Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 - Benar-Benar Pergi
Hingga malam hari Zayyan belum juga kembali, dia masih berusaha mencari keberadaan Zoya. Tempat-tempat yang mungkin saja Zoya datangi di saat sedihnya sudah Zayyan datangi, akan tetapi tetap saja yang dia dapati hanya kekecewaan. "Bisa-bisanya dia sejauh ini, sudah berani sekarang ya?"
Zayyan bermonolog, yang dia ketahui sang istri bahkan tidak memiliki keberanian sebesar itu untuk pergi sendiri. Tanpa dia duga sama sekali jika hari ini keyakinan Zayyan bahwa istrinya hanya bergantung pada orang lain patah hanya dalam waktu kurang dari 24 jam.
Satu minggu yang Zayyan bayangkan akan indah hilang sudah, jujur saja tujuan utama dia membawa Zoya ke luar kota semata-mata untuk merasakan kebahagiaan layaknya pengantin baru seperti biasa. Tebakan Amora tidak salah, memang benar Zayyan hendak berbulan madu dibalik kata urusan kerja.
Apa ini karma dia berbohong? Tapi, rasanya tidak masalah dan dia memang berhak memanjakan istrinya bukan? Zayyan sudah menghubunginya berkali-kali, bahkan sengaja mengganti nomor ponselnya dan tetap saja memang tidak bisa dihubungi. "Awas aja kalau ketemu, kamu membuatku marah, Azoya."
Drrt Drrt Drrt
Dia terkejut, matanya sejenak berbinar dan mengira ini sebuah harapan. Nyatanya hanya telepon dari Zico dan mengatakan jika dia juga meyerah lantaran sudah hampir tengah malam belum juga menemukan adiknya.
"Zico, tolong jangan berhenti ... aku khawatir dia kenapa-kenapa, saat ini hujan dan kau tahu sendiri dia bagaimana."
"Zayyan, aku sudah berusaha sebisaku ... Ays, dasar merepotkan!! Aku lelah, kau teruskan sendiri jika mau."
Zayyan memejamkan matanya, dia melihat pergelangan tangan dan memang sudah selarut itu. Akan tetapi saat ini hujan lebat sekali, sementara Zoya setakut itu dengan suara hujan berpadu dengan suara petir tersebut.
"Jangan pernah mengumpatnya," gumam Zayyan dan itu terdengar nyata di telinga Zico, pria itu mengacak rambutnya kuat-kuat.
"Memang dia merepotkan, kau tahu? Sejak tadi siang aku bahkan mengabaikan Regina hanya demi Zoya, aku yakin dia tidak akan ada di jalanan itu saja."
Zico tidak sesabar itu, sejak dahulu memang dia kerap berada di posisi sulit karena Zoya. Hal itu jelas saja karena Zayyan sesayang itu hingga pada akhirnya Zico menanggung akibat dari ulah adiknya.
"Regina bisa kau temui besok-besok, sementara Zoya bagaimana? Kalau sampai dia diculik atau diperkossa bagaimana? Pernah kau berpikir dia selemah apa? Kakinya pernah patah, dan kau sendiri tahu Zoya tidak bisa berlari seperti orang normal."
Zayyan bergetar menuturkan setiap kata-katanya, ketakutannya sebesar itu hingga pikiran buruk bersatu begitu saja. Laki-laki yang mengenal saja bisa berbuat jahat, apalagi jika tidak. "Zico, kau dengar aku?"
"Pikiranmu terlalu buruk, Zoya lari dengan uang yang tidak mungkin kurang. Dia sudah dewasa, tidak mungkin Zoya memilih jalan kaki, coba pikirkan baik-baik."
"Jadi maksudmu dia sudah benar-benar pergi?"
"Menurutmu bagaimana? Zoya sepatuh itu pada Papa ... dan Rosa adalah wanita yang Papa inginkan, setelah kalian bersatu apa mungkin dia akan tetap berada di sisimu? Tidak, Zayyan. Dengan adanya pernikahanmu jelas saja dia merasa bebas karena sejak dulu kau hanya bagai penjara untuk Zoya."
Deg
Zayyan terdiam, ucapan Zico benar-benar membuatnya tertohok. Hendak membantah, tapi fakta yang sesungguhnya memang demikian. Zayyan adalah penjara untuk Zoya, sejak dahulu dia meminta kebebasan untuk merasakan hidup normal. Sangat mungkin sekali ucapan Zico benar adanya, apalagi dia sempat mengatakan jika tidak memiliki perasaan apapun pada Zayyan.
"Kau jangan asal bicara, Zico ... Zo-zoya pasti mencintaiku, dia tidak akan pergi hanya kar_"
"Itu menurutmu, kau tidak pernah tahu perasaan dia sesungguhnya bagaimana." Zico paham ini sedikit menyakitkan tapi mau bagaimana memang faktanya begini.
Zayyan menggenggam ponselnya erat-erat, perkataan Zico membuat hatinya terluka. Pria itu menatap nanar tanpa arah, seraya bertanya-tanya apa mungkin Zoya sama sekali tidak mencintainya.
"Jika tidak cinta, kenapa kamu juga menikmatinya, Zoya." Satu hal yang Zayyan percayai, seorang wanita akan menyukai percintaan bersama pria yang dia cintai. Dia yakin adiknya tidak pandai berbohong, rasanya tidak mungkin Zoya mendessah demi membuat dia bahagia malam itu.
.
.
.
Mohon dukungan Votenya jika berkenan.
- To Be Continue -
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken