"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 : Mendadak Menikah
..."Ijab kabul adalah saksi hubungan yang sesungguhnya, ikrarnya serius, pembuktiannya bukan main-main. Bahkan di dalamnya bukan lagi soal siapa yang lebih sempurna, tetapi siapkanlah menjadi sempurna."...
...~~~...
"Tapi Farhan, anakku masih belum sadarkan diri, ia dalam keadaan koma. Bagaimana mungkin kita menikahkannya tanpa sepengetahuan Arumi?" keluh Abi Harun sesekali menatap putrinya.
"Tidak perlu khawatir soal itu Harun, saya sudah atur semuanya. Putraku dan putrimu akan segera menikah sekarang juga di sini, di depan putrimu. Sebentar lagi penghulu akan datang kemari, siapakan dirimu Harun dan juga kamu Alaska!" tutur Papa Farhan yang membuat kedua bola mata Alaska membulat sempurna.
"Apa ini Pa? Sekarang di sini?" tanya Alaska yang tidak menyangka akan menikah di rumah sakit dengan wanita yang masih berbaring lemas tidak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit, terlebih lagi dengan keadaan koma.
"Iya Alaska, kamu akan menikah sekarang! Jangan banyak bertanya lagi, Papa sudah mengaturnya," jawab Papa Farhan dengan seulas senyum di bibirnya.
"Tapi Pa, gimana kalau wanita itu enggak bangun-bangun? Tar aku jadi duda dadakan dong," bisik Alaska supaya tidak terdengar oleh Abi Harun dan Ummi Salamah.
"Heh sembarangan saja kamu ni! Gak bakalan lah Papa sudah memanggil dokter terbaik untuk merawatnya. Kamu jangan menghindar lagi Alaska! Papa gak mau tahu pokonya hari ini kamu harus menikah!" tegas Papa Farhan dan sedikit menjauh dari Abi Harun serta istrinya, karena Alaska tiba-tiba saja bicara tidak sopan seperti tadi.
"Huff! Baiklah Pa, Alaska siap-siap dulu." Dengan berat, Alaska menerima keputusan Papa Farhan untuk menikahi gadis yang masih koma itu.
Detik kemudian, Papa Farhan kembali mendekati Abi Harun. Nampaknya Abi Harun masih bingbang dengan keputusan Papa Farhan yang terlalu mendadak itu.
"Farhan, apa ini tidak akan berdampak buruk kedepannya jika Arumi telah sadar dari komanya?" tanya Abi Harun, singgung ia sangat khawatir dengan keadaan putrinya apalagi belum mengenal Alaska lebih dekat.
"Tidak perlu khawatir, aku sudah menangani semuanya. Percayalah semua akan baik-baik saja, tenanglah Alaska akan sigap menjaganya 24 jam," ujar Papa Farhan membuat Alaska tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Baiklah kalau begitu, aku setuju untuk menikahkan Arumi dengan putramu itu. Tadi juga aku sempat bicarakan ini kepada istriku," balas Abi Harun yang kini kelihatan cukup tenang.
Dalam waktu lima belas menit, penghulu sudah datang dan masuk ke dalam ruang rawat Arumi. Dilihat Abi Harun, Alaska serta yang lainnya telah siap dengan pakaian rapih duduk di kursi yang sengaja disediakan dekat Arumi.
Alaska nampak tampan dan gagah dengan mengenakan jas hitam serta peci yang sengaja dipake karena desakan oleh papanya. Ia menyiapkan diri untuk duduk di depan Abi Harun yang sebentar lagi akan menjadi ayah mertuanya.
"Apakah kamu sudah siap Nak Alaska?" tanya penghulu yang kini mulai melaksanakan tugasnya.
"Saya sudah siap, Pak!" ucap Alaska. Entah kenapa ia sangat gugup walupun ini bukanlah kemauannya, tapi Alaska juga tidak bisa menghindar dari situasi ini.
Kemudian penghulu itu bergantian bertanya kepada Abi Harun yang langsung dijawab iya olehnya. Seketika suasana menjadi tegang, ketika penghulu mulai meminta Abi Harun untuk menjabat tangan Alaska.
"Ikuti arahan saya tadi ya, tetep bersikap santai dan tenang. Kita mulai ijab kabulnya sekarang!" ujar Pak Penghulu mengingatkan.
Dengan wajah tegap, Abi Harun mulai melentunkan kata ijab kabul dengan khidmat. "Saya nikahkan dan kawinkan ananda Alaska Dirgantara dengan putri saya, Arumi Nadya Karima binti Abdul Harun dengan mas kawin permata seberat 10 gram, serta satu unit rumah mewah, dan satu mobil pajero sport dibayar tulai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Arumi Nadya Karima binti Abdul Harun dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Alaska dengan sekali tarian nafas.
"SAH!" Serempak yang menjadi saksi. Kini keduanya telah resmi menjadi suami istri, dengan mempelai wanita yang masih terbaring koma di atas tempat tidur.
Setelah membaca doa selepas akad, Abi Harun tersenyum dan melihat putrinya sekilas, lalu kembali menatap Alaska serta yang lainnya.
"Alhamdulillah Farhan, anak-anak kita sekarang sudah menjadi sepasang suami istri. Tapi sebelum itu Abi mau minta sesuatu darimu, Alaska." Kedua mata Abi Harun menatap serius menantunya.
"Apa yang Bapak minta dari saya?" tanya Alaska yang masih kaku berbicara dengan Abi Harun yang notabennya seorang pemilik pesantren sekalian ustaz paham agama.
"Abi minta sama kamu, jika nanti putri Abi berbuat kesalahan jangan dikasari apalagi dibentak. Nasehati lah dia dengan lembut, dan jangan buat dia bersedih. Jagalah dia semampu yang Nak Alaska bisa. Dan jika suatu saat nanti, kamu sudah tidak menginginkan Arumi tolong kembalikan dia kepada Abi dengan cara baik, karena kami juga menyerahkan Arumi dengan cara baik-baik. Mulai sekarang Arumi sudah menjadi tanggung jawabmu!" ucap Abi Harun sembari memberikannya wajéngan kepada menantunya supaya tidak salah dalam melangkah kedepannya. Di lubuk hatinya yang paling dalam, Abi Harun ingin yang terbaik untuk putrinya.
"Iya baik Pa, Alaska usahakan itu. Arumi akan baik-baik saja, Alaska akan menjaganya dan membuatnya bahagia disetiap detiknya," jawab Alaska sembari tersenyum manis.
"Ya, saya akan membahagiakan putrimu, dengan memberikan luka setiap harinya, sehingga ia lupa bagaimana caranya bahagia," gumam Alaska di dalam hatinya. Jauh berbeda dengan apa yang ia ucapkan tadi.
"Baik kalau begitu, Abi titip Arumi sama kamu. Jaga dia dan tolong bersabarlah untuk sementara waktu, karena Arumi masih dalam keadaan koma," kata Abi Harun kini cukup lega.
"Iya Pak, saya akan menjaganya sampai istriku siuman," ucap Alaska sekilas melirik wanita yang kini sudah menjadi istrinya, walaupun matanya terpejam dan entah kapan Arumi bangun dari komanya.
Abi Harun tersenyum lalu berkata, "Satu lagi Alaska! Kamu jangan panggil Bapak lagi kepada saya, karena sekarang kamu telah menjadi menantu saya, panggil saja saya Abi seperti Arumi."
"Baik Pak ... eh Abi. Kalau begitu Alaska izin melihat istriku dulu ya Abi?" tanyanya seketika membuat semua orang tersenyum.
"Lihatlah itu Harun, putraku bahkan sudah tidak sabaran melihat istrinya. Kelihatannya Alaska sangat mencintai putrimu," celetuk Papa Farhan yang langsung membuat Alaska melotot, ia sebal dengan sikap papanya yang selalu memojokkan dirinya.
Menurutnya wajar kan melihat istri sendiri? Lagian Alaska juga tidak pernah melihat wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Tadi saja hanya sekilas dan dengan keadaan muka pucat, itu juga dari jarak jauh.
Abi Harun tersenyum, ia harap yang dibicarakan oleh Papa Farhan itu benar adanya. Meskipun begitu, ia sangat yakin kalau Alaska tidak pernah mengenal Arumi sebelumnya.
"Iya gak apa-apa, Farhan. Lagian Alaska sudah berhak atas Arumi, mau dia lihat kapan saja juga tidak apa," ujar Abi Harun diiringi dengan seulas senyum.
"Berarti boleh kan Abi?" tanya Alaska sekali lagi memastikan. Lantas Abi Harun mengguk memberikan persetujuan.
Melihat itu, Alaska langsung saja mendekati Arumi, wanita yang beberapa menit lalu sudah ia nikahi dan secara tidak langsung telah resmi menjadi miliknya.