Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Pernah Cukup
Suamiku Pria Tajir #28
Oleh Sept
Rate 18+
Teman-teman, bukan bacaan anak sekolah ya. Yang merasa di bawah umur, mohon mundur ya. Mohon untuk diskip. Terima kasih banyak.
"Astaga!" pekik Nur. Seketika ia menutup matanya dengan jari-jarinya yang lentik. Nur terhenyak, kaget tak terkira. Bulu-bulunya berdiri, meremang dan merasa geli sendiri. Sungguh pemandangan yang meresahkan.
"Kamu takut, Nur?" suara Arya serak, suasana seperti ini sebenarnya sangat membuat canggung bagi keduannya. Tapi, karena sudah siap, Arya tidak bisa mundur lagi.
Nur tak berkutik, ia malu dan tak berani menatap. Apalagi pelan-pelan suaminya mulai menyetuh wajah Nur, membelai pipi yang terasa halus tersebut. Dan bagi Nur saat ini, ia seperti tersengat belut listrik. Tangan Arya yang menyetuh kulitnya, menembus sampai membuat jantungnya jedak-jeduk.
Tidak sampai di situ, Arya bahkan sudah dalam posisi yang mapan. Sudah siap sedia, Nur sudah berada dalam kuasanya. Wanita itu kini berada dalam kungkungan Arya. Hanya bertumpu pada kedua sikunya, Arya menatap Nur dengan tatapan yang mendalam. Seolah menyelami sorot mata yang hitam mengkilap tersebut.
Cup
Nur langsung membuka mata tak kala Arya telah mencium perutnya. Geli, tapi suka. Apa pria itu begitu menyukai calon bayi mereka?
"Terima kasih, Nur." Arya mengusap perut Nur yang masih rata itu.
Nur hanya bisa menelan ludah berkali-kali, menunggu kapan Arya akan beraksi. Dasar Nur yang kurang sabaran, hamil membuat ia jadi agresif. Tanpa malu, ia langsung melepaskan pakaiannya sendiri. Menunggu Arya, lama sekali. Nur tidak tahan.
"Kenapa dia jadi seperti ini?" batin Arya sambil menelan ludah. Benar-benar di luar dugaan. Mana pernah ia mengira gadis polos itu sungguh mulai berani. Ya, Nur kini malah menggoda dirinya. Dengan sengaja ia mengigit bibir di depannya. Nur mengundang bahaya dan huru-hara.
Masih diliputi rasa heran, Arya lantas mulai berinisiatif. Dengan membulatkan tekad, ia pun mulai memimpin, ke mana kapal akan berlayar. Ranjang di dalam kamar itu, kini menjadi saksi bisu. Di mana Arya membuat Nur menjerit tanpa suara. Di mana mereka bermandikan keringat tengah malam.
Malam yang hangat, penuh gelora sudah mereka lewati bersama. Tentunya dengan gaya kalem dan lembut, karena Nur sedang hamil muda.
***
"Bagaimana perutmu? Apa sakit?"
Nur menggeleng, ia sekarang sedang rebahan di dada bidang suaminya itu. Tempat paling nyaman untuk saat ini.
"Kamu pasti capek, tidurlah!" Arya mengusap kepala Nur yang ada di atas dadanya. Membelainya dengan lembut seperti anak kecil.
"Mas Arya juga pasti capek, besok kerja kan? Harus bangun pagi-pagi juga."
Arya tersenyum tipis. Kemudian meraih tangan Nur, mengengam dan meremasnya lembut.
"Nur ..."
"Ya, Mas."
"Terima kasih."
"Kenapa terima kasih terus dari tadi?"
"Nanti kamu akan mengerti, suatu hari nanti."
Arya mengecup puncak kepala istrinya itu. Untuk saat ini ia tidak mau merusak moment romantis mereka. Suatu hari, Nur wajib tahu. Tapi tidak sekarang. Tentang masa lalu yang memalukan itu.
Hoamm ....
"Hemm ... Nur ngantuk Mas, Nur tidur ya?" Nur menguap, tangannya memeluk lengan Arya yang ada di atas tubuhnya.
"Tidurlah," seru Arya dengan sebelah tangan yang mengusap pipi Nur yang lembut seperti bayi tersebut.
***
Terdengar kicauan burung dari pohon yang besar dekat balkon. Matahari sudah mulai terbit, tapi sepasang pasangan baru itu masih terlelap. Lelah bergadang, membuat mereka berdua tidur nyenyak sampai pagi menjelang.
Flashbacks
Pukul dua dini hari, Arya terbangun. Ia merasa kedinginan karena tidak memakai apapun. Suhu dalam kamar terlalu rendah, karena AC selalu menyala. Dan selimut yang ada di kamar itu, ia pakai untuk menyelimuti tubuh istrinya.
Ingin mencari yang hangat, Arya pun masuk saja ke dalam selimut yang sama. Satu selimut dengan Nur tanpa menggunakan apapun, malah tidak bisa mengantarnya langsung tidur. Matanya malah terjaga, rasa kantuk menguap bersama embun. Seperti habis minum kopi murni satu gelas, mata Arya malah berubah tajam.
Ditatapnya Nur lekat-lekat, kemudian tangannya tergerak membelai dahi Nur. Menyingkap poni yang menutupi dahi istrinya itu. Tanpa sengaja, gerakan itu malah membuat Nur terbangun.
"Belum tidur, Mas?" Nur mengerjap menatap suaminya yang sedari tadi memperhatikan wajahnya.
"Kebangun ... dan nggak bisa tidur lagi."
"Kenapa?" tanya Nur dengan lirih. Hanya mulutnya yang terbuka, seolah seperti bahasa isyarat.
"Nggak apa-apa, cuma kebangun saja."
"Oh ... Ayo tidur lagi," ajak Nur tanpa curiga.
"Hemm ... tidurlah."
Arya meraih tubuhnya, membuat Nur kaget. Namun, ia menyukainya. Sepertinya Arya tidak canggung lagi terhadap dirinya. Tapi, tunggu ... Apa itu? Nur merasakan sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang menganjal di sana. Apa itu? Bersambung. Wkwkwk
Oh ... hanya cacing pita Nur. Panik gak? Nggak ... Seperti pengantin baru, satu Kali? Mana cukup.
Jangan lupa, ya.
Baca juga novel lainnya.
Rahim Bayaran - TAMAT
Istri Gelap Presdir - TAMAT
Dea I Love You - TAMAT
Kesetiaan cinta - TAMAT
Menikahi Majikan - TAMAT
Wanita Pilihan CEO - Ongoing
Terima kasih atas dukungannya semuanya.
Instagram Sept_September2020
Fb : Sept September