Setelah diselingkuhi, Brisia membuat rencana nekat. Ia merencanakan balas dendam yaitu menjodohkan ibunya yang seorang janda, dengan ayah mantan pacarnya. Dengan kesadaran penuh, ia ingin menjadi saudara tiri untuk mengacaukan hidup Arron.
Semuanya berjalan mulus sampai Zion, kakak kandung Arron muncul dan membuat gadis itu jatuh cinta.
Di antara dendam dan hasrat yang tak seharusnya tumbuh, Brisia terjebak dalam cinta terlarang saat menjalankan misi balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ken Novia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akal bulus Arron
Arron menengok kondisi sekitar, udah kaya tor monitor ketua, ngeliat kondisi lagi gacor apa engga. Merasa aman, cowok itu langsung mencium bibir Disa, kali ini disertai dengan lumatan lembut.
Mau nolak tentu saja sayang, godaan setan botak begitu aduhai. Disa balas ciuman Arron sambil memejamkan mata, tangannya memegang sisi baju cowok itu.
"Gue ke kantin dulu," pamit Arron karna mau ke kantin, takutnya Brisia udah nyampe duluan malah bahaya.
"Iya."
Habis dikokop sepah dibuang, eh salah habis dikokop ditinggal begitu saja. Itu sudah biasa, Disa ngga bisa marah toh dia juga mau jadi kekasih terang eh kekasih gelap.
Siapa sih yang nggak suka sama Arron, cowok tampan, tinggi, atletis pujaan ciwi-ciwi. Sayang hubungannya dengan Brisia begitu awet, dari kelas sebelas.
Arron melangkah santai menuju kantin, bibirnya sedikit merah karna dikokop sama Disa.
"Bu pesen bakso dua, yang satu nggak pakai seledri." Ucapnya pada Bu Inah, penjual bakso yang ada dikantin sekolah.
"Minumnya apa Mas?"
"Es jeruk Bu."
"Jadi tiga puluh ribu Mas."
Arron membayar dengan uang pas setelahnya ia pergi mencari bangku kosong. Sambil menunggu Brisia datang, ia membuka ponselnya untuk mengusir kebosanan.
"Ini pesenannya Mas." Ucap anak laki-lakinya Bu Inah yang biasa membantu jualan. Makanan itu diantar ke mejanya Arron.
"Makasih Mas." Balasnya sambil menoleh sebentar.
Tak lama Brisia muncul, ia langsung duduk didepan Arron.
"Maaf lama ya Ar?"
"Nggak Kok, baru dateng baksonya."
Brisia mengaduk es jeruk lalu menyeruputnya.
"Jeruknya seger banget." Ucapnya riang. Lalu matanya salah fokus ke bibirnya Arron yang tampak merah.
"Bibir kamu kenapa Ar?"
"Habis makan pedes tadi."
"Loh bakso kamu belum diapa-apain?" Tanyanya heran.
"Tadi makan makaroni pedes." Jawabnya bohong tentu saja ngasal.
"Oh gitu."
Brisia mengangguk percaya, ngga mungkin kan Arron ngaku habis kokopan sama Disa. Yang ada bumi jadi gonjang-ganjing, Arron bakal disleding.
"Tadi ngapain ke kantor guru Brie?" Tanya Arron berusaha mengalihkan fokus Brisia.
"Oh, Bu Julia ngasih tau rekomendasi jurusan yang cocok buat aku."
"Kamu jadi kuliah di Jogja?"
"Aku belum ngobrol sama Mama, masih galau."
"Kalau ragu ya disini aja, jadi deket sama aku juga."
Arron berusaha memberi saran, kalau Brisia kuliah disini ya kebeneran, dia punya dua pacar yang bisa shift-shift an kaya jadwal masuk pabrik. Misal Brisia pergi juga ngga masalah, toh ada cadangan. Aman lah Arron mah menerima apapun keadaannya.
"Coba nanti ya Ar, aku juga masih galau."
"Ya udah makan dulu, sapa tau dapat wangsit."
"Ini jadi berapa?" Tanya Brisia mau ganti uangnya Arron. Ngga enak kalau ditraktir terus.
"Ngga usah kaya sama siapa."
"Makasih ya Sayang."
"Iya Sayang."
Brisia mengambil saos, kecap dan dua sendok sambal. Ia menikmati bakso dengan lahap.
"Ar, kamu ngga pernah ajakin aku ke rumah Kamu?"
Meskipun sudah satu tahunan pacaran, Brisia belum mengenal orang tua Arron. Cowok itu tertutup soal keluarga, Brisia hanya tau kalau papanya Arron seorang kontraktor dan mamanya sudah meninggal.
"Dirumah ngga ada orang. Gampang kapan-kapan kalau papa lagi dirumah aku kenalin."
"Beneran?" Tanya Brisia dengan wajah berbinar.
"Iya, aku bukannya ngga mau ngajakin kamu ke rumah. Tapi dirumah ngga ada siapa-siapa. Takut kamu ngga nyaman berdua doang sama aku."
"Kan jadi bisa pacaran." Goda Brisia, tentu saja cuma ngeledek doang.
"Nanti ada setan botak lewat, aku takut tergoda ngapa-ngapain kamu." Jawab Arron sambil tersenyum, tapi langsung ditabok sama Brisia.
"Pikirannya kejauhan!" Omel Brisia karna tau pikiran Arron mesum.
"Tuh kan diomelin. Makanya aku ngga berani ngajak kamu ke rumah. Godaannya berat."
Brisia lebih jual mahal daripada Disa, cewek itu sulit dibujuk untuk melakukan hal-hal yang disukai cowok. Sejujurnya Arron beneran cinta sama Brisia, makanya ngga minta macam-macam. Minta macam-macamnya sama Disa aja yang gampangan, cukup modal gombalan.
"Kamu hari sabtu bantuin mama di warung?" Tanya Arron memastikan, padahal udah tau kalau sabtu pasti pacarnya bantuin jualan.
"Iya, kasihan nanti mama repot. Mumpung sabtu libur sekolah, kamu juga ngajak jalannya minggu."
Padahal mamanya punya karyawan dua tapi Brisia tetap pengin bantu-bantu.
"Oh ya udah."
"Kamu ada acara?"
"Ngga, mau tidur aja di rumah."
"Betah seharian tidur?"
"Daripada ngga ada kegiatan."
Arron merasa lega, setidaknya dia tau hari sabtu aman banget buat ngajakin Disa pergi. Entah kenapa Disa akhir-akhir ini banyak menuntut perhatian dan keadilan dari Arron.
Hari sabtu, Arron beneran ngajakin Disa nonton. Sedangkan Brisia sedang sibuk membantu mamanya.
"Brie, anterin es jeruk ke meja pojok!" Perintah Mama Rosa ke anaknya.
"Siap Ma."
Brisia membawa nampan berisi es jeruk ke meja yang dimaksud.
"Silahkan Pak minumnya."
"Iya makasih."
Brisia mengangguk lalu undur diri, bapak-bapak itu tampak gagah meskipun usianya mungkin sudah menginjak kepala orang, eh salah menginjak kepala lima.
Mungkin karna pakaiannya yang rapi, tampak seperti bukan orang sembarangan. Namun ngga gengsi makan di warung makan sederhana.
Brisia kembali sibuk merakit box kertas karna ada pesanan nasi kotak.
Arron dan Disa sudah masuk ke dalam bioskop, milihnya kursi paling belakang. Lampu studio sudah dimatikan karna film akan dimulai. Arron memegang popcorn yang tadi dibelinya.
"Ar, gue seneng banget deh bisa pergi sama kamu. Eh tapi aman kan Brisia nggak tau?"
"Aman, dia kalau sabtu sibuk bantuin mamanya."
"Ya udah sekarang tiap sabtu kita nge-date aja gimana?"
"Boleh." Jawab Arron santai sambil mengelus kepala Disa.
Hubungan mereka bedua baru terjalin sekitar dua bulan. Selama ini cuma sebatas ketemuan disekolah dan curi-curi kesempatan digudang belakang atau di tempat-tempat yang memungkinkan.
"Aaa seneng banget deh."
Gadis itu langsung gelendotan manja ke tangan Arron. Filmnya sudah dimulai, awalnya sih mereka berdua fokus, tapi karna bangku paling belakang cuma ada mereka berdua jadinya Arron ngga mau nyia-nyiain kesempatan.
Bukannya menatap layar, dua orang itu malah sibuk ciuman. Setelah ciuman sebentar karna takut diliat orang, mereka berdua kembali fokus ke layar.
Tangan Arron dengan nakalnya masuk ke dalam bajunya Disa. Tentu saja mencari pegangan. Ngga usah pura-pura ngga tau, kalian pasti tau pegangan yang dimaksud. Yang jelas bukan pegangan duit.
"Arrr..." Bisik Disa karna merasa geli.
"Ssst... Diem Dis nikmatin aja."
Sekarang Arron yang gelendotan sama Disa biar tangannya lebih leluasa. Disa mulai tak nyaman, tentu saja karna sensasi geli yang menjalar di tubuhnya.
"Nanti mampir kerumah yuk!" Ajak Arron.
Disa langsung mengangguk, tanpa tanya mau ngapain ke rumahnya Arron.
aron mah sesetia itu
kan kalo lagi sama kamu ingat disa
kalo lagi sama disa ingat kamu
😸😸😸