NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI

PENGANTIN PENGGANTI

Status: tamat
Genre:Nikahkontrak / Spiritual / Balas dendam. / Perubahan Hidup / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Peningkatan diri-peningkatan identitas/sifat protagonis / Tamat
Popularitas:245.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nita

MISI KEPENULISAN NOVELTOON

Khansa Isvara dijemput kembal ke rumahnya oleh keluarganya dari desa. Khansa diminta untuk menggantikan adik tirinya untuk menikahi seorang pria penyakitan yang akan segera meninggal.


Ibu kandung Khansa meninggal ketika dia herusia sembilan tahun. kemudia dia dipergoki seakaan-akan telah mendorong kakek kandungnya dari tangga, lalu ada peramal yang mengatakan bahwa Khansa adalah pembawa sial. oleh karena itu dia dikirim kembali ke desa oleh ayahnya.

Dari luar Khansa terlihat sebagai gadis liar yang dibuang oleh keluarganya. Tapi sebenarnya Khansa tumbuh dengan sangat luar biasa, wataknya tenang wajahnya cantik.

Leon Sabastian, tinggi 186cm. Memiliki tempramen yang luar biasa. Tuan muda keluarga Sebastian, satu dari empat keluarga besar di Palembang. Tuan muda keluarga Sebastian memiliki kekuasaan besar.

Dia adalah penguasa dunia bisnis termuda dan tertampan namun misterius. Akankah Khansa bisa menjalani perannya sebagai pengantin pengganti untuk Leon Sebastian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 : NONA KECIL

Khansa terduduk di ranjangnya lagi, sedang berpikir, "Siapakah wanita itu? Apakah pacarnya Leon? Apakah hanya sekedar simpanan, sejenis Maharani."

Hati Khansa mulai tidak senang dan mulai menggerutu "Hah! Dasar pria!"

"Pria kaya, mana cukup satu wanita," gumam marah Khansa.

"Dasar playboy."

"Apa-apaan mereka berdua itu!" gerutu Khansa lagi merutuki keduanya.

Tiba-tiba saja kemarahan Khansa menjadi panjang. Khansa merasa marah, karena berpikir  jika suaminya itu mirip sekali dengan Ayahnya, meyimpan selir.

Hati Khansa seketika saja merasa ngilu, merasa tidak suka ketika mendengar ada suara wanita lain yang memegang ponselnya suaminya itu. Dirinya saja yang istri sah tidak mau memegang ponsel Leon, tapi ini malah ada wanita lain yang dengan mudahnya memegang ponsel suaminya dan menjawabnya dengan tenang.

Tiba-tiba saja Khansa merasa kesal kepada Leon, mengapa mengijinkan wanita lain untuk memegang ponselnya dan malah membebaskan untuk menggunakannya.

"Hish benar-benar deh," gumam Khansa Mengkesal. 

"Haish … bodoh! Apa yang baru saja merasuki pikiranku tadi, sehingga ingin meminta tolong kepadanya," gumam kesal Khansa  memarahi dirinya sendiri karena sudah mulai bergantung kepada orang lain, hal yang paling dia hindari dari dulu.

"Otakku tadi pasti benaran habis kesepak bola," Khansa mengatai diri sendiri lagi sekaligus mentertawai dirinya sendiri.

"Aku ini hanya pengantin pengganti, aku dan dia tidak menjalin hubungan serius, jadi  kenapa kenapa dia harus dan

mau membantu aku?" tambah pikir Khansa lagi.

"Ingat Khansa! Kau dan Leon itu hanya bertransaki berbalut pernikahan," gumam Khansa mengingatkan kenyataan dalam hubungan pernikahan mereka.

Khansa berpikir jika mereka hanya menjalani pernikahan kontrak, maka dilarang dekat-dekat, apalagi sampai bergantung kepadanya, yang siapa tahu nanti bisa saja  jadi berujung menjadi jatuh cinta.

Entah mengapa hati Khansa merasa perih  ketika tadi dia membayangnkan, jika jatuh cinta lalu malah bertepuk sebelah tangan, bukankah itu sangat menyakitkan, mencintai orang yang tidak pernah kau cintai.

"Karena hanya pengganti, jadi wajar saja jika Leon memiliki pacar," gumam Khansa menghibur dirinya sendiri dan menepis rasa kesal tadi, sembari menggigit bibir bawahnya.

Khansa merebahkan dirinya di ranjang besar bergaya Eropa yang ada di kamarnya itu, lalu mengambil bantal disampingnya dan menutupi wajahnya dengan bantal itu.

Pikiran dan hatinya saat ini benar-benar tengah  dibuat kacau oleh dua pria yang sedang hadir bersamaan di dalam hidupnya itu. Bagi Khansa keduanya itu adalah biang kerusuhan.

"Hufh …" desahnya dalam limbung.

"Menyebalkan sekali," gumam Khansa lagi dengan nada malas berbalut manja.

"Hmm …" desah limbungnya.

Khansa menyingkirkan bantal yang ada di wajahnya, menatapi lampu-lampu kristal indah yang menggantung di kamarnya. Tapi kali ini enggan untuk menghitung manik-manik kristal yang menggantung di langit-langit kamarnya itu. Khansa benar- benar sedang memikirkan tentang apa-apa saja yang baru dan yang sudah terjadi kepadanya.

Butiran-butiran  bening pun terjatuh ke pipi, Khansa pun segera menghapusnya.  Khansa berkeringat dingin, hidupnya berubah saat dirinya berusia sembilan tahun, dibuang oleh semua orang dan ini membuat Khansa belajar mandiri selama sepuluh tahun ini.

Khansa sudah terbiasa tegar dalam kesendiriannya selama ini dan juga hanya percaya pada Emily seorang, sahabat baiknya.

Khansa tidak ingin dikhianati lagi oleh orang terdekat yang disayanginya. Khansa hanya percaya kepada Emily, Karena hanya Emily yang memahami rasa sakit yang Khansa rasakan selama sepuluh tahun ini.

Tapi, Leon pria yang arogan ini  dengan tak terduga datang dan dengan cepat memasuki hidup Khansa lalu membuat Khansa mengandalkannya, merasa membutuhkannya,  Khansa merasa dirinya telah menjadi lemah. Setelah berpikir dalam-dalam, maka Khansa pun telah mengambilkan keputusan.

Khansa menenangkan diri lalu mengambil ponselnya, lalu mengirim pesan pada Hendra, "Baiklah, besok kita bertemu!"

Hendra dengan cepat membuka pesan dari Khansa, lalu menyeringai puas. Karena telah berhasil meyakinkan Khansa untuk bertemu dengannya. 

"Aku akan menunggumu! Sa," balas pesan Hendra kepada Khansa.

……

Di luar negeri, di dalam kamar presiden suite, chief PR (public relation) bernama Susan sedang memegang ponsel dan merasa aneh, "Mengapa tak dijawab? Malah di putus sambungannya."

Saat ini, Gerry berjalan kemari, “Chief Susan, siapa yang izinkan kamu memasuki kamar presdir?"

Gery menatapi Susan sambil bersedekap, "Dan kamu masih berani menjawab telepon di ponselnya!”

"Ah itu tadi …" jawab Susan terbata.

"Ini … hanya karena aku mendengarnya berdering berkali-kali, jadi aku pikir mana tahu itu adalah panggilan telpon yang penting darurat," jelas Susan.

"Karena itu aku mencoba membantu menjawabnya," ungkap Susan

"Aku! Ke sini, karena dokumen ini," jelas Susan lagi.

Susan datang mengantarkan dokumen yang sangat urgent, asisten Gery berkata kalau Leon tidak suka orang lain menyentuh barang pribadinya, "lain kali dilarang menyentuh barang-barang Presdir."

"Tidakkah kau sudah tahu, jika Presdir kita tidak suka jika barang-barangnya disentuh sembarangan oleh orang lain!?" tukas Gery mengingatkan.

"Telpon dari siapa tadi?" 

"Seorang wanita," jawab Susan sambil berusaha menyembunyikan senyuman gugupnya.

Gery kemudian meminta Susan pergi. Leon sedang bersiap mau pulang lebih cepat, Gery diam-diam berpikir mungkin Leon sudah jatuh cinta atau malah mungkin sudah mencintai Khansa dan barulah bisa tergoda oleh sebuah foto saja.

"Hanya foto salah kirim, tapi malah sudah cepat ingin pulang, bagaimana jika benaran berniat mengirim kepadanya," gumam Gery.

"Sepertinya dia akan langsung menjungkir balikan dunia. Melewati negara api, hanya untuk bisa sampai dengan cepat ke rumah," gumamnya lagi sambil tertawa menahan lucu dengan apa yang baru saja dipikirkannya.

……

Keesokan harinya, Khansa menepati janjinya dan sudah berdiri di depan pintu kamar 8206. Khansa mengulurkan tangannya untuk menekan pintu bel kamar, lalu menariknya kembali. Khansa mengehela napas panjang-panjang. Lalu menepuk-nepuk pipinya.

Khansa menyemangati dirinya sendiri "Demi beretemu Bibi Fida."

Khansa pun membunyikan bel kamar 8206 itu, Hendra bergegas ke arah pintu, dan melihat dari video ponsel interkom pintu, jika itu adalah Khansa, dan segera membukakan pintu untuk Khansa.

Pintu kamar telah dibuka, Khansa pun masuk dan Hendra segera menutup pintu kamar. Khansa melihat ke seluruh arah kamar. Namun, malah tidak melihat orang yang dicari. Khansa langsung saja menarik lengan Hendra dengan emosi marah di hatinya.

“Hendra, mana bibi Fida?" bentak Khansa.

Tidak ada lagi jejak kelembutan dari nada suara dan wajah Khansa, semua emosi yang dilemparkan kepada Hendra oleh Khansa adalah emosi benci dan marah. Bahkan Khansa menatapi Hendra dengan mata yang sedikit melotot.

"Bagaimana aku bisa yakin kamu tidak bohong padaku?" Hardik Khansa lagi.

"Telepon bibi Fida , aku ingin mendengar suaranya.” ujar Khansa langsung pada intinya.

"Cepat! Telpon sekarang!" Khansa mengulangi perintahnya.

Hendra mengangguk, lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang.

1
Aisyah
luar biasa
Cha Cha
katanya fauzan mencintai ibunya kansha, tpi malah membuang anak kandungnya bersama stepani yg katanya sangat di cintainya itu
palupi
👍👍👍
Siti Umi
sy baca yg k 2 x..
neni yusnaini
Luar biasa
Rosa Nayna
kali aja si khansa bukan anak kandung di jas hujan ya...
~kristal~
tiba' kangen baca in crta, lngsung ku download aplikasi noveltoon dn cri crta in skarang lgi baca yg kesekian kalinyaa😆 udah baca dri waktu masih SMA smpe sekarang udah kuliah masih suka ulang'😁
sakura
....
Ira Rachmad
nice story
Ira Rachmad
aku suka kerusuhanmu khansa....
Ira Rachmad
haaahhhhh
Ira Rachmad
kwkwkwkwkw.....
khansa...khansa
Ira Rachmad
kwkwkkwk...sepertinya begitu hansen
Ira Rachmad
daebak.....
out of the box khansa
piwka
kak cerita nya bagus semangat terus yah🥰
Christina Irawati
Luar biasa
Christina Irawati
Lumayan
Evi Fartimah
sangat luar biasa
aphrodite
kalo kopi selalu gagal jadi ganti air biasa akhirnya tenang😂😂
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!