Ini kisah seorang seorang gadis kaya raya mencari cinta sejati menyamar jadi karyawan sederhana. Sania kembali ke tanah air demi mencari kebenaran kematian ibunya. Selama di tanah air Sania jatuh cinta pada pengusaha kaya namun sayang ditinggal nikah. Demi melanjutkan rencana balas dendam pada keluarga penyebab kematian sang ibu juga pada mantan pacar Sania rela menikah dengan laki beristeri yang penyakitan. Mampukah Sania mencari fakta Kematian ibunya sekaligus tuntaskan dendam pada mantan pacar? Semua jawaban ada di kisah ini. Silahkan simak kisah Sania mencari cinta dan tuntaskan dendam!
Ini karya perdanaku. Mohon dukungan para pembaca. Tinggalkan jejak agar penulis makin semangat update. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei Sandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Fakta
Malamnya Rangga datang setelah sholat Isya. Sania sengaja menunggu Rangga di teras depan bersama Lisa. Di meja susah terhidang teh serta cemilan martabak Mesir jajanan kaki lima.
Rangga terlihat tampan dengan pakaian baru pemberian Sania. Kini cowok itu tampak segar tanpa kerutan di dahi. Betul betul fresh tak ubah seperti laki muda lain apelin pacar.
"Selamat malam...nona nona cantik!" sapa Rangga.
Sania bangkit dari tempat duduk menyambut kehadiran Rangga. Lisa perlihatkan wajah malu malu kucing oleh kedatangan Rangga. Dalam hati Lisa bahagia walau Rangga datang bukan untuknya. Paling tidak Lisa bisa ngobrol di malam Minggu dengan idola hati.
"Bukan selamat malam mas tapi assalamualaikum!" Sania protes cara Rangga ucapkan salam. Sebagai seorang umat muslim wajib ucapkan kalimat assalamualaikum kalau masuk rumah orang. Ini adalah kewajiban tak boleh diabaikan.
"Oh maaf! Assalamualaikum." Rangga mengulang salamnya.
"Gitu dong! Waalaikumsalam!Ayo duduk mas! Sudah makan?" tanya Sania sambil menarik tangan Rangga duduk di samping Lisa.
Lisa bersorak dalam hati memuji kepintaran Sania. Tidak sia sia Sania dijuluki gadis berotak brillian. Memang sangat brillian bagi Lisa. Tahu saja kebutuhan Lisa malam ini.
"Belum... tadi pikir di ajak makan." sahut Rangga agak malu.
Sania tertawa geli bayangkan Rangga mengharap makan enak di rumah Pak Bur. Nyatanya mereka semua sudah makan duluan.
"Kita keluar cari makan?" usul Sania.
"Nanti saja. Mas juga belum lapar amat!"
"Kalau gitu makan martabak dulu. Ganjal perut." Sania menyodorkan piring berisi martabak ke depan Rangga.
Rangga mencomot tanpa malu malu lagi. Ntah karena lapar atau tak enak penolak niat baik sang adik. Potongan martabak pindah ke mulut Rangga satu persatu.
Sania dan Lisa ikut berselera melihat Rangga mengunyah martabak seperti lezat banget. Kedua gadis ini ikut makan dibarengi minum teh.
"Martabaknya enak. Belinya di mana? Siapa tahu aku pingin makan kelak " Rangga basa basi tak enak hati karena hampir seluruh martabak pindah ke perutnya. Sania dan Lisa hanya dapat beberapa potong.
"Di simpang dekat lampu merah mas. Kalau mas suka besok Lisa antar ke bengkel."
"Tak usah repot. Biar aku beli sendiri."
"Tak repot mas. Mas mau kopi?" tawar Lisa coba cari perhatian Rangga.
"Jangan! Sudah malam. Ntar tak bisa tidur." tolak Rangga halus.
"Oh...kalian ngobrol bentar ya! Aku bikin jus jeruk. Udara panas sekali mungkin bisa sejuk oleh jus." Lisa langsung bangkit tanpa dicegah.
Sania biarkan Lisa masuk ke dalam rumah. Sania memang ingin ngobrol berdua dengan Rangga masalah keluarga mereka. Namun Sania juga tak enak hati usir Lisa dari arena ngobrol. Takut Lisa tersinggung pikir yang bukan bukan.
Sania melihat Lisa sudah menghilang di balik pintu baru lega. Saatnya ajukan beberapa pertanyaan pada Rangga.
"Mas...ceritakan tentang keluargamu! Aku mau tahu apa mas ini abangku atau bukan?"
"Apa yang mau kamu ketahui?"
"Semuanya.. mulai dari awal."
"Baiklah! Aku adalah anak sulung Papa Suhada dari isteri pertama. Mamaku meninggal karena serangan jantung. Lalu papa menikahi sekretarisnya Amanda. Papa dan Amanda sudah berhubungan sebelum mamaku meninggal. Mereka berselingkuh. Lalu lahirlah Ranti!"
"Ranti?" Sania teringat pada isteri Bobby yang songong. Jangan bilang orang sama.
"Iya...Ranti bintang top itu!"
Sania mendekap mulut agar jangan menjerit kaget. Ternyata orang yang hancurkan rencana nikahnya adalah kakak dia sendiri. Sungguh dunia daun kelor. Dari situ putar ke situ lagi.
"Ya Allah..." desah Sania.
"Papa berulah lagi nikahi seorang pengusaha wanita bernama Rene. Rene berasal dari Belanda yang buka perusahaan di sini. Lahirlah kamu dek! Papa dan Amanda berusaha kuasai perusahaan Bunda Rene. Tiap hari mereka rongrong bunda Rene agar balik nama perusahaan atas nama papa. Bunda menolak karena itu masih perusahaan keluarganya asal Belanda. Suatu hari bunda kena tabrak supir mabuk. Biasa aku dan bunda antar kamu ke sekolah. Ntah kenapa hari itu papa memintaku antar Ranti. Aku tak ada di tempat waktu kejadian."
"Lalu supir yang tabrak bunda mu?"
"Dipenjara tapi cuma dua tahun. Dia bebas. Aku merasa ada yang janggal kecelakaan bunda Rene tapi waktu itu aku juga tak bisa berbuat apapun. Akhirnya papa dan bunda Amanda kuasai perusahaan Bunda Rene sampai sekarang."
"Kenapa mas tinggalkan rumah?"
"Rumah sudah seperti neraka. Papa kawin lagi dengan pemilik butik ternama. Wanita itu juga mati waktu melahirkan. Aku tak tahan lagi. Aku mencarimu ke sana kemari tapi tak ketemu. Tak ada yang tahu ke mana kamu?"
"Lalu anak bini muda papamu di mana? Meninggal juga.?"
"Tidak...anak itu di panti asuhan."
Hati Sania seperti dicabik-cabik dengar segala kebusukan keluarga papanya. Pantas saja Ranti tak tahu malu karena memang berasal dari bibit sampah. Untunglah Rangga dan dia tak ikut akal papa mereka yang jahat.
"Butik bini mudanya dikuasai papamu?"
Rangga mengangguk, "Aku tak tahan lagi. Aku tinggalkan semuanya. Aku memilih tak akui keluarga itu. Bunda Amanda terlalu licik dan jahat. Aku takut aku pun bisa mati di tangannya."
"Iya terlalu jahat! Apa kau tak curiga mamamu juga korban rencana jahat papamu dan Amanda?"
"Mama memang sakitan sejak tahu papa selingkuhi sekretarisnya. Tapi apa daya? Beliau hanya ibu rumah tangga biasa."
"Oya...supir mabuk itu masih hidup?"
"Kayaknya masih. Sebelum kerja sini aku pernah jumpa dia kerja di perusahaan papa. Tapi sekarang kurang jelas."
"Ingat namanya?"
"Kalau tak salah Darman."
Sania mangut mangut mulai paham dikit. Ternyata mereka semua korban keserakahan manusia manusia bejat. Sania takkan ragu lagi hancurkan keluarga yang telah banyak petaka. Ranti juga harus rasakan gimana pahitnya hidup sengsara. Bintang itu terlalu angkuh dengan segala harta dan nama besarnya. Sania takkan berbelas kasih lagi pada keluarga papanya.
"Mas...yang salah tetap harus dapat ganjaran. Mas setuju ngak?" tanya Sania mengharap Rangga bisa adil usut segala kecurangan yang dilakukan keluarganya Sudah banyak korban maka saatnya harus dihentikan.
"Mas tak tahu. Gimanapun mereka keluarga kita." Rangga menyisir rambut sama tangan tanda resah.
"Kita tak perlu ambil nyawa mereka cukup mereka rasakan gimana rasa hidup sengsara."
"Kau mau akui kamu adikku yang hilang?"
Sania buang muka tak bisa menjawab Rangga saat ini. Belum saatnya Sania menampilkan diri. Sania masih perlu bukti semua kejahatan keluarga Suhada.
Untunglah Lisa datang bawa tiga gelas jus segar. Malam ini udara cukup panas. Angin pun malas berhembus sejukkan otak Sania yang sedikit panas. Sania tak habis pikir manusia model apa Amanda dan Suhada. Tega korbankan orang lain demi kesenangan sesaat.
Sania tertolong oleh kehadiran Lisa. Sania tak perlu menjawab pertanyaan Rangga lagi. Sania tak ragukan status Rangga sebagai abang walau lain mama. Mereka tetap satu darah mengalir dari sang papa yang bejat.
"Kok pada tegang? Kalian bertengkar?" Lisa menangkap suasana tak senyaman waktu dia tinggalkan. Wajah Rangga berkerut sedang Sania salah tingkah.
"Emang anak kecil bertengkar? Kami hanya tukar cerita masa kecil. Nyatanya mas Rangga mengenalku dari kecil. Aku yang lupa." Sania berusaha mengelak. Rangga menghela nafas melihat Sania masih tak mau akui siapa dia. Rangga tak mau memaksa karena sadar Sania pasti ada alasan sendiri tak mau tampilkan jati diri pada saat ini.
Rangga janji akan ikuti permainan Sania selama tak membahayakan jiwa adik yang sudah dia cari bertahun tahun. Sekali jumpa dalam suasana tak enak.
"Eh pada melamun..ayo diminum!" ajak Lisa halau rasa kaku.
"Eh iya. Terima kasih Lisa!" sahut Rangga lembut.
Lisa mangut senang ditanggapi baik oleh Rangga. Jalan menuju Roma mulai terbuka dikit. Selama ini jalan ke sana buntu karena kena blokir sikap dingin Rangga.
"Lis lebih baik kau temani mas Rangga cari nasi. Badan segede badak kayak gini mana puas cuma diumpan martabak." ujar Sania kasih kesempatan Lisa jalan sama Rangga. Biarlah mereka saling kenal lebih jauh agar ada bunyi klik.
"Kau tak ikut?"
"Aku agak lelah pingin cepat tidur. Besok aku harus pulang ke apartemen bawa pakaian ganti. Aku tak mau tampak seperti gelandangan di mata keluarga Pak Bara. Kalian pergi saja!"
"Tak usah repot. Mas bisa beli di warung dekat. Ini sudah malam. Mas balik saja." Rangga tahu diri berniat pulang.
Sania merepet dalam hati melihat bodohnya sang abang. Dikasih kesempatan berduaan sama cewek manis malah nolak.
"Tadi Lisa tak makan. Tadi seleranya kurang bagus. Mungkin perlu mas kawani biar keluar seleranya. Sudah pergi sono. Oya mas besok jeput aku ya! Kita ambil pakaianku di rumah."
"Jam berapa?"
"Aku bangun pagi. Asal mas sudah siap kita pergi. Ok? Sekarang kalian pergi saja. Siap makan langsung pulang ya! Jangan ngelayap jauh!"
"Iyalah!" akhirnya Rangga mengalah mau juga pergi cari makan malam bersama Lisa.
Lisa ingin sekali bersorak bahagia namun ditahan biar tak nampak norak di depan pujaan hati. Sania memang the best tahu isi hati sahabat tercinta.
Tanpa perlu waktu lama kedua anak muda itu melangkah pergi keluar pagar rumah. Sania segera masuk kabari Pak Bur kalau Rangga dan Lisa pergi cari makan.
Pak Bur dan isterinya sedang nonton tv di ruang keluarga. Sania sempatkan diri menyapa kedua orang tua itu sebelum masuk kamar.
"Pak..Lisa sudah kawani mas Rangga cari makan di warung dekat." lapor Sania supaya Pak Bur lega tak lihat anak gadisnya. Bapak manapun akan susah bila anak gadis raib tanpa kabar. Tak seperti Sania yang hidup seorang diri. Tak ada yang cari walau hilang berhari. Paling Lisa susah hati bila tak ada kabar Sania.
"Oh..." cuma itu jawaban Pak Bur. Bu Bur tak open sama sekali. Sania bersyukur keluarga Lisa bisa percaya pada Rangga. Sania lega kalau Rangga bisa masuk ke keluarga baik ini.
"Oya pak..ada kawan ingin kerja di bengkel. Ada lowongan?"
"Dia bisa apa?" Pak Bur melepaskan mata dari pandangan Tv tertarik pada permintaan Sania.
"Dia buka bengkel tempel ban kecilan. Kini banyak saingan. Bengkelnya tak jalan maka ingin cari kerja lain."
"Kalau sekarang memang tak banyak kegiatan tapi kalau perluasan jadi maka kita butuh lebih banyak karyawan. Dan kamu rencana buka doorsmeer lagi. Pasti banyak lowongan kerja."
"Bapak terima saja dia dulu. Ajar dia kerja apa adanya. Setelah bengkel bapak menjadi baru atur kerja baru dia."
"Gimana gajinya? Kan tak besar."
"Aku akan tangani hal ini. Bapak didik dia jadi montir handal saja. Oya..kalau tanah samping jadi dibeli buat atas nama Rangga saja."
Pak Bur terkejut mengapa tiba tiba Sania percaya pada montir terbaik bengkelnya. Sania kenal Rangga juga baru beberapa hari mengapa beri kepercayaan sebesar gini. Pak Bur tak tahu apa hubungan Sania dan Rangga tentu saja kaget. Harga tanah bukan seharga beli pisang goreng. Seribu dua ribu namun Sania berani bertaruh untuk Rangga.
"Kau yakin nak?"
"InsyaAllah..." sahut Sania yakin.
Pak Bur mau beri saran tapi tak berani. Sania sudah cukup membantu keluarganya. Kalau Pak Bur larang Sania beli tanah untuk Rangga bisa bisa Sania berpikir mereka tamak ingin buat atas nama mereka.
"Baiklah! Semoga tak bawa beban untukmu."
"Amin.. Sania mau istirahat. Besok keluarga Pak Bara akan datang. Bapak dan ibu akan keberatan bukan?"
"Huusss..omong apa kamu? Kamu dan Lisa tak ada beda. Bapak dan ibu sudah siap terima mereka. Besok pagi ibu akan belanja jamu mereka." Bu Bur langsung keluarkan suara tanggapi kata kata Sania. Wajah teduh Bu Bur bikin hati adem. Sania yakin keluarga Lisa tulus padanya.
"Terima kasih Bu. Sania masuk kamar dulu ya."
"Tidurlah nak! Besok akan jadi bersejarah dalam hidupmu." Bu Bur beri tanda Sania boleh istirahat pakai tangan.
Sania melangkah mantap menuju ke kamar tamu keluarga Lisa. Kamar itu untuk tamu tapi yang pakai hanya Sania. Pakaian Sania lumayan banyak nginap di rumah Pak Bur. Kadang Sania datang nginap tanpa bawa bekal karena semua sudah ada di situ. Kalau ada yang kurang tinggal comot punya Lisa.
Sania senang tinggal sama keluarga Lisa. Tapi Sania tak mungkin terusan merong rong hidup keluarga ini sementara dia sendiri ada rumah walau sewa.
Dalam kamar Sania langsung buka ponsel teleponi seseorang. Wajah Sania tak manis lagi. Kini yang ada hanya wajah seorang wanita bertampang seram bak penjahat mafia kelas kakap.
"Selidiki orang bernama Darman. Pemabuk yang tabrak Bu Rene lima belas tahun lalu. Dia dipenjara dua tahun. Kini keliaran."
"Baik nona..soal Ranti sudah ada gambaran namun belum kami laporkan karena disinyalir Ranti bukan anak Pak Suhada tapi anak selingkuhan Amanda dengan laki lain. Kami sudah dapatkan sample rambut Ranti namun belum dapatkan sample darah Pak Suhada."
"Tak perlu rambut atau darah Pak Suhada. Aku akan kirim rambut saudara Ranti. Kalau Ranti anak Suhada maka darahnya akan sama dengan darah saudaranya. Yang penting soal Darman. Kabari aku secepatnya."
"Siap nona!"
Ponsel mati. Sania menghela nafas. Muncul lagi kabar baru. Ternyata Amanda selingkuh.
karyawn tdk bisa up to day dgn hasil kerja pecattt.
awal porong gaji potong transoirt, potong yang makan 75 % klu melanggar etos kerja. ada urusan apa sama karyawan.!!
pecat satu yg melamar jutaan. yg tudak tahu diri kary..pada belagu demo demo dioecat jf gembellll.
males urus anak, anak bagi laki2 cuma buat kebanggaan bahwa dia bisa bikin perempuan hamil, artinya dia laki2 sejati.
hampir semua laki2 cuma senang bikinnya. jd anak dan hamil paling benci dan sebell klu belum nikah banyak suruh gugurin! males basnget suruh tanggung jawab. klu tdk taskut dosa dan hukum. pasangan zinahnya hamil klu mau suruh gugurin dia senang banget hamil lagi gugurin lsgi terus maunya begitu dan tak perlu nikah dgn perempuan model begini, krn apa! buat apa dinikahi! engga dinikahi bisa ditidurin setiap saat. tujuan nikah apa? mau ngesex tanpa zinah kan.
lah ini si Ranti dgn bangga mau di ajak tidur tanpa dinikahi.
yg bodoh tuh boby,,, perempuan murahan kok di taburin benihnya. laki2 bejad dunia biasa memandangnya. klu peremouan rusak dan murahan sdh jelas GEN LIAR gimana turunannya!!!