Season1
Dita merupakan gadis cantik yang selalu di kucilkan keluarga nya, di saat pesta ulang tahun saudari tirinya bernama Sheila menjebaknya dengan mencampurkan obat perangsang di minuman Dita.
Nathan, seorang Ceo tampan yang banyak di kagumi oleh kaum hawa. Nathan yang menderita mysophobia yang alergi jika di dekati oleh wanita maupun di sentuh.
Sahabat nya bernama Daniel prihatin akan phobia Nathan hingga nekat memberi obat dan menyewa seorang pemuas nafsu.
Season ke 2
Menceritakan kehidupan dan perjalanan cinta dari twins L. Al yang gila dengan pekerjaan dan juga perfeksionis, sementara El kebalikan dari itu.
Lea, adik dari twins L yang sangat manja dengan IQ standar. Dia sangat mengagumi wajah pria yang berparas tampan, hingga banyak pria yang salah paham dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Daniel menyesali semua tindakannya, dia ikut membantu Nathan mencari keberadaan wanita yang menghabiskan malam bersama atasannya, dia melakukan secara diam-diam.
"Sebagai menebus kesalahan fatalku, aku akan membantumu untuk menemukan wanita itu. Aku harap persahabatan kita masih bisa di perbaiki," batin Daniel yang menatap nanar gedung pencakar langit yang sudah menjadi naungannya, banyak kenangan indah yang dia rasakan saat kebersamaan sang sahabat.
Daniel berbalik badan dan melangkahkan kaki, dengan perut dan wajah yang terluka, membuat langkahnya sedikit terhambat. Dia mengeluarkan benda pipih dari saku celana, menekan nomor untuk menghubungi seseorang.
"Hallo."
"Hem, cari data wanita yang pernah menghabiskan malam dengan Nathan di hotel, 6 tahun yang lalu. "
"Baik bos, laksanakan. "
"Lakukan dengan cepat, jangan sampai ketahuan. "
"Baik."
Daniel memutuskan sambungan telfon dan menaiki mobilnya, menjauh dari gedung pencakar langit.
****
Twins L sangat senang dengan ajakan sang ibu, membawa mereka jalan-jalan menghabiskan waktu bersama. Dita yang menghindari kemacetan mengambil jalur lain, mobil yang mereka kendarai berjalan di jalanan yang sangat sepi dan sunyi. Awalnya mereka merasa baik-baik saja, tak lama kemudian, Dita melihat dari kaca spion mobilnya. Terlihat ada kendaraan lain, yang di yakini jika mobil itu mengikutinya sedari tadi.
Perasaan kalut dan juga gelisah yang di rasakannya membuat twins L lebih cepat memahami situasi sekitarnya. Al menoleh ke belakang dan melihat ada mobil berwarna hitam yang sedang mengikutinya sedari tadi, "El, coba kamu perhatikan mobil di belakang itu, " tunjuk Al yang melirik adiknya.
"Eh, sepertinya mobil itu mengikuti kita. Bukan kah mobil itu juga ada di tempat yang sama dengan kita tadi, " ujar El yang sangat antusias.
"Kamu benar, sepertinya dia memiliki niat yang tidak baik. Bu, bagaimana ini? " tanya Al yang melihat kegelisahan Dita.
"Tenang ya sayang, kalian jangan panik, " sahut Dita yang melajukan mobilnya.
Saat melajukan mobilnya, ada sebuah mobil besar yang menghalangi jalan mereka, "Ada apa dengan mobil di depan itu? " El menggerutkan keningnya.
"Kita terjebak, sepertinya mobil itu juga kawanan mereka, " prediksi Al.
Mobil besar itu membuka bak nya, sedangkan mobil di belakangnya semakin mempercepat laju. Dita sangat cemas dengan situasi saat ini, mau tak mau dia memasuki mobil besar itu untuk menghindari tabrakan dari mobil belakang, mobil besar itu menutup bak kembali. Tak lama kemudian mobil besar itu berhenti dengan bak yang terbuka, Dita melihat keadaan sekeliling.
"Ini bangunan kosong, " El menyelusuri pemandangan bangunan itu.
Ada beberapa orang berpakaian hitam mengetuk kaca di pintu mobil mereka, perhatian mereka teralihkan. Salah satu penjahat membuka dengan paksa pintu mobil, "cepat keluar, atau kalian akan tau akibatnya, " ancam salah satu penjahat. Dita mengajak twins L untuk turun dari mobil, melindungi anak-anaknya di belakang tubuh nya.
"Mau apa kalian, hah? " ucap Dita yang menatap para penjahat dengan ketakutan.
"Jika ingin selamat, maka ikutlah bersama kami, " penjahat itu mendekati Dita dan juga twins L, di saat Al dan El ingin melawan, tiba-tiba mereka pingsan akibat sebuah jarum kecil yang menusuk leher mereka.
Dita menangis melihat twins L belum sadar dari pingsannya, membuat jiwa keibuannya menjadi khawatir dengan keadaan kedua putranya. Dia menyalahi dirinya sendiri, jika saja dia tidak mengambil jalur sepi dan sunyi. Dia dan anak-anaknya akan sampai pulang dengan selamat.
Langkah kaki yang mendekat membuat Dita mengalihkan perhatiannya, dia bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.
"Bagaimana dengan surprise dari ku, apa kamu terkejut?" pria paruh baya itu tertawa menyeramkan.
"Pa.. Papa kenapa kamu melakukan ini pada ku? " Dita sangat terkejut melihat orang yang dia hormati menjadi dalang dari kekacauan ini.
"Kenapa? apa kamu menyukainya? " ucap Hardi yang tertawa menyeringai.
"Pa, tolong lepaskan kami, apa kesalahan ku padamu? lepaskan anak-anakku, mereka tidak tau apa-apa! " Dita memohon tanpa sadar cairan bening itu mengalir dari pipinya.
"Apa kamu fikir aku ini bodoh? dasar anak pembawa sial, " Hardi menendang sebuah kursi kayu dan membuat suara yang sangat keras.
Hardi mengambil paksa twins L yang berada di pangkuan Dita, "Jangan....jangan bawa anak-anakku, lepaskan mereka, " Dita berusaha memberontak, apalah daya nya saat ikatan itu membatasi gerakannya.
"Minggir, jangan halangi aku, " bentak Hardi.
"Papa aku mohon, jangan pisahkan aku dengan kedua anak ku, " Dita memohon untuk meminta balas kasih dari sang ayahnya.
"Ck, diamlah atau mereka aku bunuh, " ancam Hardi membungkam mulut Dita, dia menangis tersedu-sedu saat melihat ayahnya sendiri dengan tega menyeret anaknya menjauh. Hardi mengikat twins L yang masih pingsan di sebuah tiang yang berjarak 10 meter dari hadapan Dita, mengikat tangan twins dengan cepat. Karena obat bius itu akan segera menghilang.
"Papa....lepaskan mereka, aku tidak masalah jika papa menyakitiku atau membunuh. Tapi, aku mohon padamu, lepaskan Al dan juga El. Mereka itu cucumu Pa, " teriak Dita. Hardi seakan tuli dengan teriakan memohon dari putri kandungnya sendiri, dia mengambil sebuah surat dan mendekat ke arah Dita. Hardi melempar surat di wajah Dita dengan sangat kasar, "tanda tangani itu. "
"S....surat apa ini? "
"Itu surah pemindahan aset mu atas nama Sheila, putri kebanggaan ku. " Ucapan dari mulut Hardi membuat waktu seakan terhenti, suara isakan tangisannya juga ikut terhenti.
"Apa yang papa katakan? aku ini putri kandungmu, sedangkan dia hanya anak tiri, kenapa Papa lebih memilih anak yang bukan darah dagingmu sendiri, " Dita merasa sangat kecewa atas perbuatan sang ayah.
Ayah yang seharusnya melindunginya malah berbuat jahat dan juga licik pada putri kandungnya sendiri.
Hardi melayangkan tamparan yang sangat keras, hingga suaranya bergema. Hardi sangat marah dengan ucapan dari Dita, dia tidak bisa mendengar kan hal jelek mengenai Sheila. Pipi mulus itu sekarang memerah dengan sedikit berdarah akibat tamparan keras itu, Dita memegang pipinya dan menatap Hardi dengan raut wajah yang datar.
"Papa lebih memilih Sheila dari pada aku? "
"Tentu saja aku memilihnya, karena dia selalu membanggakan ku. Sedangkan kamu hanya anak pembawa sial. "
"Jangan banyak bicara atau aku akan menyakiti anak-anak mu, " ancam Hardi.
"Papa sangat kejam, mereka itu cucumu, " teriak Dita.
"Aku tidak mengakuinya sebagai cucuku, dan aku tidak peduli. Mulai saat itu, kamu bukan anakku lagi, anakku hanya satu yaitu SHEILA, " titah Hardi.
"Tolong lepaskan mereka, " ucap Dita yang memohon.
Hardi mencengkram kuat wajah Dita, "memohon lah terus, aku sangat senang melihatmu yang menderita. "
Dita menatap Hardi dengat tatapan yang tajam, dia melihat dan kembali menampar pipi Dita, " jangan memandangku begitu. "