NovelToon NovelToon
Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir
Popularitas:46k
Nilai: 5
Nama Author: Wafi_Shizukesa

Peristiwa meteorit jatuh yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh Yamasaki Zen, seorang pelajar SMA berusia 15 tahun selepas aktivitas belajarnya di sebuah Akademi Matsumoto. Kejanggalan itu membuatnya terkejut dan bingung setelah suara dentuman keras berhasil membuat telinganya kesakitan. Namun anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak merasakan dampak apa pun.

Di suatu tanah lapang di bukit rendah, dirinya melihat kilau meteorit dari kejauhan. Setelah selesai memeriksa meteorit itu, suatu hal absurd, kini ia menemukan sebuah pedang di dalam meteorit yang sesaat sebelumnya lapisan luarnya telah hancur dengan sendirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wafi_Shizukesa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 014. 2

***

Menaiki satu persatu anak tangga, suasana di tempat itu cukup rindang.

Setelah pulang dari kafe. Yamasaki Zen menyempatkan waktunya untuk berkunjung ke rumah seorang kakek yang pernah dirinya bantu beberapa hari lalu.

Dia namanya Tesuba.

Buah tangan sebagai kunjungannya bertamu juga tidak lupa dia bawa di dalam kantong kertas yang tergantung di tangannya. Selain datang untuk bertamu, hari ini Yamasaki juga berniat untuk berdoa di kuil Inari.

“…”

Setelah cukup lama menaiki puluhan anak tangga.

Dari kejauhan, Yamasaki melihat kakek itu—Tesuba dengan tongkat penopangnya sedang terdiam berdiri menghadap bangunan kuil di depannya.

Entah apa yang sedang dirinya lakukan di sana.

Namun, suatu kebetulan mereka berdua bertemu di luar ruangan.

“Selamat sore, Tesuba-san?”

Sambil langkahnya yang masih dilakukan, Yamasaki menyapa Tesuba dari kejauhan.

Tesuba pun tersadar akan sapaan itu “…?” dia pun berbalik, melihat seseorang yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.

“Ah, kalau tidak salah kamu…”

“Yamasaki Zen.”

“Ah, benar. Zen-kun, kan?! Ada apa sampai repot-repot datang ke sini?”

“Duh, memangnya nama saya sesulit itukah untuk diingat?”

Setelah mengatakan itu, langkahnya pun berhenti tepat di hadapan sang kakek.

“Maaf, mungkin kamu benar. Kenyataan kalau saya sudah tua.”

Suasana yang sebelumnya terasa normal. Kini segera digantikan dengan suasana suram akibat dari perkataan Tesuba yang dikeluarkan.

—A-ada apa dengan perubahan suasana yang mendadak begini?

Pergantian suasana yang mendadak tersebut benar-benar mengejutkan dirinya.

Yamasaki bahkan sempat ingin menjatuhkan “kesalahan” itu kepada dirinya sendiri.

Akan tetapi,

“Anda masih memikirkan soal itu?”

Ini bukan berarti kalau masalah itu tidak bisa dirinya atasi.

“…”

Tesuba terdiam untuk sesaat.

“Tidak peduli tua atau tidaknya Anda, justru hal seperti itulah yang patut kita syukuri karena kita dapat merasakan apa yang belum pernah kita rasakan.”

Niat dari dalam hatinya adalah tulus hanya untuk menghibur perasaan Tesuba saja.

“…”

“Maaf, kalau misalkan saya telah lancang mengatakannya. Oh, iya. Selain itu, saya membawakan ini untuk Anda, mohon diterima!”

Yamasaki lantas menyerahkan kantong kertas yang dibawanya kepada Tesuba, lalu “Hem? Apa ini?” sambil menerima kantong kertas itu, Tesuba pun bertanya. Melihat respons yang diberikan. Bisa ditarik kesimpulan kalau Tesuba sepertinya mempunyai kendali penuh atas emosi yang cukup baik.

“Hanya beberapa buah-buahan saja, kok! Saya bingung ingin memberikan apa kepada Anda untuk buah tangan. Jadi, saya memilih yang pasti saja seperti buah-buahan ini sebagai buah tangannya.”

Setelah Tesuba melihat satu persatu buah-buahan di dalam kantong kertas. Tesuba pun berkata:

“Kalau begitu, saya terima buah-buahan pemberianmu ini. Terima kasih, ya?”

“Iya, sama-sama!”

“Jadi, apa yang membuatmu datang ke sini?”

“Sebenarnya tidak ada alasan khusus, sih! Saya hanya ingin mampir berkunjung ke tempat ini. Oh, iya. Saya ingin berdoa di kuil ini!”

“Silahkan!”

Lalu,

Suara lonceng pun berbunyi.

Dari jarak yang cukup jauh, Tesuba hanya bisa memandangi Yamasaki Zen yang tengah berdoa di sana.

Kemudian, saat pandangannya berpaling hendak menuju ke rumahnya, tidak lama setelahnya tiba-tiba saja “Hai, Tesuba-san!” Yamasaki segera memanggil Tesuba. Karena seruannya yang memanggil barusan, seketika itu membuat Tesuba menghentikan langkahnya lalu dirinya kembali berpaling ke arah Yamasaki yang tampak telah selesai dalam berdoanya.

“Hem, ada apa, Zen-kun?”

Yamasaki berjalan mendekat kepada Tesuba yang jaraknya cukup jauh di antara mereka berdua. Lalu di sana, langkahnya pun terhenti setelah dirasa memiliki ruang yang cukup untuk sekadar berbincang.

“Ada hal yang ingin saya tanyakan kepada Anda!”

***

Di dalam ruangan dengan penerangan yang cukup melimpah ke setiap sudut ruangan kayu di rumah itu.

Yamasaki duduk seorang diri dalam keadaan kedua kakinya yang menekuk ke belakang dengan hanya ditemani oleh sebuah meja bundar berukuran kecil di hadapannya.

Secara harfiah memang benar-benar seperti itu.

Ruangan kayu yang ditempatinya saat ini benaran kosong melompong, pengecualian untuk Yamasaki Zen, Natech 002 dan meja bundar itu sendiri.

Saat ini, Yamasaki sedang berada di rumah Tesuba, itu atas dasar permintaan dari sang pemilik rumah itu sendiri, Tesuba mengajak Yamasaki untuk membicarakan sebuah pertanyaan yang sebelumnya telah Yamasaki ajukan kepada beliau agar dijawab di dalam rumahnya saja.

“Maaf, telah membuatmu menunggu!”

“Ya, tidak apa-apa!”

Tiba-tiba muncul dari dalam ruangan yang merupakan sebuah dapur. Tesuba berjalan keluar dari sana sambil terlihat juga dirinya yang tengah membawakan segelas air minum untuk tamunya tersebut.

Tesuba melakukan semua pekerjaan itu memang berdasarkan keinginannya sendiri.

Meski kondisi kakinya yang seperti itu—tampak dari luar memang agak sedikit meragukan, pasalnya hampir sama sekali tidak adanya area yang menunjukkan luka yang cukup serius. Akan tetapi, jika dilihat lebih teliti lagi… di kaki kanannya dapat ditemukannya sebuah luka bekas operasi jahit yang cukup panjang.

Detail seperti itu baru saja diperhatikannya, di saat Tesuba datang dan menghampiri Yamasaki untuk menyajikan segelas air minum kepada dirinya.

Dengan perlahan, Tesuba pun meletakkan gelas air minum di atas meja bundar tersebut. Setelahnya, Tesuba melanjutkan untuk duduk secara perlahan di sisi lain meja, lantas kemudian beliau pun bertanya:

“Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan kepada kakek?”

“Ini mengenai perkataan Tesuba-san tempo hari yang mengatakan ‘saya tidak ingin seseorang melihat saya seperti ini’, saya hanya penasaran saja, apa maksud dari Anda mengatakan seperti itu.”

“Oh, soal itu? Saya cukup kagum kamu bisa menyadarinya sedetail itu.”

“…”

“Sebenarnya enam tahun yang lalu, ketika saya masih bekerja sebagai seorang ilmuwan di suatu perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan sains. Asisten saya mengabarkan kalau perusahaan tempat saya bekerja telah terjadi kebakaran yang dahsyat.”

“Kebakaran?”

“Kamu tahu? Rumor seorang ilmuwan dengan penemuannya yang dapat mengubah dunia?”

“Iya! Saya tahu itu!”

“Ilmuwan itu adalah Murakami Tesuba, yaitu diri saya sendiri!”

Bersambung...

Next. Chapter 015 : Masa Lalu Murakami Tesuba.

By, Wafi Shizukesa.

Like dan jadikan favorit novel Author di rak buku kamu ya... salam hangat. 🤗✌️

\==========================

1
Wafi_Shizukesa
syapp!
Not Found
semangat kak 😊❤️
Ananda
sangat keren dan menginspirasi
Hibr 'Azraq
11, 12 sama si Taewoon wkwkwk.
Hibr 'Azraq
Fufufu, Tidak baik menolak rezeki Zen...
Hibr 'Azraq
Anak pintar....
Wafi_Shizukesa
lah, kamu mampir dong 😅
Hibr 'Azraq
gila novelnya keren..! semangat Thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!