Quinsha (Nona Muda Tersembunyi)

Sementara itu di kamar quin..

Terlihat quin tengah terbaring di atas ranjang nya. Dahi nya tampak berkerut tanda ia sedang bermimpi. Entah buruk atau pun indah. Terlihat pula keringat - keringat kecil nampak menetes dari dahi nya.

Tiba - tiba quin terbangun dengan terengah - engah. Peluh mengucur di sekitar tulang wajah nya. Nafas nya tampak terasa sesak dan air mata nya terlihat jatuh. Quin menangis.

" hiks hiks, bunda .. Ayah , " racau nya pelan. Teringat saat terakhir kali ia bisa melihat ayah bunda nya.

Flashback on

quin umur 15 tahun, saat ini ia akan berangkat ke sekolah untuk mengikuti wisuda jenjang pendidikan SMA nya. Quin berusia 15 tahun tetapi ia sudah lulus Sma. Diri nya memang mengikuti kelas akselerasi sejak sd kelas 5.

" princess, selamat hari ini sudah lulus sma, uhhh anak bunda yang paling cantik " kata bunda roro sambil memeluk quin. Ayah prabu tersenyum melihat pemandangan di depan nya. Melihat dua ratu di hati nya tengah berpelukan, terbersit perasaan tak enak di hati nya namun segera di tepis nya. Hari ini adalah hari paling membahagiakan bagi nya karena sang putri kesayangannya telah lulus dari Sma dan akan segera melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

" sudah sana berangkat, nanti kamu malah telat, kamu jai perwakilan siswa siswi kan " ingat sang ayah.

" iya ih, quin mah suka lali ( lupa ) hi hi hi apalagi kalau sedang di peluk bunda begini ' kata quin sambil menggoda sang bunda.

" dasar, ayah sama anak sama -sama suka godain bunda aja , " kekeh bunda roro tersenyum.

" ya udah ya bun, yah. Quin berangkat dulu. Nanti jangan lupa datang nya jangan terlalu mepet. Bareng sama paman, bibi, kak dewa, dan kak kula " teriak quin sambil berlari mengendarai mobil nya menuju ke sekolah.

" ck ck ck, lihat lah anak mu yah, " ucap bunda tersenyum sambil melihat ke arah sang ayah.

" anak kita berdua bun, " jawab ayah sambil memeluk bunda dari belakang.

" ayah jadi akan memindahkan semua aset ke quin ? Apa tidak terlalu buru - buru yah ? " tanya bunda tiba - tiba.

" ayah malah sudah melakukannya bun, sudah rampung semua dari seminggu yang lalu malahan. Suratnya juga sudah di tangan arjuna. Tidak apa - apa, quin sudah mampu. Bukan kah ia juga sering memimpin rapat meski dengan menyembunyikan wajah nya " jelas ayah, bunda nampak terkesiap kaget.

" tapi yah, bukan masalah kemampuan quin, bunda tidak pernah meragukan kinerja anak kita. Tapi apa tidak bahaya ? Apa dia tidak merasa terbebani degan tanggung jawab nya nanti. Bagaimanapun gadis kecil kita msih muda. Masih ingin bersenang senang dengan teman - teman nya mungkin " kata bunda khawatir.

" hei, tenang lah, apa bunda pernah melihat anak kita ber min dengan teman - teman nya ? Dia malah lebih suka berkutat dengan berkas berkas perusahaan. " ayah terkekeh mengingat kelakuan sang anak gadis nya. Bunda ikut tertawa. Memang sejak kecil quin sangat pemilih terhadap teman. Diri nya hanya sekadar kenal dan beberapa kali mengobrol saja. Tetapi, walaupun ia terkenal intovert, ia tetap bersikap ramah kepada semua teman - teman sekelas nya. Sehingga dia tidak di benci.

sementara itu di sekolah quin,

" duh, ayah sama bunda mana sih , kenapa blum datang juga " gumam quin dengan gelisah.

" dek, dek ... " terdengar teriakan dari arah depan ruangan tempa quin menunggu kedua prang tua nya. Qin mendongak dan mendapati kedua kakak sepupu nya datang menghampiri nya. Di belakang mereka ada paman arjuna dan bibi ratih yang membawa buket bunga dan tersenyum ke arah nya.

Quin berdiri menyambut kedatangan keluarga pamannya.

" ayah sama bunda belum dateng ?" tanya paman Arjuna sambil mengelus kepala quin dengan lembut.

" selamat a sayang, akhirnya princess kita lulus smk juga, " kata bibi ratih sambil menyerahkan buket bunga. Quin menerima nya dengan suka cita.

" belum paman, ni quin juga sedang nungguin. Padahal tadi udah quin bilang buat bareng kalian aja " jawab quin cemberut.

" sabar dek, bunda sama ayah kamu mungkin dalam perjalanan " kata sadewa kalem. Sadewa dan nakula saat itu sudah berumur 16 tahun dan malah sudah menjadi mahasiswa. Mereka juga mengambil kelas akselerasi.

" hmmm " jawab quin singkat. Dalam hati nya saat ini entah kenapa terasa gelisah. Sudah tak enak hati sejak pagi tadi saat berpamitan.

Sementara itu, bunda ayah quin di mobil..

" ayo yah, pasti quin sudah nungguin kita, pasti lago manyun nih sekarang " kata bunda roro sambil cekikikan mengingat tampang sang buah hati saat sedang merajuk.

" iya bun, tinggal belokan terakhir, dan kita sam...."

Belum selesai ucapan sang ayah, terlihat dari arah berlawanan ada sebuah truk yang kelihatan nya sang sopir sedang mengantuk sehingga hilang kendali dan ...

BRAAKKKKKK CKIIIIT.....

Tabrakan tak bisa di hindari, kondisi truk yang sudah oleng sedari turunan di ujung jalan serta di pengaruhi oleh human error menyebab kan kecelakaan naas itu. Terlihat sangat parah dengan mobil dari ayah quin tampak ringsek bagian depan nya. Kondisi ayah dan bunda quin tampak begitu mengenaskan dengan kepala penuh luka dan darah tampak mengucur deras dari dahi nya. Ayah masih sedikit sadar dan memalingkan pandangan nya ke arah bunda roro.

' apa ini arti dari firasatku tadi pagi, hah, quin, anak ayah yang baik. Maafkan ayah dan bunda nak ' batin ayah quin sendu.

DEG.

Jantung quin berdetak kencang dan ada sedikit nyeri di hati nya.

Bunyi tabrakan memecah kesunyian di sekitar jalanan karena memang sedang kondisi sepi. Bahkan terdengar hingga selasar jalanan menuju sekolah quin karena jarak yang sudah sangat dekat. Hanya tinggal 100 meter dari gerbang masuk.

" hei, ada kecelakaan di depan sekolah... "

" seperti nya parah sampai - sampai terdengar sampai sini "

" apa ada korban jiwa ? ..."

"mari kita lihat ... "

Terdengar bisik bisik dari para siswa dan wali murid yang datang untuk acara. Quin semakin tegang. Entah kenapa ia berlari kencang menuju arah gerbang. Hati nya menuntun nya untuk melihat kejadian naas tersebut.

Sadewa, Nakula, paman arjuna, dan bibi ratih kebingungan dengan sikap quin tapi tak urung untuk mengikuti langkah quin.

Quin terus berusaha berlari sekencang yang ia bisa. Mengingat kini ia mengenakan pakaian kebaya lengkap dengan kain jarik yang melilit pinggan nya. Di tambah dengan sepatu hak tinggi yang semakin menambah beban nya dalam melangkah. Entah berapa kali ia terjatuh tapi tak menyurutkan niat nya untuk tetap melaju menuju gerbang sekolah nya.

Setelah perjuangan yang teramat sangat panjang dan menyakitkan, ia bisa melihat lokasi kecelakaan naas itu. Dengan langkah gemetar, ia mulai memfokuskan mata nya untuk mengenali jenis mobil apa yang mengalami kecelakaan itu...

DEG..