Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka Datang
"Apa benar ini kampungnya, jo?"
"Katanya sih iya. Sebaiknya kita turun lalu coba tanya warga."
"Oke!"
Bejo dan dua orang rekannya turun dari mobil setelah menempuh jarak yang lumayan jauh. Kurang lebih enam jam, Bejo dan rekannya menghabiskan waktu dalam perjalanan. Dengan modal bertanya alamat dari pemilik postingan, akhirnya mereka sampai di desa yang ditunjukan si pemilik akun fakebook yang memposting tentang pernikahan tiga belas wanita.
Bejo hanya mendapat alamat berupa nama desa, kecamatan dan kabupaten saja. Tapi bagi Bejo itu sudah cukup. untuk yang lainnya, dia bisa mencari sendiri nantinya. Setelah bertanya tanya kesana kemari, sampailah Bejo dan anak buahnya di salah satu komplek yang diyakini daerah tempat tinggal dari orang yang dia cari.
Mereka bertiga mencari seseorang untuk bertanya dan kebetulan mereka melihat sebuah warung. Bejo dan rekannya lantas mendekat. Sesampainya di depan warung, Bejo pura pura membeli rokok satu bungkus.
"Pak, beli rokok HARUM satu bungkus," ucap Bejo pada pria pemilik warung. Pria itu mengambil satu bungkus rokok dari tempatnya dan menyerahkannya kepada Bejo.
"Berapa, Pak?" sambil merogoh dompetnya.
"Dua puluh."
Bejo mengangguk lalu menyerahkan uang lima puluh ribu kepada si pemilik warung.
"Oh iya, Pak. Saya mau tanya."
"Ya silakan."
"Rumah pria yang katanya menikah dengan tiga belas wanita itu, di sebelah mana ya?"
Tanpa Bejo sadari disebelahnya ada dua wanita yang sedang membeli telur dan salah satunya sedang merasa tidak tenang. Dialah Alin, salah satu istri Jiwo. Wanita yang sedang dia cari.
Sepertinya Bejo tidak mengenali wajah mereka. Terbukti saat Bejo menatapnya, dia bersikap biasa saja. Sedangkan Alin bergegas menyeret tangan Arum setelah selesai dilayani.
"Kamu kenapa sih? Nanti ini telurnya pecah," hardik Arum yang merasa heran dengan sikap Alin yang menyuruhnya berjalan dengan cepat.
"Kamu nggak sadar? Pria yang tadi membeli di sebelah kita?" tanya Alin sedikit berbisik.
"Memang Siapa?"
"Astaga! Itu pria yang mau menjual kita!"
"Apa? Yang benar?" tanya Anum kaget, sontak saja wajahnya ikutan panik. Dia sekarang berjalan semakin cepat mengikuti langkah Alin.
Sesampainya di rumah, mereka melihat istri istri Jiwo yang lain sedang membereskan barang dagangan Jiwo. Ternyata saat itu juga, Jiwo dan Alifa sudah pulang. Alin dan Arum segera saja mendekat ke arah tiga wanita yang sedang membereskan barang dagangan suami mereka.
"Kalian sebaiknya cepat masuk!" titah Alin begitu mereka mendekati ketiga wanita yang lain.
"Orang yang menculik kita, ada disekitar sini!"
"Apa!" pekik ketiga wanita itu.
"Yang bener?"
"Iya! Cepet kita masuk!"
Dengan sangat tergesa. Alin membantu ketiga temannya membereskan dagangan suami mereka dengan cepat. Mereka langsung saja membawa semuanya ke dalam, meski semuanya belum rapi. Sedangkan Arum sudah masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
"Gawat!" pekik Arum kepada yang lainnya begitu dia masuk ke rumah lewat pintu samping. Semua yang ada di depan televisi termasuk Emak sontak terkejut.
"Ada apa sih? Kok tegang gitu?" tanya salah seorang dari mereka kepada Arum.
"Orang yang menculik dan akan menjual kita, ada disini," balas Arum dengan wajah paniknya. Sontak semuanya ikut panik. Sedangkan Emak menatap mereka dengan tatapan heran. Tentu saja Emak tidak tahu apa yang terjadi karena semua menantunya sedang berbicara menggunakan bahasa asli negara mereka.
"Yang bener kamu?" tanya salah satunya.
"Iya, Alin yang melihat wajahnya."
"Astaga! Kita harus bagaimana?"
Tak berapa lama, Alin dan yang lainnya masuk tergopoh gopoh. Bersamaan dengan itu, Jiwo juga keluar kamar sambil menenteng handuk. Melihat istri istrinya yang bersikap tidak seperti biasanya, kening Jiwo lantas berkerut.
"Kalian kenapa? Kayak panik gitu?" tanya Jiwo.
"Orang yang dulu menculik kami, ada disini, Mister."
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Jiwo dengan wajah terkejutnya.
"Tadi saya melihat mereka ada di warung, Mister," Alin yang menjawab.
"Beneran? Darimana kamu tahu kalau orang itu yang menculik kalian?"
"Saya masih ingat dengan jelas wajah salah satunya, Mister. Dia salah satu orang yang merayu kita dengan iming iming memberi pekerjaan yang layak."
"Astaga! Bagaimana ini?" ucap salah satu istri Jiwo. Mereka semua nampak sangat panik.
"Kalian tenang saja. Kalian aman disini," ucap Jiwo mencoba menenangkan istri istrinya.
"Bagaimana kami bisa tenang, Mister? Kami takut dibawa mereka lagi?"
Jiwo mengulas senyum. Dia harus bisa bersikap tenang dalam keadaan seperti ini. Meski tidak berpengalaman, Jiwo harus bisa membuat istrinya tenang. Apa lagi di saat seperti ini, peran dia sebagai suami yang melindungi istrinya sangat dibutuhkan.
Di saat Jiwo hendak melangkah menghampiri istri istrinya, mereka mendengar suara seorang pria mengetuk pintu dan menyapa dari luar rumah.
"Permisi!"
Deg!
...@@@@@@@...
Kehaluan nya ga Nanggung 2...
yach.. namanya juga fantasi/Smug/