbuka dengan kasar. Papa William keluar dalam kondisi emosi yang menguasai dirinya, terlihat jelas dari dada yang naik turun serta matanya yang merah menyala. Pergi begitu saja melewati sang istri dan Bi Asri.
Mama Ambar tidak peduli, wanita 40 tahun itu langsung berlari menghampiri Krystal yang meringkuk kedinginan di lantai basah kamar mandi itu dalam kondisi yang sudah mengenaskan dengan luka-luka lebam di wajahnya. Dan jika hoodie itu di lepas,makan sudah dapat dipastikan akan ada banyak luka memar di lengan nya.
"Keluar!
Belum sempat Mama Ambar menyentuhnya, suara dingin itu sudah menginterupsinya untuk berhenti.
"Krystal, biar Mama bantu..."
"KELUAR!!! LO BUKAN MAMA GUE!!!"
Mama Ambar tersentak.
"Nyonya pulang lah dulu, biar saya yang menjaga Non Krystal." Ujar Bi Asri menengahi.
Mama Ambar setuju, meski pergi dengan hati yang berat. Menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Siap mengantar mereka kembali pulang ke Mansion Zourist.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Krys mau sendiri, Bi."
Bi Asri terdiam, gerakan tangannya yang hendak meraih kotak P3K di dalam laci kamar terhenti. Diliriknya Krystal yang duduk dipinggir ranjang yang sudah berganti baju dengan piyama tidur. Ada beberapa luka lebam di wajah cantik itu yang terlihat sedikit pucat.
"Baiklah. Kalau gitu Bibi keluar dulu, kalau Non butuh sesuatu, Bibi ada di ruang tengah." Ujar Bi Asri, mengusap puncak kepala Krystal dengan lembut.
Lalu pergi meninggalkan kamar, tidak lupa mematikan saklar lampu. Ia tahu, jika dalam kondisi seperti ini. Krystal sangat membenci penerangan.
Pintu kamar tertutup sempurna, membuat kamar berubah menjadi gelap secar total. Krystal bergerak menuju balkon, membuka gorden kamar hingga cahaya yang berasal dari luar masuk lewat jendela full kaca tersebut.
Menjatuhkan tubuhnya dalam posisi tengkurap di atas ranjang. Dengan posisi kepala menghadap jendela, matanya memandang kosong ke gelapangan malam. Lama kelamaan ia rasakan sekitar matanya mulai terasa panas, bersama dengan sesak yang mendominasi dadanya.
"Hidup gue makin berantakan, Key."
Perlahan katuk mulai menyerang Krystal. Matanya semakin tertutup bersama memori yang selalu silih berganti datang memenuhi benaknya setiap kali ia akan terpejam. Jika tidur adalah cara orang untuk bisa mengistirahatkan tubuh, bagi Krystal tidur adalah hal yang tidak ingin ia lakukan sebenarnya. Tidur justru membuat Krystal lelah, dan pagi hari ketika terbangun ia berkeringat dengan banyak seakan baru saja melakukan aktivitas berat.
13 tahun lalu, keluarga Zourist kecelakaan. Dan dalam kecelakaan itu, Mama kandung Krystal meninggal. Seminggu setelahnya, disaat makam Eliza--- Mamanya bemul kering. Papa William menikah lagi dengan Ambar.
Masa kecilnya, Krystal habiskan hanya untuk memupuk rasa benci di dada. Umur 14 tahun, Krystal berani memutuskan untuk meninggalkan Mansion Zourist.
"*Ma, Krystal kangen Mama. Di sini sesak, Ma." Batin Krystal*.
Mata Krystal terpejam sempurna, bersama air mata yang pada akhirnya luruh juga.