NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:481.2k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ungkapan Malik

Ini bab khusus Hanifa dan Malik, ya. Tidak ada Setya dan Arumi. Hari Minggu kita kasih yang manis-manis. Selamat membaca.

***

''Kamu suka sama mawarnya?'' tanya Malik, netranya menatap Hanifa lekat. Hanifa masih menghirup wangi mawar yang bagi nya begitu menenangkan.

''Aku suka, ini bunga kesukaan ku, Tuan.'' jawab Hanifa dengan senyum simpul. Hiruk pikuk suara pengunjung butik membuat kekakuan antara Hanifa dan Malik sedikit mencair.

''Syukurlah kalau kamu suka.'' Malik pun tersenyum. Ia dan Hanifa saling menatap satu sama lain. ''Ramai, ya, yang datang ke butik kamu.'' seru Malik lagi.

''Alhamdulillah Tuan.'' sahut Hanifa, lalu ia berucap lagi, ''Em ... Tuan ngasih aku bunga ini karena apa?'' tanya Hanifa dengan mata menyipit. Sedangkan Malik jadi salah tingkah karenanya. Wajahnya yang tampan berubah pias. Ia belum menyiapkan jawaban apa yang akan ia jawab. Dan karena sebelumnya ia tidak pernah menyangka kalau Hanifa akan bertanya seperti itu. Wajar Hanifa bertanya demikian, karena Malik yang tiba-tiba datang mengajak nya makan siang dan memberikannya bunga. Ia merasa di perlakukan seperti seseorang yang spesial. Padahal antara dirinya dan Malik tidak ada hubungan istimewa yang mengikat.

''Karena kepengan saja.'' jawab Malik asal sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Hanifa hanya mengangguk kecil, jawaban Malik terdengar aneh di telinga nya. ''Tuan Malik seperti sedang menjawab pertanyaan anak-anak saja. Sungguh CEO yang aneh.'' batin Hanifa bingung.

Setelah itu seorang karyawati Hanifa muncul dari belakang, ia meletakkan minuman bewarna kecoklatan di atas meja, tepat di hadapan Malik. Karyawati itu tersenyum melihat ke arah Hanifa dan Malik. Pikirnya Malik adalah kekasih Hanifa.

''Kekasih Bu Hanifa tampan sekali. Sangat serasi sama Bu Hanifa yang cantik.'' ucap Karyawati itu. Karyawati yang memiliki postur tubuh sedikit gemuk. Ia memang terkenal lebih suka berbicara di bandingkan karyawati yang lain. Ia merupakan gadis yang humoris.

''Terimakasih. Aku dan Hanifa memang serasi.'' jawab Malik percaya diri. Sedangkan Hanifa menatap Malik dengan mata sedikit melotot.

''Tuan, apaan sih!'' protes Hanifa begitu karyawati itu pergi.

''Aku hanya meluruskan saja.''

''Emang ada yang bengkok?''

''Nggak. Gih sana buruan siap-siap. Kapan kita mau makan siangnya kalau ngobrol terus.''

''Iya.''

Hanifa telah siap di ajak Malik untuk makan siang bersama, ia permisi sebentar kepada Malik, ia akan mengambil tasnya di ruang kerja.

''Tuan tunggu disini sebentar, ya. Aku mau ambil tas aku dulu di dalam ruang kerjaku,''

''Iya. Lama, ya.''

''Hah?''

''Jangan lama maksudnya.''

''Oh, oke. Cuma sebentar kok.''

Hanifa berjalan dengan langkah kaki sedikit lebar menuju ruang utamanya yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat duduknya tadi. Begitu sudah sampai di ruangan itu, ia mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja. Lalu Hanifa memasukkan ponselnya ke dalam tas. Sebelum keluar dari ruangan, Hanifa menyempatkan diri untuk bercermin terlebih dahulu. Ia ingin memindai penampilannya.

''Ah ... Aku rasa udah pas. Lagian cuma makan siang biasa. Tuan Malik tumben-tumbenan ngajak aku makan siang bersama dirinya. Ada apa ya kira-kira?'' Hanifa berucap di dalam hati seraya membereskan hijabnya. Setelah itu ia beranjak dari depan cermin. Ia menemui Malik.

''Titip butik sebentar, ya, Yan.'' pesan Hanifa kepada Yanti sebelum pergi.

''Baik Bu.'' sahut Yanti sopan. Yanti melihat ke arah Malik yang berdiri di samping Hanifa. Ia pun terpesona sama ketampanan Malik. Pria dengan postur tubuh tinggi tegap, kulit bersih, hidung mancung, rahang kokoh dan alis tebal. Bibir Malik bewarna merah muda alami, karena ia yang memang tidak merokok. Jadi ketampanannya terjaga selalu.

***

Hanifa berjalan di depan Malik. Begitu sudah sampai di depan mobil mewah milik Malik. Malik membuka pintu untuk Hanifa.

''Silahkan masuk.''

''Terimakasih Tuan.''

Setelah memastikan Hanifa telah duduk dengan sempurna di dalam mobil, Malik lalu memutar tubuhnya, ia masuk kedalam mobil lewat pintu sebelah.

''Kita mau makan ke mana, Tuan?'' tanya Hanifa begitu mobil sudah melaju membelah jalanan dengan kecepatan sedang.

''Kamu maunya kemana?''

''ke mana saja, yang menurut Tuan bagus.''

"Baiklah.''

''Kenapa Mas Abdillah tidak ikut?''

''Dia menggantikan tugas aku di Kantor.''

''Oh ...'' Hanifa hanya ber-oh ria. Lagi-lagi ia merasa jawaban Malik terdengar aneh, ada yang janggal menurutnya.

Mobil melaju membawa Hanifa dan Malik ke sebuah restoran yang ada di pinggir kota. Restoran yang terkenal dengan masakannya yang enak dengan tempat nya yang nyaman dan asri.

Saat sudah sampai di tujuan, Malik membuka pintu mobil lagi untuk Hanifa. Ia memperlakukan Hanifa dengan sangat istimewa. Hanifa pun hanya menurut di perlakukan seperti itu. Selama Tuan Malik masih berlaku sopan dan tidak menyentuh anggota tubuhku apa salahnya. Pikir Hanifa.

Saat sudah sampai di dalam restoran, Malik menarik kursi untuk Hanifa. Ternyata Malik telah membooking restoran itu khusus untuk dirinya dan Hanifa saja.

''Kok sepi?'' tanya Hanifa heran.

''Duduk lah.'' Malik menarik kursi untuk Hanifa. Ia tidak menjawab pertanyaan Hanifa.

''Tuan terlalu berlebihan.'' lontar Hanifa merasa tidak enak.

''Aku senang melakukannya.'' jawab Malik jujur.

Hanifa tidak menjawab lagi. Ia menatap berbagai macam menu makanan yang ada di atas meja. Makanan yang telah di hidangkan. Mereka tidak perlu menunggu lagi, karena Malik telah mengatur semuanya sedari tadi. Tanpa Hanifa ketahui.

''Makan lah.'' seru Malik dengan nada lembut.

''Makanannya banyak sekali. Aku jadi bingung harus makan yang mana.'' Hanifa berkata dengan memindai makanan yang ada di atas meja. Ada olahan ayam yang sudah matang dengan bumbu yang begitu menggugah selera, ikan, sayuran, buahan dan lainnya.

''Makan makanan yang kamu suka saja.''

''Aku suka semuanya.'' jawab Hanifa sedikit cengengesan. Entah kenapa saat berbicara sama Malik ia merasa nyaman dan lebih terbuka.

''Kalau begitu makanlah semuanya. Makanan ini sengaja aku pesan untukmu.''

''Tuan ada-ada saja. Nanti aku gendut''

''Gendut atau kurus tidak apa-apa. Yang penting sehat.'' timpal Malik lagi. Hanifa tidak menjawab lagi.

Hanifa memasukkan sedikit nasi dan lauk pauk kedalam piringnya. Lalu ia mulai menyantap makanan itu. Tidak lupa sebelum makan ia berdoa terlebih dahulu.

Hanifa dan Malik makan dalam diam, sesekali Malik menatap Hanifa dalam diam pula. Setiap kali ia melihat wajah anggun nan teduh itu, ia merasa dadanya berdesir tak karuan. Benarlah dugaannya selama beberapa bulan ini. Kalau ia telah jatuh cinta kepada sosok wanita lembut dan cantik yang ada di depannya sekarang.

Setelah selesai makan. Malik mengajak Hanifa berjalan di sekitar lokasi restoran. Mereka berjalan keluar ruangan.

Tumbuhan dengan daun rindang berjajar berdiri kokoh, sesekali dedaunan yang sudah bewarna kekuningan jatuh dari pohon tersebut terkena hembusan angin. Hanifa dan Malik berjalan menyusuri satu persatu pohon-pohon. Tiba-tiba pikiran curiga Hanifa terhadap Malik berkelebat di benaknya. Karena Malik membawa nya ketempat sepi. Ia jadi berpikir yang bukan-bukan.

''Bagaimana kalau Tuan Malik berbuat yang tidak-tidak sama aku seperti yang aku lihat di berita-berita.''

''Aku kok begok banget mau-maunya di ajak Tuan Malik ke sini.''

''Duh ... Aku takut.''

''Apa aku kabur aja kali, ya.'' ucap Hanifa di dalam hati.

''Kamu kenapa?'' tanya Malik, ia bisa melihat kegelisahan di wajah Hanifa.

''Kita mau ke mana?'' tanya Hanifa dengan nada sedikit keras, ia memeluk tubuhnya dengan kedua tangan.

''Ikut saja, sebentar lagi sampai.'' ucap Malik santai.

''Iya. Tapi mau ke mana, Tuan? Kita berjalan sudah cukup jauh dari restoran. Aku takut!'' Langkah Hanifa berhenti.

''Ikut saja Hanifa. Aku tidak mungkin berlaku jahat sama kamu. Jangan khawatir begitu.'' sahut Malik di sertai senyum, ia bisa melihat kekhawatiran di wajah cantik Hanifa.

''Baiklah.'' akhirnya Hanifa menurut.

Tidak lama setelah itu, sebuah danau dengan air yang jernih terpampang di depan mata. Hanifa menatap takjup pemandangan yang ada di depan mata. Kedua tangannya menutup mulut.

''Masya Allah. Aku tidak menyangka, ternyata di sekitar sini ada tempat sebagus ini.'' seru Hanifa seraya menatap danau dengan mata berbinar.

''Kamu suka.'' tanya Malik.

''Suka sekali.''

''Duduk yuk.'' Malik dan Hanifa duduk berjarak di sebuah bangku kayu yang ada di bawah pohon rindang. Mereka duduk menghadap ke arah danau.

Kebisuan tercipta antara Hanifa dan Malik. Hanifa begitu fokus melihat danau yang di pinggir nya terdapat sebuah perahu. Hanifa mengeluarkan ponselnya lalu memotret danau beberapa kali.

Sedangkan Malik begitu grogi, sebentar lagi ia akan mengungkapkan isi hatinya. Malik mengeluarkan sebuah kotak beludru bewarna silver dari saku celananya.

''Huh ... Hah ...'' Malik menarik nafas pelan lalu mengeluarkan nya lagi. Ini pertama kali baginya berlaku sangat manis dan romantis terhadap wanita. Setelah itu, Malik berdiri dari duduknya. Lalu, ia berjongkok di depan Hanifa yang masih duduk enteng di bangku dengan memegang ponsel.

Hanifa kaget karena ulah Malik. Ia terkesiap.

''Tuan! Apa yang Tuan lakukan?'' tanya Hanifa menatap Malik lekat.

''Hanifa, ini untukmu?'' Malik membuka kotak beludru tersebut, di dalam kota itu terdapat cincin berlian yang berkilau indah. Malik menatap Hanifa penuh harap.

''Ma-maksudnya?'' terbata Hanifa berucap. Ia tidak menyangka Malik akan berlaku demikian terhadap nya. Hanifa begitu terharu, ia merasa sangat di hargai, ia merasa sedikit minder. Luka masalalu masih membekas di hatinya. Dulu ... Setya juga pernah berlaku sangat manis terhadap dirinya.

''A-ku mencintaimu Hanifa. Maukah kamu menikah denganku?'' akhirnya Malik berkata jujur.

''Tuan becanda!'' Hanifa menggeleng kepalanya.

''Aku sungguh-sungguh.''

''Tu-an i-ini terlalu cepat.''

''Tapi, aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh Hanifa. Ambillah cincin ini. Ini aku beli khusus untukmu.''

''A-ku tidak bisa menjawab sekarang.''

''Kenapa?'' Malik berkata lesu. Baru kali ini seorang wanita menunda, memberi rentang waktu untuk menjawab perasaannya.

''Aku masih perlu berpikir Tuan.'' Hanifa menunduk, ''Aku takut, aku takut di khianati lagi. Mas Setya yang hanya seorang ojek saja bisa mengkhianati dan perpaling dari aku, apalagi Tuan yang seorang CEO.''

''Aku tidak seperti itu Hanifa. Aku telah memilih mu untuk menjadi pendamping aku. Aku tidak akan menyia-nyiakan sesuatu yang aku perjuangkan.'' Malik berusaha meyakinkan Hanifa.

''Beri aku waktu beberapa hari Tuan. Aku masih perlu sholat istikharah meminta petunjuk kepada Allah.''

''Baiklah. Ambillahlah dulu cincin ini, besok kalau kamu menolak aku kamu bisa mengembalikannya lagi kepadaku, tapi, jika kamu menerima lamaran aku, kamu tidak perlu mengembalikan nya lagi.''

''Baiklah.''

''Biar aku pasangkan.'' Malik mengeluarkan cincin dari tempatnya. Lalu dia memegang tangan Hanifa. Malik memasukkan cincin itu dengan pelan ke jari lentik Hanifa. Cincin itu begitu pas di jari manis Hanifa. Malik menatapnya dengan senyum bahagia. Sedangkan Hanifa di landa perasaan gundah. Di satu sisi ia merasa amat bahagia, tapi di satu sisi, ia merasa takut. Takut gagal lagi.

Next?

Kalau bosan, komen ya. Kalau suka komen juga. Happy weekend.

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!