Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 - Aska dingin sekali
Zuya diam seribu bahasa. Hingga ketiga sahabatnya heran. Bowen sampai memeriksa suhu badan gadis itu, panas atau tidak. Takutnya Zuya sakit. Karena biasanya kalau gadis itu diam saja, tidak cerewet seperti biasanya berarti dia lagi sakit atau sedih.
"Nggak panas." Bowen berkata sembari menatap Keno dan Igo bergantian. Aska yang duduk di sebelah Bowen ikut menatapi Zuya. ia sering sekali melihat Bowen yang sangat perhatian pada gadis itu sampai-sampai ada masa di mana Aska mengira Bowen menyukai gadis itu.
Namun sekarang, kedua cowok lainnya melakukan hal yang sama kepada gadis tersebut. Perhatian sekali seperti Bowen. Apakah mereka juga menyukai Zuya?
Diam-diam Aska mengamati gadis itu. Ia punya caranya sendiri agar semua orang tidak tahu dia sedang memperhatikan seseorang atau tidak. Menurutnya Zuya memang cantik, jenis kecantikan alami yang bisa membuat banyak cowok jatuh hati. Tapi Aska tidak tertarik. Saat ini dalam hati Aska tidak akan pernah lagi ada yang namanya cewek.
Dulu dia sudah pernah dikhianati. Aska sulit mempercayai perempuan sekarang, selain ibunya. Dia tidak mau lagi berhubungan dengan yang namanya wanita.
"Zuzu, kamu lagi sedih?" giliran Igo yang bertanya. Tapi kayaknya nggak deh. Karena Zuya ceria sekali waktu baru sampai tadi. Ketiga cowok itu saling bertukar pandangan bingung.
"Nggak sakit, nggak sedih juga." Zuya menjawab kemudian.
"Terus, kenapa diam? Biasanya cerewet banget." cerocos Keno. Zuya memberikan tatapan sebal pada cowok itu. Gimana sih, dia kan lagi mode kalem karena ada Aska di sini. Sebagai sahabat sadar kek, dan bantuin dia.
Zuya mengumpat menatap Keno tanpa mengeluarkan suara. Hanya mulutnya yang bergerak-gerak tak jelas. Mencak-mencak sendiri dan terlihat sangat lucu di mata para sahabatnya. Bahkan Aska sampai tidak sadar ia tersenyum juga. Meski hanya sudut bibirnya yang berkedut.
"Ka, kenalin ini sahabat-sahabat gue. Keno sama Igo. Kalo Zuzu pasti lo kenalkan?" Aska mengangguk lalu menampakkan senyuman tipisnya kepada Keno dan Igo, namun datar kembali begitu tatapannya bertemu dengan Zuya. Aska sengaja. Pengalaman dia dulu, banyak cewek yang salah langsung salah mengira waktu dia tersenyum kepada mereka. Mereka pikir dia suka sama mereka. Padahal hanya tersenyum doang, aneh.
Zuya manyun. Aska dingin sekali. Padahal mereka sering sekali ketemu di kolam renang. Kalau dia mendatangi Bowen yang lagi latihan. Kan ada Aska juga di sana. Sudah hampir tiga bulan padahal mereka ketemu terus, tapi mendapatkan senyum cowok itu saja susah. Dasar manusia berhati batu. Kesal juga Zuya lama-lama. Untung ganteng banget.
"Lo fokusnya emang renang juga kayak Bowen?" tanya Keno. Aska menganggukkan kepala.
"Terus nanti lo bakal ikut-ikut lomba juga? Gue penasaran gimana hebatnya lo. Gue dengar dari Bowen dia banyak berkembang karena belajar dari lo." Keno bertanya lagi. Dia senang sekali menonton lomba-lomba semacam itu atau pertandingan bola kaki dan olahraga lainnya.
"Dia nggak ada niatan ikut lomba." Bowen angkat suara.
"Kenapa? Padahal jago banget loh renangnya. Bowen ma kalah telak. Dia nggak ada apa-apanya kalau dibanding Aska. Aku saksinya." waktu diam bikin para sahabatnya bingung sekaligus khawatir, tapi ngomong lagi, langsung bikin Bowen dongkol.
Cowok itu menoyor kepala Zuya pelan. Wajahnya gondok, mengundang tawa Keno dan Igo.
"Bisa kan nggak usah bandingin sama aku. Kamu itu sahabat apa bukan sih?" kesal Bowen.
"Kan emang itu kenyataannya. Kamu memang jago renang. Tapi kalau mmph!" kalimat Zuya berhenti karena Bowen sudah membekap mulutnya.
"Nggak usah ngomong lagi. Aku udah tahu kamu mau ngomong apa!" kata Bowen. Zuya memukul-mukul lengan cowok itu, Igo dan Keno tak berhenti-berhenti merasa lucu, sedang Aska sendiri merasa penasaran apa yang membuat ketiga cowok itu bahagia berteman dengan sosok gadis mungil yang mereka panggil Zuzu itu.
Setelah Bowen melepaskan Zuya, gadis itu mengambil napas banyak-banyak lalu mengerling kesal ke Bowen.
"Kalo aku tiba-tiba berhenti bernapas dan mendadak meninggal tadi. Aku bakalan jadi hantu air yang bakal hantuin kamu terus. Minta tanggung jawab kamu buat kembaliin nyawa aku. Aku masih mau nikah, punya anak, bahagiain keluarga aku dan punya cita-cita lain Bowen!" akhirnya keluar juga aslinya.
Zuya tidak peduli lagi mau ada Aska atau tidak, pokoknya dia sebal banget sama Bowen. Mana tuh cowok cuma ketawa-ketawa lagi.
"Ken-ken, Go-goo ... Liat tuh Bow-bow hampir bikin aku mati tapi ketawain aku terusss. Berikan aku keadilan doong." lapornya pada kedua sahabatnya yang lain dengan mulut manyun. Sifat manjanya keluar. Aska yang melihat pun tertegun.
"Cup cup, udah ya Zuzu sayang. Kamu kayak nggak tahu aja Bow-bow orangnya gimana." Keno mendekati Zuya, mengelus-elus kepala gadis itu dan membujuknya. Di mata ketiga cowok itu, Zuya seperti anak kecil kalau lagi ngambek, butuh disayang-sayang seperti ini.
Orang-orang yang tidak tahu hubungan mereka sedekat apa pasti akan mengira Zuya memacari tiga orang cowok sekaligus. Belum ditambah Anson abangnya. Zuya adalah sosok yang akan cenderung bersifat manja sekali sama orang-orang yang sudah dekat banget sama dia. Dan hanya orang-orang yang kenal baik dia yang tahu.
Di ujung sana, duduk sekelompok cewek yang sejak tadi memperhatikan mereka. Cewek-cewek itu terang-terangan tidak suka Zuya dekat-dekat sama para cowok incaran mereka.
"Dih, tuh cewek siapa sih? Bikin diri banget. Kayak dia yang paling cakep di sini." kata seorang perempuan bernama Rika. Ia suka Keno. Makanya cemburu berat saat lihat Keno perhatian banget sama cewek itu. Padahal di kelas mereka, Keno terkenal sangat cuek. Katanya tidak ada waktu berteman apalagi menjalin hubungan pacaran.
"Bener. Udah beberapa kali aku perhatikan dia selalu dekat sama ketiga cowok itu. Malah sekarang nambah Aska lagi. Mata aku sakit lihat dia nempel sama mereka terus." timpal Nikol cewek berkulit gelap dengan rambut sebahu.
"Eh Nin, bukannya lo suka Aska? Cepet ajak kenalan sana. Jarang-jarang liat dia berkeliaran dikampus. Cepetan, ini waktu buat lo deketin dia." Rika melihat cewek yang duduk tenang di depannya. Namanya Nindy. Agak pemalu orangnya dan kutu buku. Tapi dia berteman dengan Rika dan Nikol.
"Tapi aku malu ..." ucap Nindy.
"Ya elah, cuma kenalan doang. Daripada dia nggak pernah kenal sama lo. Cepetan, sebelum si Aska keburu pergi." giliran Nikol yang angkat suara. Mereka membuat Nindy berdiri dari kursi.
"Cepat pergi." Rika mendorongnya.
Nindy pun mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mendekati meja tempat Aska duduk. Ketika sampai di sana, pandangan semua orang di meja itu langsung fokus padanya. Nindy malu sekali, tapi ia berusaha memberanikan diri dan fokus menatap Aska.
"Ha ... Hai Aska, boleh kenalan nggak?"