Menurutku dia adalah wanita hebat, di lihat dari segi sudut yang tepat. Tapi tidak semua orang memandang dari segi yang sama. Karena keberadaannya yang di takdirkan lahir dari seorang ibu yang merupakan germo di sebuah club malam.
Membuat semua orang memandang remeh, dan rendah. Namun, atas kemampuannya dalam bermain billiard cue, ia aman dari keinginan laki-laki untuk meraup tubuhnya yang sexy. Bahkan mereka hanya mampu mengelap ludah melihat kecantikan Aneska.
Begitu pun dengan lelaki yang akan menjadi calon suaminya yang selalu memandang buruk tentangnya.
Lelaki yang kaya dan juga dingin, banyak wanita yang tergila-gila dengan ketampanannya. Tuan muda Arya Brasetyo, yang terlahir dari keluarga Kaya se- Asia harus bertemu dengan wanita serendah Aneska, menurutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Riskiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar memasak
Kediamanan Tuan Arya.
Sebelum menyediakan sarapan, Inah membersihkan semua ruangan. Ia tidak mungkin melupakan tanggung jawabnya sebagai pelayan di rumah Arya Brasetyo. Inah yang sedang sibuk melap perabotan rumah, di kejutkan oleh kedatangan Aneska yang menggertakkan dari arah belakang.
" E...copot..copot..kodok..eh..kodok!!!" Bik Inah langsung terkaget-kaget dan latahnya pun keluar.
" Eh, nona, maaf nona..nona mengejutkan bibik saja.." Lanjut Inah menoleh, dan ternyata yang mengejutkannya adalah sang majikan.
" Hahahahah, bibik jahat banget..masak Aneska disamakan dengan kodok sih!" Aneska mengerucutkan bibirnya lalu diselingi tawa.
" Eh..kodok..Bukan nona, gak tau kenapa mulut bibik suka ngelantur kalau kaget! Maaf nona.." Ucap Inah menunduk hormat.
" Hahahahahaha...bibik lucu banget sih...duh, untung perutku sudah sembuh!" Aneska tertawa terbahak-bahak dengan sikap pelayan barunya tersebut merasa terhibur.
" Nona sudah sehat?" Tanya Inah melihat Aneska sudah sehatan dan segar. Wajahnya sudah tidak pucat pasi seperti kemarin.
" Sudah bik! Aku ingin bik Inah mengajarkan Anes memasak!" Ucap Aneska mengingat permintaan kepada Inah kemarin. Di balik kekurangannya, paling tidak Aneska harus bisa memasak, agar tidak terlalu di remehkan lagi dengan Arya.
" Nona yakin? Nona sudah sembuh total? jangan dipaksakan kalau masih belum sehat nona. Bibik gak akan lari. sepertinya bibik akan bekerja lama di rumah ini" Jelas Inah, melihat majikannya baru sembuh dari sakitnya.
" Bibik gak percaya, kalau aku sudah sehat, buktinya Anes bisa tertawa barusan. Ayukk bik..Anes sudah tidak sabar bisa memasak. Selain tugas seorang istri, Anes juga bisa memasak sendiri kalau nanti lapar. Bibik kan bekerjanya sampai sore, bagaimana jika aku kelaparan di tengah malam. Maagku akan kambuh kalau gak makan lagi!" Jelas Aneska memohon kepada Inah, sambil menyeret tangan Inah ke dapur.
" Baiklah nona, sebentar..lap bibik ketinggalan!" Jawab Inah sambil menarik lapnya yang tertinggal di atas meja.
Akhirnya Inah mulai menyiapkan semua rempah dan bahan pokok di atas meja.
" Baiklah, dari hal simple saja ya nona..Untuk sarapan.. Bagaimana jika nasi goreng telur?" Tanya Inah.
" Baiklah bik, Anes juga sangat suka dengan nasi goreng. Dulu, Anes juga sering beli nasi goreng di pinggir jalan, namanya yang jual bang Parto. Nasi gorengnya selalu laris. Selain enak, bang Parto juga ramah dan baik!" Jelas Aneska sambil melihat Inah menyiapkan alat masak.
" Nona ternyata juga suka makanan di pinggir jalan ya non? Nona ini berbeda sekali...biasanya banyak orang kaya yang gak mau masakan pinggir jalan, karena gak higienis katanya!" Jelas Inah sambil menyalakan kompor otomatis.
" Hahaha, itu orang kaya, tapi aku orang sederhana, yang pasti keadaan uangnya cocok dengan makanan yang dijual di pinggir jalan bik." Ucap Aneska tertawa renyah sambil mengamati Inah.
" Bik, ini telurnya di garam berapa banyak? " Tanya Aneska kepada Inah.
" Apa? Nona ini sering merendah. Bibik tau jika keluarga nona adalah orang terpandang. Karena telurnya 3 biji, sejumput aja non, kalau pakai sendok garam. Satu sendok aja sudah cukup." Jelas Inah kepada Aneska.
" Pantas saja bik, telur gorengku asin, satu telur Aneska kasih dua sendok garem. Apakah bibik percaya dan tetap mau mengobrol denganku, jika bibik tau darimana asalku?" Ucap Aneska sambil mengopyor telur yang baru saja di campur garam.
" Hahaha terlalu banyak non, kalau satu telur, ya garamnya secuil. Tentu non, kan non majikan bibik. Masak bibik mau mengacuhkan nona sih..Sekarang telurnya sudah bisa di goreng!" Jelas Inah.
" Rumahku berada di tempat diskotik! Bibik tau diskotik?..Ah..bik, telurnya kenapa gosong!" Teriak Aneska melihat telurnya sudah gosong padahal Aneska baru meletaknya.
" Ya ampun, apinya kegedean non, ini mah gak bisa di makan, kalau telur memang cepet matengnya. Kita buat dari awal lagi non. Apa? Dis..kotik?? Tidak tau nona..Haha bibik kan dari kampung. Walaupun sudah tinggal lama di kota ini, bibik tidak pernah keluar rumah selain ke pasar." Jelas Inah sambil menggoreng udang.
" Tempat orang joget-joget( Aneska mengangkat tangannya dan berjoget-joget seperti dirinya sedang menikmati lagu dari diskoji) om-om yang telah beristri dan mencari kepuasan kepada wanita lain. Orang bilang tempat berzina!" Tutur Aneska.
" Benarkah? Astagfirullah..!" Inah terkejut dengan ucapan Aneska yang tidak bisa dipercaya.
" Benar, aku dilahirkan di tempat sekotor itu. Tapi, aku tidak pernah mempersalahkan ibuku karena keberadaanku! Apakah sekarang bibik jijik dengan Anes??" Tanya Aneska sambil mengamati Inah memasak dan sesekali menggantinya menggoreng.
" Nona, nona tau..Wajah nona tidak menunjukkan wanita itu ( wanita malam) Nona orang baik, bibik yakin! bibik selalu percaya dengan hati kecil bibik terhadap seseorang. Dan hati kecil bibik mengatakan, nona wanita yang tulus. Tidak peduli nona berasal darimana, terkadang mereka lebih menghargai orang lain daripada orang kaya yang sering memandang kita rendah." Jelas Inah.
" Terima kasih bik, sudah menjadi salah satu yang memandangku dengan baik." Ucap Aneska tersenyum dengan tuturan Inah.
...****************...
Arya sudah turun dari kamarnya dengan pakaian formalnya, rambut tertata rapi dan mengkilap, bahkan wajahnya yang tegas dengan hidung yang mancung, alis tebal. Tampangnya semakin cool dengan dasi berwarna Navy yang senada dengan jasnya.
Sedangkan Aneska sudah mulai menghidangkan nasi goreng buatannya, tentu ada campur tangan dari Inah. Sambil tersenyum bahagia karena pada akhirnya ia berhasil memasak nasi goreng. Dan mulai ingin melahapnya sesegera mungkin.
Aneska menatap Arya yang tidak menatap dirinya, begitu acuh dan duduk begitu saja. Itu adalah hal biasa baginya, yang ia tunggu adalah suapan pertama di mulut Arya dan tentu pendapat dari rasa masakan yang di buatnya.
Ancang-ancang suapan pertama hampir memasuki mulut Arya, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Membuat Arya menghentikan suapan pertamanya. Dan berdiri menuju ke arah pintu.
Dan yah, kekasih Arya, Viona datang kembali. Itulah mengapa Arya mengembangkan bibirnya yang kaku. Ternyata ia telah mengetahui kedatangan Viona. Terlihat Viona memeluk Arya dengan begitu hangat, di tambah ciuman pipi dengan mesra. Aneska hanya tersenyum simpul, bukan rasa cemburu namun, apakah pantas mereka melakukan tepat di depannya?
"Pantes, bisa senyum!! Coba lihat, mereka seperti gak pernah ketemu bertahun-tahun!Lebay..." Batin Author.
Lalu Arya mengajak Viona bergabung untuk sarapan pagi. Mempersilahkan Viona di kursi yang telah di sediakan oleh Arya, bagaikan ratu yang mau duduk di kursi tahta. Aneska yang melihatnya hanya mengernyitkan kedua alisnya. Melihat kemesraan mereka yang selalu di umbar di depan matanya.
" Apakah ini masakanmu juga?" Ucap Viona membuka suara.
" Benar! Kok kamu bisa tau sih?" Ucap Aneska dengan santai sambil memangku dagunya.
" Ya taulah, kamu kan pengen ngerebut perhatian Arya. Pasti kamu mau menggoda Arya dengan cara ini. Cih... Arya tidak akan pernah berpaling dariku! Dasar tidak sadar diri! " Batin Viona meremehkan.
" Waw, ternyata kamu tidak menyerah..Ar, apakah kamu yakin dengan rasanya?" Ucap Viona menyindir.
" Bukankah sudah ada bibik? Bibik apakah kamu membiarkan majikanmu untuk memasak?" Ucap Arya langsung menatap tajam Inah.
" Ma_maaf tu_tuan.. e...anu..." Inah gelagapan gak bisa memperlancar jawabannya karena tuan majikan terlihat marah dan menakutkan.
" Kalian tenang saja, ini tidak sepenuhnya masakanku, ada campur tangan dari bibik! Dia membantuku untuk belajar memasak. Jadi ini tidak seburuk masakanku kemarin!" Potong Aneska.
" Sayang, biarkan aku yang mencobanya dulu." Ucap Viona yang mencurigai masakan Aneska tidak enak.
" Tidak..tidak, biarkan aku dulu!" Ucap Arya melarang Viona. Arya yakin, jika rasanya akan sama buruk seperti kemarin.
" Bagaimana jika kamu keracunan lagi, maksudku tersedak?" Ucap Viona sambil melirik Aneska untuk menyindir.
" Tak masalah, aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu, biarkan aku saja!" Ucap Arya dengan ragu mengangkat sendoknya yang berisakan nasi goreng Aneska.
" Lebay banget sih pasangan kekasih ini, bukannya juga aku memasukkan racun. Makan aja, kalau gak enak ya di buang..gitu aja kok repot! " Batin Aneska.
" Jika kalian tidak mau, biarkan aku saja yang makan! Aku sudah sangat lapar, aku tidak ingin menyia-nyiakan usahaku, lagi pula aku tidak ingin penyakit maagku kambuh lagi!" Lanjut Aneska langsung menyumpal mulutnya dengan sesuap nasi goreng.
" Baiklah, sayang kamu duluan yang makan. Jangan biarkan perutmu kosong, bukankah kamu akan bekerja hari ini!" Setelah melihat Aneska melahap makanannya tanpa memuntahkannya, baru Arya dan Viona yakin jika rasanya tidak seburuk masakan Aneska kemarin.
Mereka akhirnya melahap sarapan yang di buat oleh Aneska. Tidak terlalu buruk hingga mereka berhasil menghabiskan hidangan tanpa bersuara.
" Gak percaya banget sih, kalau aku bisa masak. Pas banget kan di mulut kalian, sampai makan gak pakai jeda! Kebanyakan bacot sih! " Batin Aneska menggerutu.