"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan bersama anak panti
Bu Minah melirik ke arah luar, ia melihat seorang gadis yang masih menggunakan seragam sekolah dengan hijab di kepalanya. Gadis itu terlihat sedang asik bercerita dengan anak-anak panti.
"Gadis itu siapa, Nak?" tanya bu Minah pada pemuda yang ada di depannya.
"Oh itu Rahma, Bu. Teman sekolah Ridho," jawab Ridho yang menoleh ke arah Rahma sekilas lalu menatap bu Minah.
"Tumben kamu membawa teman ke sini. Biasanya hanya sendiri," ucap bu Minah melihat Rahma dari dalam panti.
Ridho hanya tersenyum menanggapinya, dia tidak menjawab ucapan ibu Minah. Ia menatap Rahma dari kejauhan dengan tatapan senang melihat Rahma yang tertawa bersama anak-anak panti.
"Apa kamu menyukai gadis itu?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja di mulut bu Minah.
Ridho menoleh ke arah bu Minah lalu menganggukan kepalanya.
"Sudah ibu duga kamu menyukai gadis itu. Ibu sangat senang kamu menyukai gadis sholehah seperti dia. Pilihanmu sangat tepat, Nak. Ibu akan mendoakanmu agar berjodoh dengan gadis itu," ujar bu Minah yang tampak senang dengan gadis yang berada di depan panti itu.
"Terima kasih Bu," sahut Ridho yang terus tersenyum.
Perlahan bu Minah berjalan keluar dari panti menuju halaman. Ia menghampiri Rahma yang masih bercerita dan tertawa bersama anak-anak panti. Ridho juga mengikuti bu Minah keluar dari panti itu menuju halaman.
"Nak apa benar kamu temannya Ridho?" tanya bu Minah lembut kepada Rahma yang duduk di atas tikar yang dibentangkan di halaman panti itu.
"Iya Bu. Saya teman sekolah Ridho," jawab Ridho sembali tersenyum ramah
"Ayo masuk ke dalam Nak kita makan bersama di dalam. Ibu baru saja menyiapkan makanan di dalam," ajak bu Minah.
"Anak-anak ayo ke dalam. Ibu udah menyiapkan makanan untuk kalian," seru bu Minah sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh semua anak-anak panti.
Rahma mengiyakan ajakan bu Minah itu lalu mengikuti bu Minah masuk ke dalam panti berserta anak-anak panti dan juga Ridho.
Di dalam panti di meja makan tampak banyak makanan yang tersusun rapi di sana.
Ibu Minah duduk di kursi dekan meja dan di ikuti oleh anak-anak panti serta Rahma dan Ridho juga mendudukan dirinya di sana.
Tampak anak-anak panti dengan semangat ingin menyantap makanan di atas meja panjang itu. Namun dihentikan oleh bu Minah sebelum mereka menyendok nasi ke dalam mulutnya.
"Eh anak-anak jangan lupa doa dulu," ucap bu Minah mengingatkan.
Anak-anak panti itu meletakan sendoknya lalu membaca doa setelah memakan makanan yang telah tertunda masuk ke mulutnya.
Tidak ada pencakapan di saat semua sedang makan. Semuanya terlihat asik dengan makanan masakan bu Minah itu.
Setelah selesai makan semuanya mengucapkan alhamdulillah di dalam hati.
Lalu bu Minah memindahkan piring-piring kotor ke dapur di bantu oleh Rahma.
Ridho pun juga ikut serta membantu memindahkan piring-piring serta gelas ke dapur.
Di dapur tampak bu Minah sedang mencuci piring dan juga gelas yang telah digunakan tadi.
Rahma melihat itu berinisiatif untuk membantu.
"Bu biar saya aja yang mencuci piringnya. Ibu beristirahatlah," ucap Rahma mendekati bu Minah.
"Nggak usah, Nak," tolak bu Minah.
"Bu Rahma benar, Bu. Ibu istirahat aja, biar kami berdua yang mencuci piringnya," seru Ridho yang baru datang ke dapur dengan piring kotor di tangannya.
"Baiklah," ucap bu Minah yang akhirnya menurutinya.
Bu Minah pergi berlalu meninggalkan dapur itu. Sementara Ridho mendekati Rahma yang asik mencuci piring itu.
"Gue aja yang lanjutin nyuci piringnya. Lo duduk aja di sana," ucap Ridho menujuk sebuah kursi yang ada di dapur itu.
"Biar aku aja," ucap Rahma tanpa menoleh.
"Rahma berikan piring itu. Gue yang akan mencucinya lo duduk aja," ucap Ridho lagi.
Rahma pun menghela nafasnya lalu memberikan piring itu pada Ridho.
Ridho mencuci semua piring itu dengan asal. Rahma tertawa melihat itu dan mengambil alih piring itu lagi di tangan Ridho.
"Bukan begitu caranya," ucap Rahma lalu mengajari Ridho bagaimana cara mencuci piring dengan benar.
Tapi bukannya memperhatikan hal itu, ia malah menatap wajah gadis itu yang lumayan dekat dengannya.
"Apakah kamu sudah mengerti caranya?" tanya Rahma.
Bukannya menjawab tapi Ridho hanya terdiam menatap gadis itu.
"Ridho."
Seruan Rahma membuyarkan lamunannya.
"Eh apa tadi," katanya.
"Boleh di ulangi lagi caranya," pinta Ridho.
Rahma mengambil piring yang masih kotor dan memperagakan cara membersihan piring itu pada Ridho.
"Oh begitu." Ridho akhirnya mengerti dan mencoba mencuci piring yang masih kotor dengan cara yang diajarkan Rahma.
Dengan semangat Ridho mencuci semua piring yang tersisa. Dan tak ia rasa ia pun berhasil membersihan semuanya.
Rahma tersenyum melihat itu, tak menyangka seorang pemuda yang kelihatan sombong mau mencuci piring seperti itu.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga," ucap Ridho seperti berhasil menyelesaikan sebuah misi.
"Bagaimana menurut lo. Apakah udah cocok jadi suami idaman lo," goda Ridho pada gadis di sebelahnya itu.
Gadis itu tidak menanggapinya, ia langsung pergi saja dari sana. Sebenarnya ada rasa senang di hatinya mendengar ucapan Ridho, tetapi ia takut suatu hari akan kecewa. Ia belum sepenuhnya percaya ucapan pemuda itu.
"Apakah gue salah bicara. Kenapa dia pergi?" gumam Ridho dalam hatinya.
Pemuda itu menyusul Rahma ke ruang tamu. Di sana Rahma telah duduk di sofa bersama bu Minah dan anak-anak panti.
Bu Minah terlihat sedang bercerita kepada Rahma. Dan beberapa saat setelah itu terdengar suara azan menandakan waktu sholat magrib telah datang.
"Sudah magrib anak-anak ayo kita sholat," ajak bu Minah.
Anak-anak panti mengikuti bu Minah ke mushola panti dan Rahma juga ikut serta. Begitu juga Ridho, ia juga menyusul ke mushola.
"Ridho kamu jadi imamnya ya," ujar bu Minah pada pemuda bernama Ridho itu.
"Jangan Bang Ridho Bu. Biar aku saja yang imamnya," seru Haris yang tampak maju ke depan.
"Eh apa-apaan sih kamu. Ridho laki-laki yang lebih dewasa di sini jadi biarlah dia yang menjadi imamnya," ujar bu Minah yang membuat langkah bocah bernama Haris itu terhenti lalu menoleh ke belakang.
"Ibu Bang Ridho itu nggak bisa jadi imam Bu. Sholat aja aku nggak yakin dia bisa," tukas Haris meremehkan.
"Dari mana kamu tau Ridho nggak bisa sholat?" tanya bu Minah dengan nada agak tinggi kepada bocah itu.
"Dia waktu pernah bilang kalo dia nggak pernah sholat sejak umur 8 tahun. Aku pernah mengajaknya sholat waktu itu tapi dia nggak mau," jelas Haris menatap ke arah Ridho.
"Benar begitu Ridho?" tanya bu Minah melontarkan pertanyaan itu kepada Ridho.
"Benar, Bu. Ridho nggak pernah sholat semenjak ibu meninggal. Tapi beberapa bulan yang lalu Ridho udah sholat lagi kok," ucapnya.
"Berarti kamu bisa jadi imam kan?" tanya bu Minah lagi.
Ridho mengangguk, "Insya allah bisa Bu," ucapnya yakin.
"Ya sudah ayo kamu ke depan," tukas bu Minah lalu Ridho berdiri di depan menjadi imam sholat itu.
Terdengar suara Ridho begitu merdu saat membacakan al-fatiah dan surat lainnya.
Setelah selesai sholat nampak bu Minah tersenyum menatap Ridho, lalu menoleh ke arah Haris.
"Tuh kan Ridho itu tidak seperti yang kamu bilang. Bahkan suaranya sangat bagus begitu saat menjadi imam," ujar bu Minah.
"Maaf Bu," ucap bocah itu lirih.
"Kenapa pada ibu minta maaf. Minta maaf sama Ridho sana," sahut bu Minah yang heran melihat bocah itu.
"Maaf Bang," lanjut bocah itu.
Ridho menganggukan kepalanya dan tersenyum.
"Ya allah hamba tidak menyangka dia jauh berubah sekarang. Mudah-mudahan saja dia jadi lebih baik lagi," ucap hati Rahma.
* * *
Jangan lupa like, komen, vote, and rate juga ya ...
Terimakasih telah membaca😇