Kisah ini bercerita tentang tiga orang wanita yang bersahabat sejak kecil yakni Raya, Fitri dan Alya. Namun Seiring berjalannya waktu mereka harus berpisah karena jalan hidupnya masing masing. Di usianya yang beranjak dewasa, mereka mulai menemukan jati dirinya. Seperti apa lika liku kehidupan tiga bunga ini? Ini lah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti Supandi (Siti Hartinah), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkap Identitas
Namun sang gadis tak mempedulikan Rio yang mengajak nya berkenalan.
‘’Eh mau kemana?’’ ucap Rio menarik tangan si gadis tersebut
Plak
Sebuah tamparan melayang ke mukanya Rio.
‘’Kalo gak mau jangan suka maksa’’ ucap si gadis sambil pergi setelah membanting tangan Rio dan memberinya tamparan
Rio pun hanya terdiam dan merasa malu.
Hahahaaaaa
Suara tawa Fikri terdengar cukup kencang mengejek sahabat nya yang telah ditampar oleh seorang gadis.
‘’Syukur’’ ucap Fikri
‘’Seneng liat temennya ditampar’’ ucap Rio yang menghampiri Fikri di bawah pohon kembar
‘’Makanya jangan suka keganjenan. Kuwalat kan loe’’ ucap Fikri
‘’Iya iya, nyesel gue deketin tu betina. Yaudah yuk cari lesehan bentar lagi buka’’ ucap Rio
‘’Ayok’’ ucap Fikri yang beranjak pergi meninggalkan tempat itu untuk mencari menu berbuka puasa
**
Keesokan harinya saat sedang tidur hand phone Alya kembali berdering dihubungi oleh orang kemarin.
Tuuutt
Tuuutt
‘’Hallo siapa nih’’ ucap Alya
‘’Yang kemarin telpon’’ ucap pria di telpon
‘’Iya udah tau ini pasti Fikri’’ ucap Alya sambil menguap
‘’Tau juga yang telpon. Kamu pasti baru bangun tidur’’ ucap Fikri
‘’Aslinya masih tidur, gara-gara telpon dari kamu, aku jadinya kebangun’’ ucap Fikri
‘’Lah udah jam segini masih tidur aja’’ ucap Fikri
‘’Suka suka akulah, orang lagi libur juga’’ ucap Alya
‘’Yaudah iya’’ ucap Fikri
‘’Yaudah ya, aku mau tidur lagi’’ ucap Alya
‘’Jangan ditutup dulu’’ ucap Fikri
‘’Emang kamu mau ngomong apa?’’ ucap Alya
‘’ I Miss you’’ ucap Fikri menutup telponnya
‘’Ih gak jelas banget’’ ucap Alya
Mendengar Fikri bilang I miss You membuat Alya senyum senyum sendiri.
Alya jadi teringat dengan moment setiap kali bertemu dengan Fikri di kampusnya. Begitu juga dengan Fikri.
‘’Lama banget sih kuliah masuknya, aku kan pengen cepet ketemu sama Alya’’ ucap Fikri bicara sendiri di kamarnya
Sementara di tempat lain, Fitri sibuk mengajari anak anak TPA di madrasah ibtidaiyah.
‘’Ade ade kakak ada pertanyaan. Yang bisa menjawab kakak kasih permen’’ ucap Fitri kepada murid muridnya
‘’Ok kak’’ ucap muridnya
‘’Rukun iman ada berapa?’’ ucap Fitri
‘’Ada enam kak’’ ucap salah satu murid
‘’Betul sekali. Silahkan ambil permennya, dimakannya nanti ya dek’’ ucap Fitri
‘’Iya kak, makasih’’ ucap sang murid
Fitri pun melanjutkan kembali mengajarnya tentang penjelasan rukun iman.
Begitulah Fitri. Sosok religius yang sibuk dengan kegiatan amal baiknya untuk bekal di akhirat.
Di tempat lain, Raya terlihat sedang menghabiskan waktu bersama Alex dipinggiran pantai.
‘’Ray kamu udah punya pacar belum?’’ ucap Alex
‘’Tebak aja sendiri’’ ucap Raya
‘’Kok gitu’’ ucap Alex
‘’Iya dong, kan gak seru kalo langsung dapat jawabannya’’ ucap Raya
‘’Maksud aku, kalo udah aku mundur. Tapi kalau belum aku mau daftar’’ ucap Alex
‘’Tapi kan kita beda agama’’ ucap Raya
‘’Ya kita jalanin dulu aja, masalah ke depan gimana entar’’ ucap Alex
‘’Iya sih’’ ucap Raya
‘’Ok berarti kamu mau ya jadi pacar aku’’ ucap Alex
‘’Kamu kok pede banget sih’’ ucap Raya
‘’Harus dong, kalau gak pede aku bakal jomblo seumur hidup’’ ucap Alex
‘’Hahahaaa bisa aja kamu’’ ucap Raya
‘’Yaudah yuk kita duduk disana’’ ucap Alex mengajak Raya untuk duduk di sebuah kursi panjang yang ada di depan resto
‘’Yuk’’ ucap Raya mengiyakan
Mereka pun duduk sambil bercanda bersama udara sejuk di pinggir pantai. Alex menemani hari hari Raya yang sedang menjalankan ibadah puasa. Mereka menjalin hubungan meskipun berbeda keyakinan.
Di pesantren Al Hidayah Rizal teringat terus dengan sosok Fitri. Rizal pun berusaha untuk mencari tau nomer kontak Fitri.
‘’Fitri gimana kabarnya ya?’’ ucap Rizal bicara sendiri saat sedang bersandar di masjid pesantren
Lagi ngapain Zal’’ ucap pak Kyai yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Rizal
‘’Gak apa apa pak kyai. Lagi santai saja’’ ucap Rizal
‘’Kirain lagi pusing mikirin apa’’ ucap Rizal
‘’Gak kok pak kyai. Saya lagi inget seseorang aja’’ ucap Rizal
‘’Siapa?’’ ucap pak kyai
‘’Ah pak kyai kepo nih’’ ucap Rizal
‘’Ya gak apa apa dong, barang kali saya bisa bantu kamu’’ ucap pak kyai
‘’Pak kyai bisa aja’’ ucap Rizal
‘’Oh ya nanti sore kajian kamu yang isi ya. Biasa wakili saya pas ada urusan’’ ucap pak kyai
‘’Siap pak kyai’’ ucap Rizal
‘’Ya sudah saya pergi dulu, assalammualaikum’’ ucap pak kyai
‘’Waalaikumsalam'’ ucap Rizal
Keberadaan Rizal duduk di teras mesjid diperhatikan oleh Julia dari jauh.
‘’Coba aja aku bisa nikah sama Rizal, betapa senangnya hati aku’’ ucap Julia bicara sendiri
Julia masih belum bisa mendapatkan Rizal, karena di hati Rizal sudah ada wanita lain.
Waktu terus berjalan. Hari menjelang lebaran terasa semakin dekat. Semua orang begitu sibuk mempersiapkan banyak hal.
Mulai dari kesibukan membuat kue, berbelanja baju lebaran dan yang lainnya.
Di sebuah mall di Jakarta, Raya, Fitri dan Alya sibuk memilih baju untuk lebaran.
‘’Say yang ini bagus gak?’’ ucap Raya kepada dua sahabatnya
‘’Bagus kok’’ ucap Fitri
‘’Kalo aku pakai yang ini cocok gak?’’ ucap Alya
‘’Iya cock’’ ucap Raya
‘’Kalo kerudung pasmina ini bagus gak?’’ ucap Fitri
‘’Bagus kok, tapi modelnya agak norak Fit. Coba pakai yang model ini’’ ucap Raya yang sedikit mengerti tentang Fashion
‘’Oh gitu ya, ok deh’’ ucap Fitri
Setelah puas berbelanja bersama, ketiga gadis ini menuju restoran cepat saji untuk berbuka puasa.
Di kediaman Fikri pun, sedang sibuk sibuknya menyiapkan untuk menyambut kedatangan hari raya.
Mami Fikri tampak sibuk membuat kue bersama asisten rumah tangganya.
Begitu juga dengan kegiatan di pesantren Al Hidayah. Para santri santriwati tengah sibuk mempersiapkan untuk mudik ke kampung halamannya masing-masing.
Namun sebelum hari terakhir sebelum libur, pesantren mengadakan kajian sore seperti biasanya.
Kali ini pak kyai Jatmiko langsung yang mengisi ceramah tersebut.
Dalam kajian sore sang kiyai membahas tentang kejujuran seorang muslim tentang iman dan islamnya.
‘’Sebagaimana yang kita tahu, banyak muslim yang ngaku beriman tapi hanya di mulut saja’’ ucap pak Kyai
‘’Setuju pak kyai’’ ucap salah satu santri
‘’Banyak muslim yang ngaku beriman, tapi jarang sholat. Ada?’’ ucap pak kyai
‘’Banyak pak kyai’’ ucap seorang santri lagi
‘’Banyak muslim yang ngaku beriman, tapi kelakuan nya tidak mencerminkan seorang muslim. Islamnya hanya di ktp’’ ucap pak kyai
‘’Kalo itu hampir mayoritas pak kyai’’ ucap santri lagi
‘’Jawab mulu loe cungkring’’ ucap santri kepada temannya
‘’Biarin, daripada loe diem aja kayak patung’’ ucap temannya membalas
Saat sedang mengikuti kajian ini, Julia langsung berdiri untuk menghadap pak kyai dan menyatakan diri di depan para santri yang ada di masjid.
‘’Pak Kyai ada yang ingin saya sampaikan’’ ucap Julia
‘’Ada apa Julia’’ ucap pak kyai
Bersambung….