NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:315.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Berusaha Tenang Menghadapi

Sejak satu jam yang lalu sebelum acara benar-benar berakhir, Mama Diba tampak mengenali seseorang, dan yang lebih memastikannya lagi saat anaknya mendekati gadis itu. Wajahnya memerah menahan kesal, tapi sebisa mungkin ia tidak menunjukkan di depan sahabat dan teman-teman sosialitanya. Namun, begitu ada kesempatan wanita paruh baya itu mendekat.

Shanum berusaha tampak tenang di depan mama suaminya. Tapi tidak dengan Mama Diba yang menatapnya dengan lirikan matanya yang begitu tajam.

“Saya tidak menyangka kamu bisa di sini? Apa kamu ingin mengejar anak saya, sampai jauh-jauh datang ke sini?” Suara Mama Diba sangat pelan, nyaris tidak terdengar, tapi nyelekit.

“Ah, kenapa nih mak lampir pakai nyamperin. Memangnya dia nggak ada kerjaan?” batin Shanum berusaha menenangkan degup jantungnya.

Gadis itu tersenyum tipis. “Ada yang bisa saya bantu Bu? Apa mau saya hantarkan puding, cake potong atau sekedar teh hangat, atau mungkin kopi?” Shanum berusaha tetap bersikap profesional, layaknya pelayan.

“Jangan mengalihkan pembicaraan!”

Shanum menghela napas dalam-dalam, lalu menatap dalam Mama Diba yang tampak begitu membencinya dengan tetap mempertahankan senyum ramahnya. Sementara pandangan Mama Diba turun ke perut menantu yang tidak dianggapnya.

“Jika tidak ada yang bisa saya bantu. Saya permisi untuk melanjutkan pekerjaan, Bu.” Shanum masih bersikap sopan.

Mama Diba berdecak kesal menghadapi menantunya yang masih tampak tenang, tidak seperti dirinya yang sudah geram, menahan letupan api yang bersemayam di hatinya.

“Baiklah kalau kamu seperti ini, saya akan meminta Ervan untuk membawa kamu tinggal ke mansion. Biar kamu tidak lagi mengejar-ngejar anak saya lagi. Bukankah ini yang kamu inginkan? Dan, saya sangat tahu pikiran licik kamu ini, dasar perempuan murahan," gumam Mama Diba sebelum Shanum kembali melangkah.

Dan, benar saja Shanum yang baru saja melangkah terhenti, ia kembali menatap mertuanya dengan alis matanya yang saling bertautan, sudut bibirnya pun tersenyum miring.

“Saya tidak menyangka Ibu mengetahui isi hati saya yang paling dalam. Tapi ... sayangnya saya tidak bisa menerima tawaran Ibu. Terima kasih sudah menawarkan saya untuk tinggal di mansion, dan satu lagi ... saya tidak punya waktu untuk mengejar-ngejar anak Ibu. Kayak saya tidak punya kerjaan saja, permisi ...,” balas Shanum dengan tenangnya. Ia kembali melangkahkan kakinya ke belakang tanpa ada beban.

Sementara reaksi Mama Diba sudah semakin geram, seakan-akan habis diejek oleh Shanum.

“Sombong sekali dia menolaknya, dasar perempuan miskin! Lihat saja nanti!”

Meidina dari kejauhan melihat calon mertuanya sedang berbicara dengan Shanum, setelah sebelumnya ia sempat sekilas melihat calon suaminya dilayani oleh Shanum. Semula ia tidak terlalu memerhatikan, dan tampak biasa saja, layaknya seorang pelayan melayani tamu. Tapi, begitu tidak sengaja melihat Mama Diba mendekati Shanum hatinya jadi bertanya-tanya dan agak curiga. Ia pun melangkah mendekati Mama Diba.

“Tante Diba,” panggilnya.

Sontak saja Mama Diba menoleh dan langsung mengukir senyum hangatnya.

“Eh, Mei,” sahutnya sembari menepis rasa geramnya pada Shanum.

“Tante kenal sama karyawan barusan?”

Mama Diba menggeleng, “Oh, tidak kenal, tadi tuh Tante nanya toko kuenya. Kuenya enak-enak pas Tante makan, dan nanti rencananya mau pesan buat acara arisan di mansion. Makanya tadi Tante samperin, takut lupa.” Alibi Mama Diba tampak meyakinkan.

Ya, kali aja Mama Diba mau berkata jujur. Pastinya tidak akan mengakui Shanum sebagai menantunya.

“Oh, aku kira Tante kenal. Memang kuenya enak-enak Tante, ini salah satu toko kue favorit aku, makanya aku pesan buat acara di sini,” balas Meidina tersenyum lega.

“Mmm ... kalau begitu kita kembali ke meja, Tante mau  bicarakan masalah tanggal pernikahan kamu sama kedua orang tuamu. Mumpung Ervan belum kembali ke kantor,” ajak Mama Diba dengan tatapan hangatnya, lalu menggandeng wanita itu.

“Ayuk, Tante.” Meidina tampak menyetujuinya.

***

Ervan baru saja menyelipkan ponselnya ke dalam saku jas saat melihat mamanya melambai kecil ke arahnya dari meja bundar yang dihiasi centerpiece mawar putih dan emas. Di sana sudah duduk Latif dan Elisa—orang tua Meidina—bersama calon istrinya. Ervan menghela napas pelan, lalu melangkah mendekat.

“Ervan, duduk sini. Mama ada yang mau dibicarakan,” ujar Mama Diba sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Meidina tersenyum manis. “Ayo, Mas. Kita bahas soal tanggal pernikahan,” tambahnya sambil menatap penuh harap.

Ervan mengangguk pelan dan duduk, meski perasaannya sedikit gelisah. Ia baru saja memastikan semua urusan kantor bisa ditinggal hari ini, dan kini harus kembali menghadapi topik yang sempat mereka sepakati beberapa minggu lalu.

“Jadi begini.” Buka Mama Diba dengan suara mantap. “Tadinya kita sepakat tiga bulan lagi, tapi Tante pikir-pikir … kenapa harus lama-lama? Bulan depan saja sekalian. Lebih cepat lebih baik. Hemat waktu dan tenaga.”

Latif langsung menyahut, “Wah, kalau memang semua pihak setuju, kami sih tidak keberatan. Bulan depan juga tidak masalah.”

“Iya, kita tinggal adjust vendor, tapi secara teknis bisa disiasati,” timpal Elisa setuju.

Ervan mengerutkan kening. “Tapi … bukannya kemarin sudah ditetapkan tiga bulan lagi supaya semua persiapan maksimal. Apalagi Mei juga sempat bilang ingin waktu lebih banyak untuk urus fitting dan dekorasi.”

Meidina tersenyum. “Awalnya iya, Kak. Tapi setelah mikir-mikir, justru biar nggak terlalu capek nunda-nunda. Toh semuanya hampir siap juga. Lagi pula aku percaya, kalau kita niat baik, semuanya akan dimudahkan.”

“Betul,” sahut Mama Diba cepat. “Kita kan sudah lama kenal keluarga Latif, nggak perlu ditunda-tunda. Lagi pula … kamu juga udah cocok ‘kan sama Meidina?”

Ervan tak menjawab. Ia hanya menunduk, mengaduk-aduk gelas air mineral yang tak disentuhnya. Di telinganya, suara percakapan terus bergulir, tapi pikirannya melayang ke arah lain.

Dari sudut mata, ia melihat pergerakan di dekat area dessert table. Shanum. Gadis itu baru saja kembali mengambil beberapa piring kosong, langkahnya cepat tapi tetap rapi. Tapi saat itu juga, kakinya nyaris terpeleset. Di lantai tampak ada cipratan air dari gelas tumpah yang belum dibersihkan.

“Shanum …!” gumam Ervan tanpa sadar.

Bersambung .... ✍️

1
Rita Susanti
terima kasih thor walau lebaran tetap up semangat terus dan sehat2 thor
Esin naufal
klo jodoh gak akan kemana pak ervan.. klo gak berjodoh ya ikhlaskan... itu yang terbaik..
Esther Lestari
jangan gegabah itu pesan papa Witjanako buat mu Ervan.
maka nya jangan cari Shanum dulu.
Sekarang tinggal penyesalan yang dirasakan orangtua Shanum
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
sudah jgn dicari shanum baik" saja
Ila Lee
itu cuma akal 2 Lan papa wijatnako ajer ervan shanum baik 2 a JB er
partini
paling si ikhsan udah di minta sama tuan besar jangan bilang ke arvan di mana shanum berada
Retno Fitriyaningsih: bisa jadi....
total 1 replies
K4RL4
akuh padamu papa mertua 😇
Nur
𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 🤔𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝐸𝑟𝑣𝑎𝑛 🤔🤔
𝑚𝑎𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑜𝑚𝑚𝑦
𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡💪💪💪💪💪
Nur
𝑠𝑎𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑟𝑣𝑎𝑛, 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Rabiatul Addawiyah
cieee awalnya jutek sekrang cari2 Shanum
hasatsk
jreng... jreng siapa gerangan yang datang membunyikan bel....
Piet Mayong
pasti itu Evan yg datang
Ma Em
Pak Aiman dan Bu Iffah akhirnya menyesal setelah Shanum pergi , orang tua yg seharusnya bisa melindungi anaknya yg lagi terpuruk Shanum malah diusir biarkan saja kedua orang tua Shanum menyesali segala perbuatannya pada Shanum itung2 kasih pelajaran .
🔵 ve spa
Ervan kah yang datang 🤔
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
apakah yg masuk itu evan
Shee
bagus ceritanya nya, semangat kak
ir
kalo sudah tiada baru terasa, bahwa kehadiran nya sungguh terasa
Mulaini
Jangan-jangan pemilik toko roti atau si Ervan yang datang.
anonim
akhirnya kedua orang tua Shanum menyesali perbuatannya telah mengusir Shanum. Penyesalannya setelah pak Wijatnako ngomong banyak dan memberhentikan Aiman dari pekerjaannya. Sekarang baru merasakan sedih dengan segala penyesalan ketika tidak bisa menemukan Shanum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!