Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akibat Anggur
Enrique berdiri dan segera meninggalkan dapur. Elora menatap kepergiannya dengan kesal. Bukankah seharusnya cowok itu membantunya untuk berdiri? Mengapa ia pergi begitu saja?
"Kamu tidak apa-apa kan, Elora?" tanya Simone sementara Hernandes hanya menggelengkan kepalanya sambil berlalu dari tempat itu.
"Iya. Aku baik-baik saja, opa."
"Lain kali jangan main di dapur. Langsung di kamar saja. Opa sudah lama ingin melihat cicit opa hadir di dunia ini. Anna memang cantik, Cecil juga demikian. Namun kalau Enrique juga tak mau dengan mereka, kamu sajalah." ujar Simone sebelum pergi. Elora menghentakkan kakinya dengan kesal. Semua orang sering salah sangka dengan apa yang terjadi antara dirinya dengan Enrique.
Masih dengan wajah yang kesal, Elora kembali ke kamarnya. Ia memilih bermain dengan ponselnya. Kalau sekarang di Spanyol jam 10 malam berarti di Indonesia sudah jam 4 pagi. Kira-kira teman-temannya sudah bangun nggak ya?
Gadis itu akhirnya hanya melihat postingan-postingan teman-temannya di FB. Sungguh, Elora sangat merindukan mereka.
Ya Tuhan, kapan aku bisa pergi dari sini? Aku sungguh membenci tempat ini. Elora pun akhirnya menangis.
***********
"Buen día (selamat pagi)." sapa Elora saat memasuki ruang makan. Semua sudah ada di sana, dan Elora pagi ini susah siap dengan seragam perawatnya.
"Selamat pagi juga, sayang." sapa Tizza sambil mengajak Elora duduk di sampingnya. Elora sebenarnya tak suka duduk di dekat Tizza karena harus berhadapan dengan Enrique.
"Elora, kamu sakit?" tanya Tizza melihat mata Elora sedikit bengkak.
"Tidak, bibi."
"Dia pasti menangis sepanjang malam. Iya kan sayang? Aku juga pernah mengalami hal semacam ini waktu dalam masalah dengan mantan suamiku." kata Alea membuat Elora terdiam.
"Benarkah, sayang?" tanya Tizza.
"Aku hanya merindukan paman dan bibiku." jawab Elora lalu menaruh nasi ke piringnya. Ia bersyukur kalau setiap makan, ada nasi yang selalu tersedia karena memang orang Spanyol juga menjadikan nasi sebagai menu utamanya di samping roti.
"Buen día...!" Pedro tiba-tiba muncul di ruang makan. Lelaki tampan itu sudah siap dengan seragam rumah sakitnya.
"Pedro, ayo sarapan!" ajak Tizza.
"Terima kasih, bibi. Saya datang ke sini karena ingin menjemput Elora sekaligus minta ijin. Kami mau ke kota untuk mengambil stok obat sekaligus merayakan hari kesehatan nasional di sana." kata Pedro.
Tizza menatap Elora. "Boleh. Sekaligus kamu menghibur Elora karena ia sedang rindu dengan Indonesia."
Elora tersenyum senang. Ia menghabiskan sarapannya. "Aku pergi dulu." pamit Elora diikuti oleh Pedro.
Alea menatap putra dari sepupunya itu. "Pedro sejak kecil sangat suka menjadi dokter. Akhirnya ia bisa mewujudkannya. Sepertinya dia cocok dengan suster Elora." kata Alea lalu segera menghabiskan jus nya.
Tizza menatap putranya. Enrique nampak biasa saja. Ia hanya diam dan menikmati sarapannya. Ada rasa kesal dalam hati Tizza karena Enrique sepertinya tak memperdulikan Elora.
***********
Acara perayaan hari kesehatan nasional berjalan dengan baik. Elora senang karena ia mendapatkan pengalaman baru saat berada di kota ini.
Acara selesai jam 1 siang dan ditutup dengan makan siang bersama.
"Dokter Pedro, apakah kita akan pulang sekarang?" tanya Elora setelah mereka selesai memasukan semua obat di bagasi mobil dokter itu.
Pedro tersenyum. Ia mengambil sebuah paper bag dari jok belakang lalu menyerahkannya pada Elora. "Ganti baju. Kita akan pergi ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Rahasia dong."
Elora segera ke toilet untuk ganti pakaian. Ia terkejut karena pakaian yang Pedro siapkan adalah celana jeans dan t-shirt crop serta sebuah jaket jeans.
"Pedro, kita mau kemana?" tanya Elora saat keduanya sudah berada dalam mobil.
"Ke tempat yang pasti akan kami sukai."
Mobil Pedro berhenti di sebuah area luas. Sepertinya bandara kecil.
"Pedro, kita kemana?"
"Ke tempat yang kamu sukai." Pedro menyerahkan kunci mobilnya pada seorang pria yang sudah menunggunya lalu mengajak Elora naik ke sebuah helikopter yang sudah menunggu mereka.
"Dario, antarkan kami ya...." kata Pedro sambil menepuk pundak pilot helikopter itu.
Elora bingung mereka mau kemana namun dia ikuti juga.
Hampir satu jam mereka mengudara dan tiba di sebuah tempat.
"Ini kita Madrid kan?" tanya Elora.
"Ya. Kamu bosan ada di perkebunan terus kan? Sekarang kita bersenang-senang dulu."
"Tapi nanti bibi marah kita belum pulang."
"Aku sudah bilang ke bibi kalau kita akan pulang malam."
Mereka kembali naik mobil. Mobil itu berhenti di sebuah stadion. Elora terbelalak saat melihat poster yang ada di sepanjang jalan masuk ke stadion itu.
"Black pink?" Elora menatap Pedro.
"Ya. Kenapa?"
"Kita akan menonton konsernya?"
"Ya."
"Pedro....., kok kamu tahu kalau aku suka blackpink sih?"
"Kan kamu suka menyanyi kalau lagi nggak ada pasien di rumah sakit. Kebetulan adikku suka sekali dengan girl band yang satu ini. Sayangnya saat ini dia ada di Amerika. Jadi tiket VVIP ini kita saja yang menggunakannya."
"Ah Pedro." Elora tanpa sadar memeluk Pedro dengan rasa gembira.
"Jangan peluk aku, Elora. Aku orangnya baperan."
Elora melepaskan pelukannya. Ia menepuk bahu Pedro dengan keras. "Play boy kok baperan sih."
Keduanya tertawa bersama. Pedro menggandeng tangan Elora saat masuk ke gedung pertunjukan.
Selamat hampir 2 jam Elora ikut bernyanyi bersama dengan girlband kesayangannya itu.
Pukul 9 malam mereka tiba kembali di rumah sakit. Elora sangat bahagia karena bisa menonton pertunjukan itu secara langsung.
Pedro mengantarnya pulang dan mereka tiba di mansion keluarga Gomez pukul 10 malam.
"Terima kasih ya, Pedro. Aku senang sekali malam ini. Mereka sudah dua kali ke Indonesia dan aku belum pernah menonton konser mereka karena tiketnya mahal. Siapa yang sangka di Spanyol ini, aku justru mendapatkan tiket VVIP." Elora turun dari mobil dan Pedro juga ikutan turun.
"Aku sebenarnya tak terlalu suka girlband apalagi dari Negera asing. Namun melihat bagaimana kamu bernyanyi tadi, aku justru jadi ikutan nyanyi. Apalagi dengan lagunya yang berjudul bombayah..."
Elora menunjukan dance yang sebenarnya. Keduanya tertawa bersama.
"Jangan ribut. Kayaknya penghuni rumah sudah tidur." kata Elora.
"Sampai jumpa besok, ya?" pamit Pedro lalu masuk ke dalam mobil truk double cabin nya itu.
Elora menatap mobil itu pergi sampai menghilang di balik gerbang. Lalu gadis itu merentangkan tangannya. Ia membuka jaket yang dipakainya karena malam ini Elora justru merasa panas. Mungkin karena ia tadi terus menggerakkan badannya mengikuti alunan musik girlband kesayangannya itu.
Elora menatap ke arah atas. Ia melihat Enrique yang berdiri di balkon kamarnya. Lelaki itu sedang menatapnya. Masih dengan tatapannya yang dingin. Elora pun segera menuju ke kamarnya. Ia sungguh tak mau lama-lama bertatapan dengan lelaki yang super cuek itu.
Sedangkan Enrique, setelah Elora masuk ke kamarnya, lelaki itu masih tetap berdiri di tempatnya. Ia melihat mobil Pedro yang masuk dan bagaimana Elora dan Pedro tertawa.
Seperti yang dikatakan bibinya Alea,, Pedro San Elora mungkin pasangan yang cocok karena mereka memiliki banyak kesamaan.
Enrique membuka ponselnya. Ia membuka galerinya dan melihat foto seorang gadis yang begitu cantik.
Gadis berambut blonde agak bergelombang dengan bentuk tumbuh yang seperti gitar Spanyol. Vania Lopez.
Sejak mereka kecil, Enrique sudah suka padanya. Namun Vania adalah gadis yang fokus untuk belajar. Itulah sebabnya ia bisa menyelesaikan S2 nya diusia 22 tahun. Vania mengikuti berbagai kegiatan termasuk juga menjadi pemenang putri Spanyol saat usianya 23 tahun. Ia menjadi duta lingkungan hidup karena kecintaannya pada alam dan kelestariannya.
Vania tak pernah memiliki pacar. Ia selalu hanya pergi ke pesta dansa bersama Enrique. Kini gadis itu sedang ada di Roma karena mengurus perusahaan orang tuanya karena Vania anak tunggal. Enrique hanya menginginkan Vania. Bukan karena kekayaan keluarganya namun karena Vania adalah gadis yang cocok dengan Enrique. Mereka memiliki hobi yang sama, makanan kesukaan yang sama, bahkan pandangan yang luas tentang dunia bisnis.
Anna dan Cecil juga cantik. Masing-masing adalah pilihan opa dan papanya. Enrique pun merasa nyaman bila pergi dengan kedua gadis itu. Namun kini muncul Elora. Enrique sebenarnya ingin menolaknya. Namun dia tak bisa mengecewakan mamanya. Wanita yang sangat Enrique sayangi.
Laki-laki itu segera masuk ke kamarnya. Ia mencoba untuk tidur. Namun ternyata ia tak mengantuk. Enrique memutuskan untuk ke lantai bawa dan mengambil anggur.
Saat ia sampai di lantai bawa, dilihatnya kalau Elora baru masuk.
Keduanya saling berpandangan. Enrique tak bicara dan segera menuju ke bar mini yang ada di ruang keluarga. Ia mengambil sebotol anggur dan sebuah gelas.
"Enrique, adakah sesuatu yang bisa membuat aku mengantuk?" tanya Elora.
"Aku kalau tak bisa tidur, minum anggur saja." kata Enrique lalu segera berlalu dari hadapan Elora. Cowok itu menaiki tangga menuju kembali ke lantai 3.
"Hei tunggu!" Elora mengikuti Enrique. Gadis itu sebenarnya sudah memakai gaun tidurnya. Gaun tidur yang sebenarnya tak ia sukai namun sudah disediakan di lemari pakaiannya. Beberapa piyamanya belum di masukan Nuna ke kamarnya sehingga ia harus memakai gaun tidur ini. Untungnya ada kimononya.
Enrique tak menuju ke kamarnya namun ke sebuah pintu lain yang ternyata menampilkan sisi lain dari lantai 3 itu.
"Wah, di sini juga ada kolam renang?" Elora terkejut melihat ada kolam renang walaupun tak sebesar dengan yang ada di halaman belakang.. Enrique tak menanggapi ucapan Elora. Ia duduk di atas kursi kolam, meletakan gelas dan botol anggurnya di sana, kemudian menuangkan anggur ke gelasnya dan langsung meneguknya sampai habis.
Merasa Enrique tak memperdulikan dirinya, Elora menuangkan anggur di gelas yang Enrique gunakan lalu meminumnya.
"Hei, itu gelasku ." Enrique nampak tak suka.
"Tenang saja, Enrique. Aku tak memiliki penyakit menular." kata Elora lalu menuangkan anggur lagi ke gelas dan langsung meminumnya sampai habis. "Wah, enak sekali anggur ini."
"Jangan terlalu banyak. Nanti kamu mabuk."
"Mana mungkin mabuk hanya karena anggur. Eh, Enrique, ayo kita main batu, gunting, kertas."
"Nggak mau!"
"Nggak mau atau nggak tahu?"
"Mana mungkin aku tak tahu? Tapi itukan permainan anak-anak."
"Kalau begitu buktikan kalau kamu tahu main. Yang kalah harus minum anggur."
"Ok."
Di tengah malam itu, mulailah mereka main. Enrique kalah dua kali, kemudian Elora kalah sekali. Begitu seterusnya sampai anggur itu habis.
Elora tak tahu kalau anggur mengandung alkohol. Dan Enrique lupa kalau dia tak boleh minum banyak alkohol.
"Panas sekali." Elora tanpa sadar membuka kimono gaun tidurnya. "Aku mau ke kamarku dulu." Elora berjalan. Namun karena tempat duduknya sangat dekat dengan kolam, Elora hampir saja terjatuh. Enrique segera menahan gadis itu namun pada akhirnya keduanya jatuh ke dalam kolam.
Gaun tidur tipis Elora basah. Menempel di tubuhnya. Enrique menelan salivanya saat melihat betapa seksinya Elora.
"Ada apa, lihat-lihat?"
Enrique mendekat. Ia lupa dengan nasehat almarhumah neneknya. Jangan mabuk karena anggur. Berbahaya.
Enrique memeluk pinggang Elora dan menarik gadis itu agar mendekat padanya. Tangan Enrique memegang bibir Elora.
"Apa yang kamu lakukan, Enrique?" tanya Elora dengan tatapan sayu.
"Sial.....!" Enrique menggerutu karena kuatnya dorongan dalam dirinya untuk segera mencium Elora.
**********
Haruskah terjadi sesuatu di kolam itu ?
masih penasaran siapa yg menukar hasil tes DNA elora eleoy