Gania Anjasmara, ialah putri tunggal dari pasangan Arya Anjasmara dan Miranda. Di usianya yang baru menginjak usia 3 tahun, Gania harus kehilangan sang Mama untuk selama-lamanya. Kini 15 tahun telah berlalu, Gania telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan tangguh pastinya karena sejak kecil ia hanya hidup berdua bersama Papanya. Terkadang ia juga dititipkan dirumah Neneknya karena Papanya sibuk bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Penasaran? Simak terus ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delatama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan Gania dan Pricilla
Pricilla mengajak Gania membeli minum dan berbincang-bincang.
"oh iya kita belum kenalan, namaku Anin"
Pricilla sengaja mengenalkan diri ke Gania dengan nama Anin (Anindita).
"eh iya kak, aku Gania"
"rumah kamu dimana?"
"di deket sini kok, kalo kakak?"
"kakak tinggal di Apartemen seberang Mall ini"
***
~Artayudha Group ~
"gimana kamu sama Gania? rukun kan?" tanya Papa Surya ke putra tunggalnya
"heem" jawab Gibran cuek
"kalo anak Papa cuek biasanya sedang tidak baik-baik saja. Ada apa?"
"nggapapa Pa, Gibran cuma capek aja"
"capek ngapain? kerjamu kan cuma duduk, jangan jangan capek anu? hahaha" Papa Surya meledek Gibran
"ngga lah. Yaudah Pa, Papa kan udah disini jadi Gibran bisa pulang"
Akhirnya Gibran pulang lebih awal karena semua kerjaan dan berkas yang harus ia tanda tangani untuk pindah perusahaan sudah beres.
***
Rumah Papa Arya
Gibran melihat ke kanan dan ke kiri mencari mobil Gania tapi tidak ia temukan. Gibran tahu pasti istrinya sedang pergi, kemudian ia mengeluarkan ponsel melacaknya.
Sebelum Gibran melacak, mobil Gania sudah lebih dulu tiba di rumah. Gibran berdiri di samping mobilnya dan melihati Gania yang turun dari mobil.
"dari mana?"
"dari Mall. Nih buat kamu" Gania menyerahkan paperbag berisi baju couple sebagai tanda maafnya.
"baju couple? buat apa?"
"buat kamu lah"
Gibran mulai cengengesan melihat istrinya yang ternyata juga perhatian.
"makasih sayang" ucapnya sambil mengacak acak rambut Gania
Papa Arya tersenyum melihat putri dan menantunya yang penuh tingkah.
"Gibran, barang-barang kamu sudah dipindahkan ke kamar Gania. Mulai sekarang kamu tidur disana ya" ucap Papa Arya
"hah" ucap keduanya
Gibran kaget namun senang, tapi Gania? Apa yang akan terjadi?
***
Malam Hari Di Kamar Gania
"ihh gue harus gimana" ucap Gania dalam hati
Gibran tahu istrinya sedang gelisah, ia kemudian berniat menjahilinya.
"aduhhh" teriaknya
Gania kaget dan menghampiri Gibran.
"kenapa? hah darah?" Gania panik saat melihat jari tangan Gibran berdarah.
Gania berlarian mencari tissue untuk mengusap darah itu. Setelah di usap, tidak ada luka sedikitpun di jari Gibran.
"kamu boongin aku ya!"
Gibran tertawa terbahak-bahak.
"abis kamu tegang banget sih, ngga usah tegang gitu kali"
Gania hanya melirik Gibran dan kemudian kembali berbaring ke ranjang.
"baru pagi ini baikan masa mau marah lagi?" tanya Gibran, ia mulai mendekati Gania dan duduk di tepi ranjang.
Gania hanya diam, tak menjawab.
"aku kira kamu udah mulai buka hati"
Gania yang mendengar ucapan Gibran pun bangkit dari tidurnya.
"maaf..." ucap Gania lirih
Kemudian Gibran berjalan dan merebahkan diri ke sofa. Gania merasa kasihan, ia bingung antara harus menyuruhnya tidur ke ranjang atau akan membiarkannya.
"emm kamu bisa tidur di sampingku"
Gibran hanya tersenyum dan menggeleng.
"ayolah"
Akhirnya Gibran tidur bersama di ranjang Gania. Gibran tahu istrinya belum merasa nyaman, jadi ia membatasi dirinya dengan guling.
Saat tengah malam, Gania terbangun dan merasa tidak nyaman. Biasanya ia melepasnya bra nya sebelum tidur tapi kali ini ia tidak sempat melepasnya.
Gania mencoba menutup matanya, tak terasa sudah 2 jam ia tak bisa tidur. Dengan terpaksa ia mepelas bra nya saat itu juga, setelah 20 menit ia pun terlelap kembali.
Tanpa disengaja guling yang Gibran gunakan untuk membatasi pun ia tendang, kini tidak ada batas antara Gibran dan Gania.
Tanpa disengaja juga Gibran memeluk Gania seperti guling, tangannya mendarat di pusat inti gunung kembar milik Gania.
Gania merasakan geli lalu ia terbangun, ia kaget bukan main melihat tangan Gibran berada di dadanya. Gania mencoba melepaskannya namun Gibran malah semakin erat memeluk Gania, tangannya pun juga semakin menggerayahi dadanya.
"emhh.." suara Gania lirih
Gania merasakan geli namun juga merasa nikmat dengan sentuhan itu, akhirnya ia membiarkan tangan Gibran dan tidak memindahkannya.
"mungkin aku akan mencoba membuka hati" ucapnya dalam hati.
Lebih real dalam penyampaian bagaimana pasutri menyikapi suatu pernikahan dan perkembangan anak
semoga novel selanjutnya tetap menarik ya Thor..tidak terjebak dg gaya novel lainnya yg terlalu ekstrim, banyak pelakor, mertua jahat, suami kejam dsb😘😘
go...semangat