"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. A plan
Berita besar tentang pernikahan yang dilayangkan Gavin, membuat Cellyn sangat-sangat muak. Ia tak mampu untuk tetap berada di acara. Ia berlalu, pergi meninggalkan gedung mewah itu. Hatinya sakit, Cellyn tak dianggap sama sekali oleh Gavin. Tak pernah Cellyn duga, akhirnya akan seperti ini.
Cellyn tahu, selama ini Gavin tak pernah menganggapnya. Namun, perjodohan tetaplah perjodohan. Cellyn kira, walau Gavin dingin dan tak peduli padanya, Gavin akan tetap bersama Cellyn dan menikah dengannya. Hal ini sangat mengejutkan, hingga membuat dada Cellyn sangat sesak.
Kepergian Cellyn, terlihat oleh Eric. Tanpa basa-basi, Eric meminta izin pada Ayahnya untuk meninggalkan acara. Ia tahu, perasaan Cellyn. Sebenarnya, Eric pun sama terkejutnya. Gavin berani mengumumkan semuanya di atas panggung megah itu. Eric kira, Gavin tak akan mengakui Daniel anaknya.
Semua sungguh di luar dugaan mereka. Tak ada yang mengira jika Gavin akan jujur seperti itu. Eric kira, Gavin hanya akan mengenalkan Daniel sebagai pelukis Louvre gallery. Ternyata, nama anak pun disebutnya. Pupus sudah rencana Eric untuk menggugat Gavin yabg telah merebut Daniel, karena darah lebih kental, dan wajar saja jika Gavin melanggar kontrak, karena Gavin memiliki hak untuk menolak, sebagai orang tua kandung Daniel.
"Gavin benar-benar pintar. Aku tak pernah menyangka jika dia akan jujur seperti ini. Dengan kejujuran ini, dia tak akan mendapat masalah besar. Karena orang lebih simpati pada karya Daniel dan kemiripan mereka. Jika saja Ellea tahu, hancurnya keluarga Patrice karena ada campur tangan Louvre grup, masihkah Ellea mau bersama si singa jantan itu? Haruskah aku mengatakan semua ini pada Ellea?" Eric berbicara sendiri.
Ia lantas mengemudikan mobilnya untuk mencari tahu keberadaan Cellyn. Eric harus menyusun strategi dengan Cellyn, untuk memisahkan Gavin dan Ellea. Eric tak pernah rusuh, ia selalu bermain cantik dan tenang. Yang terpenting, sekarang Eric sudah memegang semua kuncinya. Saat menyusuri jalan kosong, dilihatnya Cellyn yang tengah duduk sendirian di sebuah bangku taman.
Dengan sigap, Eric meminggirkan mobilnya untuk segera menemui Cellyn. Hanya Cellyn, kuncinya agar Gavin bisa lepas dari Ellea. Eric mulai sadar, jika dulu Ellea pergi meninggalkannya, karena sebuah keterpaksaan. Sialnya, Ellea tak mengatakan pada Eric, perihal masalah keluarganya.
Jika saja dulu Ellea mengatakan tentang Ayahnya yang bangkrut, mungkin saja Eric akan meminta bantuan Papinya untuk mengurus semua. Nyatanya, Ellea malah berkeliaran menjadi wanita malam dan mungkin saat itulah Gavin dan Ellea bertemu. Eric sangat menyesalkan hal ini terjadi, namun apalah dayanya. Semua telah berlalu, dan kini Eric hanya bisa menghadapi apa yang telah ada dihadapannya.
Saat lamunannya tersadar, Eric segera keluar dari mobil, dan menghampiri Cellyn yang tengah menangis tersedu-sedu. Saat ini, yang harus Eric yakinkan adalah, Cellyn. Agar Cellyn tak menyerah, karena jalannya masih panjang untuk memisahkan Gavin dan Ellea.
"Cel, Cellyn! Apa yang kau lakukan? Jangan menangis di sini. Masuklah ke mobilku. Ayo," ajak Eric.
Cellyn tak mendengarkan ucapan Eric. Ia benar-benar terluka dan hanya Gavin yang ia pikirkan.
"Cel, masuklah. Menangis lah sekencang-kencangnya di mobilku. Jika kau menangis di sini, kau membuat dirimu malu." Eric mengulurkan tangannya pada Cellyn.
Cellyn menatap Eric. Ucapan Eric ada benarnya. Ia pun mengusap air matanya, dan menerima uluran tangan Eric. Eric membukakan pintu mobil untuk Cellyn. Semua harus dilakukan dengan penuh strategi dan cara terbaik. Eric tak boleh gegabah, karena Gavin bukan orang sembarangan yang mudah dikelabui.
"Kau tak boleh lemah. Kau tetap bisa mendapatkan Gavin, Cell." Eric mengusap pundak Cellyn.
"Sudah tak ada lagi cara, Eric! Gavin akan menikahi Ibu anak itu! Dasar Gavin brengsek!" Cellyn menangis lagi.
"Kau harus tahu, Cellyn. Ibu dari anak itu, adalah mantan kekasihku. Aku pun sama, aku tak rela, jika Gavin menikahi mantanku. Karena aku masih sangat mencintainya. Kita memiliki kesedihan yang sama. Kau tak harus terus-menerus terluka. Kita bisa mencari cara yang lain, agar Gavin dan Ellea berpisah," tegas Eric menguatkan Cellyn.
"Benarkah dia mantanmu? Lalu, apa rencanamu? Apa yang akan kau lakukan, agar Gavin berpisah dengan mantanmu! Dan Gavin menjadi milikku!"
"Tenanglah, semua butuh proses. Aku sudah mengantongi banyak bukti tentang mereka. Kau hanya tetap dekati saja kedua orang tua Gavin. Raih hati mereka, bukankah kau dan mereka sudah dekat? Nanti akan aku bisikan semua rencanaku padamu. Intinya, agar Gavin menjadi milikmu, bukan?" ujar Eric.
"Apa aku bisa memercayaimu?"
Eric mengangguk, "Kau bisa percaya pada kata-kataku, asal kau menurut. Sudah, jangan bersedih. Pengumuman pernikahan itu, hanya sebagai perlindungan Gavin saja. Sebenarnya, ia juga takut namanya hancur jika aib itu tersebar. Karena itulah, ia mengantisipasi semuanya, agar tak terjadi masalah yang lebih besar. Tahukah kau, resiko jika seorang pengusaha memiliki aib?"
Cellyn terdiam. Ucapan Eric ada benarnya juga. Ia mencoba untuk tetap tenang, dan mengikuti alur yang telah Eric siapkan. Cellyn tak rela, jika Gavin jatuh ke tangan wanita lain. Ia sudah mengagumi Gavin daru dulu. Usahanya dan juga kedua orang tuanya, tak mungkin sia-sia begitu saja. Cellyn dan keluarganya sudah mengorbankan harta dan tenaga hanya untuk seorang Gavin.
Aku tak boleh kalah ... aku tak boleh menyerah. Gavin boleh membuat dramanya sendiri, aku pun demikian. Jika Gavin tak bisa jadi milikku, maka tak akan ada yang bisa mendapatkannya. Siapapun itu! Gavin, lihat saja nanti, jika kau bermain-main denganku. Maka aku, akan lebih mempermainkan apa yang kau takutkan. Batin Cellyn menguatkan dirinya sendiri.
...*****...
Dua jam berlalu, acara pameran seni Louvre gallery telah selesai digelar. Jordan Alexander pun meninggalkan gedung mewah itu. Ia meminta pada sekretaris pribadinya, untuk menemui Aaron, sekretaris pribadi Gavin. Jordan telah memberi tahu sekretarisnya, untuk apa yang harus dilakukan Gavin sekarang.
"Sekretaris Aaron, di mana Tuan Gavin?" tanya Gery, sekretaris Jordan.
"Dia sedang ada urusan. Ada perlu apa?"
"Aku akan langsung saja. Ketua meminta aku untuk menyampaikan pesan ini padamu. Ketua ingin bertemu dengan Daniel dan juga Ibunya." Jelas Gery.
"Apa urusan ketua meminta bertemu dengan Daniel? Maaf, tapi aku tak akan memutuskan sekarang. Aku harus meminta persetujuan dari Tuan Gavin dulu. Jika pertemuan itu hanya untuk menyakiti hati Daniel dan Nona Ellea, sebaiknya pertemuan itu tak perlu diadakan!" Aaron sangat tegas.
"Kau tanya saja pada ketua, apa yang akan dia bicarakan. Aku hanya menyampaikan pesan penting ini!" Gery berlalu, karena tak ingin terus berdebat dengan Aaron, karena Gery tahu, siapa Aaron Christ.
Kebetulan, Daniel sudah beristirahat. Mudah sekali mengatur Daniel. Tak perlu bersama Ellea, Daniel bisa terlelap di pelukan Aaron dengan mudahnya. Aaron segera menghubungi Gavin, untuk memberi tahu kabar yang disampaikan Gery.
Ponsel pun tersambung, dan tak lama Gavin pun mengangkatnya.
"Halo, Aaron. Ada apa?" sapa Gavin di ponselnya.
"Tuan, kapan anda pulang? Ada berita penting untuk anda."
"Apa itu? Katakan saja!" Tegas Gavin di ponselnya.
"Ketua ingin bertemu Daniel dan Nona Ellea. Bagaimana menurutmu?"
Gavin terdiam sejenak.
"Tuan, bagaimana? Apa yang harus saya katakan pada Ketua?"
"Biarkan saja. Tak perlu mengatakan apapun. Aku akan menyiapkan semuanya. Esok, aku akan temui dia, bersama anak dan calon istriku! Aku ingin tahu, apa pendapat dan keinginannya!" Ucap Gavin sangat tegas dan nada meninggi.
"Baik, Tuan. Saya akan menyiapkan semuanya."
"Bagus, Aaron."
*Bersambung*
Hai, teman-teman
Jangan lupa VOTE ya... Ini hari senin. Kalau vote untuk novel keren dan pemes mah, pasti banyak, dan udah biasa. Coba dong, dukung karya yang gak pemes ini, vote novel ini 😁 Biar aku semangat terus nulisnya 🤭
Makasih gengs ... ❤❤❤
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.
saat itu elea yg masuk kamar Gavin, dan dia jga yg nawarin akan lakukan segala hal, dan pas ditawarkan s*x Elea mau jgakan, meski dalam kondisi terpaksa Krena waktu itu dia harus bersembunyi dri org yg ngejar dia, bukan salahnya Gavin jga ga mw bantuin dgn tulus aplgi saat itu kondisi Gavin lgi terpuruk (dia jdi TDK berperikemanusiaan membantu wanita yg TDK di kenalnya yg datang sndiri kepadanya saat itu wajar² sja walau tetap tidak bisa dibenarkan yah!)
Ellea jga ga salah sepenuhnya tapi dia tetap salah karena tujuan awalnya memang menjual diri demi melunasi hutang, hrusnya dia tau konsekuensinya. Intinya mereka harus saling memahami sih
btw thanks visualnya Thor memuaskan, ceweknya jga🫶