Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran yang mengejutkan
Kirana menekuk wajahnya ketika mendengar Gavin akan pergi dinas ke Surabaya untuk melakukan workshop dan juga survei kesehatan di salah satu daerah disana.
Saat ini Kirana sedang menjalankan kewajibannya sebagai istri, ia membantu Gavin menyiapkan pakaian untuk satu Minggu dan juga perlengkapan lainnya yang pria itu butuhkan.
"Kenapa lama sekali sampai satu minggu?" tanya Kirana seraya memasukkan pakaian ke dalam koper.
Gavin diam tak menjawab, pria itu sibuk dengan ponselnya.
"Gavin!" panggil Kirana kesal.
"Jangan kekanakan." Sahut Gavin berhasil menciptakan kerutan-kerutan di wajah istrinya.
Kirana hanya bisa berdecak, ia menyimpan koper berisi pakaiannya di sudut kamar lalu menghampiri Gavin yang tampak sudah selesai dengan ponselnya.
"Kau sudah berjanji akan berusaha melupakan masa lalu mu kan?" tanya Kirana menatap Gavin.
Gavin membalas tatapan Kirana dengan raut wajah bingung. "Mengapa kau terus bertanya, aku kan sudah menjawabnya." Jawab Gavin.
"Tapi kau akan pergi ke daerah dimana banyak kenangan kalian, benar bukan?" tebak Kirana membuat Gavin menatapnya penuh tanya.
"Apa Fahri yang mengatakannya padamu?" tanya Gavin dijawab senyuman oleh Kirana.
Ya, Kirana memang tahu dari Fahri semalam ketika pria itu menceritakan tanpa ia minta. Mungkin ia malas dengan kakak iparnya, tetapi cerita yang menyangkut suaminya harus ia ketahui kan, masa lalu sekalipun.
"Aku tau kau sulit melupakannya, dan dengan datang kesana itu akan membuatmu semakin sulit melupakannya. Kau boleh mengingatnya Gavin, tapi ingat sebagai sahabat yang saling bahagia, bukan seorang pria yang merasa bersalah karena kesalahan yang tidak di lakukannya." Jelas Kirana dengan bijak.
Gavin hanya diam, ia sedang mencerna kata-kata istrinya, mengapa Kirana begitu hafal keadaanya bahkan ia tahu bahwa dengan datang kesana itu membuatnya semakin merasa bersalah akan kematian Helena.
"Aku ke bawah sebentar untuk mengambilkan vitamin mu." Ucap Kirana berniat untuk pergi tetapi Gavin justru mencegah tangannya.
"Kau tau betapa sulitnya melupakan orang yang kita cintai dan dia sudah pergi untuk selamanya?" tanya Gavin dijawab gelengan pelan oleh Kirana.
Kirana mengusap kepala Gavin. "Aku memang tidak tahu, dan aku berdoa semoga pria yang aku cintai kelak tidak pergi meninggalkan ku ataupun aku meninggalkannya." Lirih Kirana, ia teringat akan waktu yang semakin cepat berjalan tetapi Gavin masih tetap pada sikapnya.
"Siapa pria yang kau cintai?" tanya Gavin ragu-ragu.
Kirana tersenyum tipis, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Gavin membuat si pemilik tiba-tiba merasa malu sekaligus terkejut.
"Kenapa wajahmu memerah, apa kau malu?" tanya Kirana seketika membuat Gavin langsung bangun dari duduknya.
Kirana tertawa, ia berniat untuk pergi tetapi ia hentikan langkahnya lalu menatap Gavin.
"Kau akan segera tahu siapa pria yang aku cintai." Ucap Kirana lalu keluar dari kamar.
***
Kirana menatap kepergian Gavin dengan sendu, ketika pria itu kembali nanti maka waktu yang ia miliki semakin sedikit. Apakah ia gagal dalam menggapai cinta suaminya yang sedikit demi sedikit telah mengisi ruang kosong di hatinya saat ini.
"Semoga ketika kau kembali, sedikit perasaan padaku hadir Gavin." Lirih Kirana menundukkan kepalanya guna menyeka air matanya.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Kirana, ia lantas menoleh dan melihat ibu mertuanya sedang tersenyum hangat kepadanya.
"Mama, ada apa Ma?" tanya Kirana berusaha tersenyum.
"Bagaimana dengan Gavin, ini sudah hampir dua bulan kan?" tanya Mama Ayu dengan lembut.
Raut wajah Kirana berubah teduh, ia menelan saliva nya dengan susah ketika mendengar pertanyaan Mama Ayu.
Kirana menghela nafas, memejamkan matanya lalu menggeleng.
"Belum, Ma. Mungkin aku akan gagal," jawab Kirana pelan.
"Masih ada waktu 21 hari Kirana." Titah Mama Ayu mengingatkan.
"Aku tidak yakin," lirih Kirana dengan kepala menunduk.
"Kamu harus yakin, kamu berhak untuk cinta Gavin." Balas Mama Ayu dengan lembut.
Kirana akhirnya mengangguk, ia menyeka air mata yang menggenang di ekor matanya lalu pamit pergi ke kamarnya untuk sekedar mengistirahatkan hati dan pikirannya.
Tinggal lah Mama Ayu, wanita cantik itu kini menatap langit dengan teduh, apakah ia salah telah memberikan tantangan kepada menantunya? tetapi ia melakukan ini pun demi kebaikan putranya dan agar Gavin bisa cepat melupakan masa lalunya.
"Mama." Mama Ayu menoleh ke asal suara.
"Fahri, sejak kapan kau disana?" tanya Mama Ayu menghampiri putranya yang sudah rapi.
"Sejak Mama mengatakan 3 Minggu kepada Kirana." Jawab Fahri membuat Mama Ayu terdiam.
"Sebenarnya ada apa, Ma?" tanya Fahri penasaran.
"Bukan apa-apa." Jawab Mama Ayu lalu merapikan dasi Fahri.
"Apa Mama memaksa Kirana untuk berusaha menggapai cinta Gavin?" tebak Fahri dengan tatapan menyidik.
"Itu demi kebaikan adikmu." Timpal Mama Ayu.
"Mama tidak bisa seperti ini, Ma." Cecar Fahri menatap sang Mama dengan kecewa.
"Kenapa Mama begitu sayang pada Gavin meskipun dia bukan anak kandung Mama!" sarkas Fahri dengan nada tinggi.
Prakkkkk
Suara itu membuat ibu dan anak menoleh ke asal suara, mereka terkejut melihat Kirana yang baru saja turun dari tangga dan menjatuhkan ponselnya.
"A-apa?"
Kirana begitu terkejut mendengar ucapan Fahri, niatnya ia ingin minum tetapi justru malah mendengar sebuah kebenaran yang amat mengejutkan.
NAH LOHHH.......
BERSAMBUNG.....................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻