NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Ketangguhan Seorang Ayuma

Hendrik tampak berada bersama Zahra di sebuah taman, berlokasi di kebun raya.

Mereka duduk berdua di atas alas tikar bermotif kotak-kotak, yang di atasnya berjejer makanan dan minuman serta cemilan-cemilan.

"Buka mulutmu, aaaa!!" Ajak Zahra menyodorkan cromboloni rasa coklat ke mulut Hendrik.

Hauuppp. Hendrik menyosor makanan itu dengan lahap, sehingga membuat Zahra tersenyum bahagia.

"Hahaha, ayang aku lapar ya??" Ledek Zahra yang seketika menjengkelkan Hendrik.

"Tentu saja!" Ketus Hendrik memalingkan mukanya ngambek, yang kemudian dibalas Zahra dengan menguyel-uyel manja pipinya.

"Ututu ayang aku." Zahra memanyun-manyun.

Sementara dibalik perlakuan tersebut, batin Hendrik menggebu-gebu, "haaaaahhh. Mengapa beberapa hari terakhir, aku kaya kehilangan semangat ya? Padahal ada Zahra. Namun aku selalu saja merasa ada yang kurang. Perasaan macam apa ini? Aku jadi tiba-tiba pengen balik ke Penthouse."

Pada waktu bersamaan___

"Panggil mereka kesini." Ayuma mengulurkan selembar data-data karyawan kepada Pak Ernando.

Pak Ernando mengangguk dan secepat kilat bertindak. Selang beberapa menit, dua orang karyawati tingkat menengah Simsung Group menghadap ke Ayuma.

"Selamat pagi nona CEO."

Ucap mereka bersamaan, meringkukkan badan.

Ayuma tidak menjawab. Ia melipat tangannya di atas meja dan menghemburkan tatapan intimidasi ke mereka, "katakan. Cantikan mana? Aku atau Adinda?"

Degggh!

Pertanyaan mendadak yang dilontarkan Ayuma, mengangetkan mereka. Hanya pak Ernando yang berada tepat di sebelah Ayuma, tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Sebab ia paham betul maksud dari perkataan Ayuma tersebut.

"Nona, mengapa anda berbicara begitu?" Gadis pertama bertanya kebingungan atas pertanyaan aneh Ayuma.

"Memang kenapa? Salah?" Ketus Ayuma, mengerucutkan keningnya. Kedua karyawan itu tersentak.

"Ehehehe. Tentu tidak nona. Anda kan atasan kami sekarang." Sahut gadis kedua berusaha memecahkan ketegangan. Kemudian dia melanjutkan, "Saya pribadi beranggapan bahwa sudah pasti anda lah yang tercantik. Buk Adinda terlalu banyak makan. Wajahnya juga jelek. Ditambah Tiap kali dia berhadapan sama Pak Bram, dia merasa paling cantik sedunia. Bikin jijik aja. Pokoknya kalau dibandingkan dengan dia, anda lebih menarik nona."

Gadis kedua mencoba menjilat. Berharap Ayuma menaruh perhatian kepadanya, karena memuji dia dan merendah-rendahkan sesosok Adinda.

Ayuma mengepal tangan.

Ia bersikeras menahan amarahnya.

Melihat teman sekantornya cari muka, gadis pertama tidak mau kalah, "Benar nona. Buk Adinda biarpun pintar, dia bodoh dan badannya segede gentong. Dia tidak pandai berdandan dan kayanya malas olahraga."

Mendengar tanggapan kasar kedua karyawatinya, emosi Ayuma kian membludak.

Sambil mempertahankan penampilannya yang elegan tanpa memperlihatkan kemarahan, Ayuma pun menyampaikan kepada mereka berdua dengan tegas "begitu rupanya. Heh! Kalian memang orang-orang yang ceplas-ceplos dan apa adanya ya. Kalau begitu, silahkan keluar dari dalam ruangan ini. Kemasi barang-barang kalian dan angkat kaki dari sini."

"Kalian berdua ...., "

"DIPECAT!!"

Sembur Adinda diselingi memukul meja!

Braaakkk!!

Kedua gadis itu tercengang dan salah seorang di antara mereka mengkomplain dengan lantang, "nona! Apa yang anda lakukan? Mengapa kami tiba-tiba dipecat? Bukannya kami telah memberikan jawaban yang tepat?"

"Tolong pertimbangkan keputusan anda, nona." Lanjut gadis yang satunya, memohon-mohon kepada Ayuma.

Bruaak! Lagi-lagi Ayuma menghantam meja. Kali ini menggunakan kedua tangannya dengan penuh tenaga. Sehingga retakan-retakan di meja terukir jelas.

"Kurang ajar! Apa kalian pikir aku adalah bawahan kalian? Serta perempuan yang haus akan pujian? Kalian kira sanjungan kalianlah yang aku harapkan? Tidak! Aku tak seperti kalian berdua!" Ayuma menyembur kasar, "Berani-beraninya kalian berkata begitu tentang Adinda!"

"Asal kalian tau ya! Tanpa Adinda, kalian-kalian bakal hidup di jalanan! Bila dia tidak berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keseimbangan dan martabat perusahaan, kalian mau di bayar serta makan pakai apa? Batu? Atau kayu? Hah!!"

"Ingat ya! Kalian hidup menggunakan uang Adinda! Kalian makan juga memakai uangnya, walau kalian bekerja asal-asalan di perusahaan!"

"Aku sengaja memberikan pertanyaan itu, guna memastikan bagaimana watak asli kalian di belakang Adinda dulunya!"

"Dan ternyata benar. Kalian adalah kumpulan orang-orang munafik yang tidak tahu diri!"

Mata Ayuma menyala-nyala dan mukanya memerah.

Kedua karyawati menunduk takut.

Sedangkan Pak Ernando hanya memerhatikan seksama dan terdiam dari jauh.

Hawa yang dipancarkan Ayuma sungguh membuat kedua karyawati itu tidak berani menatapnya apalagi membantah. Cuma hati mereka saja yang mengumpat Ayuma, yang terus-terusan ngegas mereka.

"Dasar wanita licik! Baru juga menjabat sudah berani-beraninya mengusir kami!"

"Dia dan buk Adinda tidak ada bedanya! Satunya seperti sapi sembelih, yang ini kaya rubah licik!"

Batin keduanya, menghardik Ayuma.

"Aku tunggu selama lima menit! Jika kalian belum kunjung meninggalkan Simsung Group, kalian akan aku habisi!!" Ayuma menggertak mereka dan memancarkan aura membunuh, yang meremangkan bulu kuduk.

Tanpa babebu lagi, kedua karyawati yang sering mencaci-makinya sejak dulu membungkuk cepat dan terbirit-birit kabur. Tak.. Tak... Tak. Langkah mereka makin terdengar samar-samar.

Ayuma lekas menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan, bersamaan dengan ledakan emosinya yang membombardir sedari tadi, "haaaaaaahhh. Sekarang aku bukanlah si wanita lemah yang diselubungi perasaan tidak enakan! Aku adalah Ayuma, wanita yang memiliki kecantikan beserta kekayaan. Kini tidak ada yang boleh mengintimidasiku lagi!"

Sisi seram Ayuma membara. Tapi harus kembali direda, sebab orang-orang yang mesti dia pecat bukan cuman kedua gadis barusan.

Melainkan masih ada beberapa.

"Pak Ernando, tolong panggilkan karyawan lain yang ada dalam daftar itu. Aku sudah tidak sabar lagi, ingin melihat wajah sedih mereka karna dipecat secara tidak hormat." Perintah Ayuma kepada Pak Ernando.

"Kemudian setelahnya, buka lowongan besar-besaran untuk orang-orang berpotensi. Perusahaan butuh karyawan cerdas yang giat bekerja. Bukan mereka yang sekedar datang, bermalas-malasan, menjilat lalu kemudian memakan gaji buta."

"Bergegaslah. Sejam lagi kita akan ada rapat."

Tambah Ayuma yang sesegera mungkin dilaksanakan Pak Ernando.

Beberapa jam telah terlewat, berita mengenai pemecatan besar-besaran yang dilakukan Ayuma tersebar cepat di seluruh penjuru kantor.

Semua bawahan Ayuma ketar-ketir dan takut.

"Aduh bagaimana ini? Akhir-akhir ini kinerjaku kurang bagus. Apa sebentar lagi sudah mau giliranku?"

"Huuu nanti kalau misalkan dipecat, bagaimana caranya aku bersenang-senang? Bekerja di Simsung Group benar-benar peluang besar untuk mendapatkan uang banyak."

Begitulah beberapa respon pegawai perusahaan Simsung Group.

Dimana di antaranya banyaknya mereka, ada beberapa oknum yang was-was takut dipanggil ke ruang CEO karena berkinerja buruk.

Sedangkan sisanya hanya khawatir dipecat sebab tidak dapat lagi menikmati gaji yang besar.

"Apa katamu?? Pemecatan besar-besaran??" Ucap Bram terbelalak setelah mendengar kehebohan yang terjadi di perusahaan, melalui asistennya.

Sang asisten mengiyakan dan ikut-ikutan berkeluh-kesah.

Sedangkan Bram hanya terpaku bisu tanpa sepatah katapun. Batinnya merenung, "Ayuma! Apa-apaan dia? Siapa dia sebenarnya? Mengapa kebanyakan karyawan yang dipecatnya, rata-rata orang bermasalah? Tck! Gawat!!"

Bram mengalihkan pandangan ke jam tangan, "mana bentar lagi rapat para petinggi perusahaan lagi! Haaaihhh, tenanglah Bram. Jangan panik. Everything Its Okay."

1
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!