Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah dari Zayn dan Zeehan
Suasana terlihat sangat tegang di dalam ruangan sempit milik toko beras tempat Bagas menggais rezeki untuk kebutuhannya sehari-hari.
"Apa kau benar-benar akan merelakan anak-anakmu memanggil Daddy pada pria lain?" tanya Jeremy dengan raut wajah sangat tidak senang.
Bagas menghela nafas panjang, mata pria tampan itu terasa sangat perih. Bagas menengadahkan kepalanya, pertanyaan bodoh macam apa itu? Usianya sudah tidak lagi muda, perkara anak sejak pernikahan dengan Jihan dia mendamba untuk punya keturunan. Jelas mustahil jika Bagas rela kedua putranya memanggil orang lain dengan sebutan Daddy.
"Aku harus apa? Mereka bahkan tidak tahu jika aku adalah ayah kandungnya, Vania... Aku tidak yakin dia mau menerima aku kembali," suara lirih Bagas di ikuti dengan tangisan pria itu.
"Aku sangat ingin mendekap dan memanjankan anak-anakku Jem! Aku ingin memberikan semua yang terbaik untuknya! Tapi sekarang aku bisa apa? Kasih sayang? Aku nol besar untuk urusan ini, sejak dia lahir yang dia tahu hanya Mommynya fan jika ada Daddy maka yang di kenalnya bukan aku melainkan Robert..." suara Bagas terhenti air mata penyesalan mengalir deras di matanya.
"Jangankan memberikan yang terbaik, bahkan untuk kehidupanku sehari-hari aku sudah cukup pusing! Aku memaksakan diri membeli rumah dua lantai setelah jatuh bangkrut berharap kedua buah hatiku akan bisa merasa nyaman saat tinggal bersamaku. Tapi..." tangis Bagas semakin tergugu.
"Semuanya terlalu jauh dari harapanku Jem," Bagas semakin putus asa akan kehidupannya.
"Aku menyerah Jem, Aku menyerah! Jika memang dia bahagia dengan pria pilihannya aku akan merelakannya," kata Bagas dengan pandangan sendu.
"Hei bodoh, kau bahkan bahkan belum berjuang sama sekali! Mau sampai kapan kau jadi bajingan kampret seperti ini hah? Kau akan menunggu sampai benar-benar kehilangan mereka bertiga?" teriak Jeremy dengan emosi.
"Dengan apa aku pergi kesana kepar-at!" teriak Bagas tak kalah emosi.
"Kau kira aku saudagar kaya raya yang punya uang triliunan dan bisa kemanapun dengan pesawat atau jet pribadi sesuka hati! Hei ini dunia nyata bukan dongeng bung!" teriak Bagas sambil menangis.
Jeremy paham betul dilema yang di hadapi Bagas. Tapi, Jeremy sangat tidak ingin sahabatnya terpuruk lebih dalam lagi. Bagas harus bertindak atau semua akan terlambat, begitulah isi kepala Jeremy.
"Aku akan mengambil alih rumah dan juga semua aset yang kau miliki! Bisa di bilang itu sebagai jaminan, karena aku akan memberikan kau uang dan juga fasilitas selama perjalanan mu ke Turki!" putus Jeremy.
Perkataan Jeremy bagai angin segar bagi Bagas, dia tidak peduli dengan asetnya yang penting setifaknya dia berjuang untuk anak-anak dan istrinya lebih dahulu, perkara harta dia masih punya anggota tubuh yang lengkap. Jadi masih bisa berusaha.
Bagas memeluk sahabat baiknya dengan erat, kata terima kasih berulang-kali terucap dari mulutnya karena bahagia.
Lain dengan kebahagiaan yang di alami oleh Bagas maka berbeda pula situasi di kediaman Ibra saat ini. Suasana tegang dan memanas saat sekali lagi kebenaran besar terungkap ke permukaan.
"Kenapa, kenapa Kak Ibra lakukan hal itu Kak?" teriak Wanita muda itu. Wajahnya memerah menahan amarah yang teramat besar.
"Aku bersusah oayah mengubur semuanya Kak, Aku tidak ingin lagi bertemu dengan pria jahat dan tidak bermoral itu lagi!" masih dengan suara yang tinggi.
Ibra menununggu sang lawan bicara tenang, bagaimanapun bicara dalam keadaan marah buakanlah solusi.
"Sayang, kakak melakukan ini demi kebaikan kamu dan anak-anak. Zayn dan Zeehan berhak tahu siapa Ayah kandung mereka. Kamu sendiri sudah merasakan bagaimana terpukulnya ketika mengatahui jika Mama Vio dan Papa Baron bukanlah orang tua kandung mu. Sejarah akan terulang ketika kita tidak memberi tahu Bagas maupun Twins menganai hubungan darah yang ada di antara mereka," kata Ibra dwngan suara lembut dan menggenggam bahu adiknya itu.
"Tapi dia sangat jahat padaku kak, aku tidak mampu melupakan semuanya. Aku tidak mau dia mengambil kedua putraku dariku, Kak." tatap Vania dengan mata berkaca-kaca
"Dia pria yang kejam dan tidak berbelas kasih. Dengan semua kekuasaan yang dia miliki dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan Zayn dan Zeehan, Kak." air mata yang sedari tadi di tahan Vania perlahan mengalir melewati pipi mulus wanita muda itu.
"Sayang, dengar! Saat ini kamu tidak hanya memiliki Kakak, tapi ada Kak Robert, Mommy dan Daddy. Kami semua tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kamu dan Twins," kata Ibra menenangkan.
"Kalaupun memang tidak ada jalan untuk kalian bersama lagi, maka Kakak akan bantu mengesahakan pernikahan kalian agar bisa memproses gugatan cerai, jadi kamu jangan cemas," kata Ibra menenangkan Vania lagi.
"Tapi dia tidak berhak atas putraku Kak, Dia tidak pernah menginginkan kami bertiga. Kenapa Kakak harus selalu mengirimkan perkembangan Aku dan Twins padanya Kak? Bagaimana jika dia melakukan hal mengerikan seperti yang di lakukannya 4 tahun silam. Dia menyiksaku di rumahnya tanpa ada satupun yang tahu akan perilakunya Kak, dia menyita ponsel dan memutuskan semua hal yang bisa di gunakan untuk komunikasi di luar hingga aku benar-benar tenggelam di kediamannya Kak. Bahkan..." Vania mulai meracau ingatan-ingatan kelam tentang sang suami dan ibu mertuanya bagai racun bagi Vania yang membuatnya seketika tidak berdaya.
"Bahkan dia memperlakukan Aku bukan seperti seorang istri Kak, dari pagi hingga malam menjelang aku adalah pembantu rumah tangga baginya dan ketika malam aku bukan istrinya melainkan wanita pemuas nafsunya saja Kak. Aku diam gauli tapi juga di caci maki, bahkan lebih hina dari Pela-cur, jika pekerja yang menjajakan tubuhnya masih bisa hidup layak dan di bayar puluhan juta makq aku lebih hina dari itu. Aku di siksa siang malam bahkan untuk makan saja aku susah..." tangisan Vania semakin menjadi racauannya akan masa lalu kian menghampiri hingga ilusipun menguasai diri.
"Ampun, Mas Bagas! Apa yang kamu lakukan di sini!" teriak Vania seketika menjauh dari Ibra yang seketika berubah seperti Bagas di matanya.
Melihat situasi yang semakin tidak kondusif Farah selaku istri dari Ibra datang mendekat kedua kakak beradik itu. Tapi bukan membaik Vania malah semakin tantrum dia menjerit dan meminta tolong. Berusaha lati namun tubuhnya menegang, hingga Vania hanya meringsut badannya menjauh dari Ibra dan Farah karena dimatanya yangbterlihat bukanlah Kakak dan Kakak iparnya melainkan sang suami Bagas dan juga sang Mertua Nyonya Yuli.
"Sayang, ini Kakak," Ibra panik melihat situasi Vania yang tidak terkendali hingga sang adik jatuh tidak sadarkan diri.
Ya Allah apakah sesulit ini? Niat Ibra hanya ingin si kembar tahu Ayh kandungnya. Dia ingin Zayn dan Zeehan tahu Ayah kandungnya. Cukup Vania yang merasakan pahitnya tahu kebenaran setelah dewasa tidak untuk kedua keponakannya yang tampan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan