"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Hana Penasaran
Malam hari itu, Hana dibuat bingung dengan sikap pak Arman.
Hana terngiang - ngiang dengan perubahan pak Arman yang 180 derajat itu.
Walaupun memang ada rasa ke-pede-an di hati Hana. Tidak dapat di pungkiri, karena Hana bukan lagi anak kecil yang mudah di bohongi.
"Kenapa ya pak Arman aneh sekali, datang kerumah tanpa ada aku" Hana bergumam sendiri.
"Ada urusan apa?, tidak mungkin kalau tanpa tujuan" gumamnya.
Rasa penasaran nya menjadi - jadi.
Hana beranjak dari kasurnya, dia menuju kamar ibu.
Hana melihat ibu sedang santai di dalam kamar memainkan ponselnya.
"Tok..tok.. tok.."
"Ibu..."
Ibu nya melirik sekejap ke arah pintu, "apa nak?"
Hana masuk ke kamar ibu dan melontarkan banyak pertanyaan.
"Bu.. aku mau nanya deh.."
"Nanya apa?" Tanya ibu Maria.
"Bu.. ngapain sih pak Arman tadi kesini?"
"Trus kenapa pas aku datang pak Arman mau pulang?"
"Terus kenapa bapak juga tiba -tiba ada dirumah?"
"Ada urusan apa pak Arman kerumah ini?"
"Pak Arman itu kan galak tau Bu, paling galak satu sekolah!"
"Oiya bu, Pak Arman juga waktu itu sempet minta nomor WhatsApp ku juga loh Bu!"
"Aneh kan Bu?" Tanya Hana tak berhenti.
Ibu tertawa kecil mendengar rentetan pertanyaan anak kesayangan nya itu.
"Alah, kepedean aja kamu han. Kamu itu kata pak Arman anak pintar di kelas. Kamu juga bisa bantu pak Arman menerangkan di papan semua soal kepada teman sekelasnya mu, betul kan?" jawab ibu.
Hana tertegun dengan jawaban ibu, kepalanya mundur kebelakang dan bibirnya senyum setengah hati.
"Pasti kamu kepedean kan, jangan sok cantik begitu ah anak ibu.." kata ibu yang sambil mencolek hidung mancung Hana.
"Loh, aku gak sok cantik loh Bu... Aku cuma aneh aja.. pak Arman kan juga belum menikah setau ku hehe" kata hana sambil mesem - mesem.
"Loh apa urusannya sama belum menikah, tuh kan ke- pede-an kamu Hana... Hehehe ya tuhan anak ibu" ibu mencium kening Hana.
"Hana, kamu itu masih kelas 2 SMK.. Suka boleh sih sama pak Arman.. Tapi ngga perlu jauh-jauh itu pikiran mu.. ibu tau maksud pertanyaan kamu.. Pak Arman datang memang betul-betul silaturahmi.. karena katanya kamu di jadikan nya pacuan sebagai murid yang memang cerdas di kelas mu." Lanjut ibu..
"Loh kok jadi aku yang suka! Ngga lah! Orang aku cuma tanya" Hana bergumam
"Masa sih, kalau ngga suka kenapa sampai penasaran banget kedatangan pak Arman kesini heheh" ibu terkesan meledek.
Hana bergeming menatap ibu.
"Tadi tuh pak Arman juga berharap kamu dapat terus fokus dalam belajar mu. Pelajaran matematika itu kan tidak gampang. Jadi kamu harus terus belajar, oke?!" Dari Mata ibu terpancar penuh dengan harapan.
Hana tersenyum dan mengangguk- angguk kan kepalanya. Walaupun masih tidak percaya.
"Yasudah kamu kembali ke kamar, ini sudah malam.. ibu juga kurang enak badan rasanya.." kata ibu sambil menarik selimutnya dan membalikkan badan membelakangi Hana.
Satu sisi memang Hana merasa aneh, tapi di sisi lain juga ada rasa pede yang terlalu.
Setelah mendengar penjelasan ibu, Hana kembali lagi ke kamarnya. Ia berusaha untuk tidak menggubris rasa penasaran nya itu lagi.
"Di pikir - pikir, iya juga ya.. mungkin maksud pak Arman tentang pelajaran.. Bukan tentang itu heheh kepedean banget aku.. abisan pak Arman kan ganteng sih.. haduh... Kacau aku nih" kata Hana berbicara sendirian.
"Aku harus fokus lagi ke sekolah, belajarku.. dan nilai - nilai ku..." Ungkap nya dengan serius.
Hana kembali fokus belajar untuk mendapatkan peringkat terbaik, karena sedikit lagi kenaikan kelas 3.
"Dikit lagi aku akan naik kelas 3, semoga keberuntungan selalu bersama ku.. Aamiin.." katanya.
Hana menarik nafas panjang "huuuuufttttt...." membetulkan posisi bantalnya, merebahkan tubuh dan memejamkan mata.
