Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Royal Cruise
Setelah melalui perdebatan yang panjang dengan batinnya, akhirnya Kyra memutuskan untuk tetap berangkat dan berlibur di kapal pesiar mewah itu. Benar yang dikatakan oleh ayahnya, kesempatan tak akan datang dua kali. Ia membiarkan satu tiket hangus begitu saja karena tak ada siapapun yang bisa diajak untuk turut serta. Kyra ingin liburannya kali ini benar-benar berkualitas.
Setelah naik pesawat ke Singapura, Kyra menuju ke pelabuhan di mana kapal pesiar itu berada. Sebelum naik, ia diharuskan melewati serangkaian pengecekan yang cukup panjang. Bagi Kyra yang hanya penumpang biasa, tentu hal semacam ini cukup menguji kesabaran dan emosinya.
Setelah dinyatakan sehat melalui pengecekan kesehatan, Kyra sudah diperbolehkan cek in ke petugas Cruise. Sembari menarik kopernya, Kyra menatap takjub pada kapal mewah yang selama 3 hari ke depan akan menjadi tempatnya berlibur dan bersenang-senang.
Dinnn dinnn!!
Suara klakson mobil yang tiba-tiba berbunyi nyaring, mengagetkan Kyra yang sedang asyik berdiri di tengah jalan sambil menatap kapal Royal Cruise. Ia sontak menepi ke pinggir dan menarik kopernya lebih dekat.
Dinn!
Klakson itu berbunyi sekali lagi. Kyra yang tak paham mengapa mobil itu tak bergerak, menoleh pada jalanan di sampingnya. Ketika melihat travel bag berwarna kuning miliknya masih teronggok di tengah jalan, barulah Kyra sadar bila barangnya terjatuh. Buru-buru Kyra berlari untuk menyelamatkan travel bag miliknya sebelum mobil itu memprotes lagi.
"Kalo mau ngelamun jangan di tengah jalan! Stupid!" protes pria di belakang kemudi itu sembari mengacungkan jari tengahnya pada Kyra.
Setelah melewati hari yang melelahkan, menjalani serangkaian pengecekan kesehatan yang menguji iman, dan sekarang dihadapkan dengan pria asing yang mengumpat hanya karena hal sepele, mau tak mau membuat Kyra menggeram frustasi. Dasar, Driver tak tahu sopan santun! Beginikah etika menyapa orang asing di tempat ini??
Masih dengan perasaan dongkol, Kyra menarik koper dan travel bag-nya menuju entrance kapal. Mobil tadi sudah menghilang di pintu masuk khusus kendaraan. Dalam hati Kyra membatin, semoga saja selama liburan tiga hari kedepan, ia tak harus berurusan dengan pria pemarah tadi! Mengingat mereka berada di kapal pesiar yang sama, bukan tak mungkin nantinya ia akan bertemu dengan pria itu lagi.
Sementara itu, di dalam kapal pesiar. Bara menutup pintu mobil dengan kasar dan menurunkan koper miliknya di bagasi belakang. Tadinya, Bara sudah berniat untuk membuang tiket kapal pesiar mewah itu, ia sudah tak bersemangat untuk pergi. Namun, ketika Morgan membeberkan sejumlah uang yang telah ia habiskan untuk liburan konyol ini, mau tak mau akhirnya Bara berangkat dengan berat hati. Bahkan biaya yang telah ia habiskan hampir setara dengan harga mobil yang ia kendarai. Hanya untuk liburan, memboking satu restoran untuk acara melamar Vale, dan memboking satu lantai dengan puluhan kamar mewah agar ia dan Vale bisa bebas bermesraan tanpa didengar oleh penumpang lain. Bodoh! Rutuk Bara pada dirinya sendiri.
"Ini kamar anda, Tuan. Bila membutuhkan sesuatu jangan sungkan untuk menghubungi kami. Makan malam akan tersedia mulai pukul 6 sore nanti di Restoran di lantai 3. Semoga liburan anda menyenangkan!" Petugas Cruise meletakkan koper milik Bara di dalam lemari dan membungkuk sopan.
"Thanks!" ucap Bara acuh sembari memeriksa seluruh isi kamar dengan perasaan campur aduk.
Harusnya ia berada di kamar ini berdua dengan Vale, bahkan kelopak bunga mawar di ranjang dan bathtub sudah siap menyambut tunangannya itu. Sayangnya, hanya Bara seorang diri yang akhirnya berada di kamar ini, meratapi nasib buruknya karena telah dikhianati oleh tunangan yang ia cintai sepenuh hati.
Di kamar berbeda, Kyra baru saja bisa bernapas lega dan menghempaskan tubuh mungilnya ke ranjang. Meski kamarnya tak cukup luas, namun Kyra sangat bahagia bisa berada di tempat ini sekarang. Rasa kecewa dan patah hatinya cukup terobati hanya dengan berada di kapal pesiar mewah ini.
"Hentikan, Kyra! Jangan lagi memikirkan duo racun pengkhianat itu! Tujuanmu ke sini untuk berlibur, lupakan mereka!" rutuk Kyra sembari menepuk keningnya sendiri beberapa kali.
Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Kyra tertidur dengan pulas. Masih dengan mengenakan sepatu dan pakaian yang ia kenakan sejak pagi, ia terbuai dalam dunia mimpi.
Jam 6 petang, kapal pun mulai berlayar. Terjangan ombak menyapa badan kapal yang mulai bergerak ke tengah lautan. Saking mewah dan besarnya, kapal pesiar ini diklaim sebagai kapal surga di mana semua kemewahan dan kebahagiaan bisa diciptakan di kapal ini.
Entah sudah berapa lama Kyra terlelap, ia membuka mata ketika perutnya mulai protes minta diisi makanan. Mau tak mau, Kyra akhirnya membersihkan diri di kamar mandi dan bergegas keluar dari kamar. Sambil menjinjing tas ransel di punggungnya, Kyra berjalan menyusuri lorong menuju restoran di lantai 3. Sambil bersenandung riang, ia masuk ke dalam lift dan memencet angka 3. Dinding lift yang terbuat dari kaca membuat Kyra mematut penampilannya malam ini, tak begitu buruk dan tak terlalu mencolok seperti biasanya.
Ting.
Perlahan pintu lift pun terbuka. Kyra menatap takjub pada ruangan mewah yang terhampar di hadapannya. Interior serba gold dipadu dengan warna maroon menambah kesan elegan di sepanjang lorong menuju restoran. Untuk pertama kali setelah serangkaian kejadian memilukan hati, Kyra bersyukur bisa berada di tempat ini.
"Selamat malam, Nona!" sapa seorang kru kapal yang berjaga di pintu masuk.
Kyra tersenyum dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling restoran. Puluhan meja bundar dengan kursi yang mengelilinginya juga puluhan meja panjang dengan beraneka ragam menu masakan yang menggugah selera. Kyra mendekat ke meja panjang yang menyajikan menu Asia. Ia masih belum berani mencoba menu western mengingat ini adalah hari pertamanya di kapal. Kyra tak ingin perutnya yang sensitif memprotes dan membuat liburannya jadi berantakan.
Sambil menikmati makan malamnya, Kyra memperhatikan ratusan manusia yang berada di ruangan yang sama dengannya. Dari sekian banyaknya penumpang, tak ada satu pun yang membuat Kyra tertarik untuk memperhatikan mereka. Dalam hening, Kyra menyantap makanannya dengan nikmat. Ahh, bila sedang makan enak begini ia jadi merindukan ayahnya di rumah! Andai ayahnya mau ikut, mungkin kebahagiaan Kyra akan semakin lengkap.
Usai menghabiskan makan malamnya, Kyra memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi kapal. Suasana yang masih saja ramai meskipun jam sudah menunjuk angka 11, semakin membuat Kyra bersemangat untuk mengeksplor seisi kapal.
Di deck paling atas, ada kolam renang luas yang menyambut pandangannya. Juga ada beberapa spot lucu, arena panjat tebing, flying fox bahkan selancar.
"Ahh, sepertinya seru mencoba semua wahana ini besok!" janji Kyra sembari tetap mengamati setiap sudut di deck teratas kapal.
Setelah cukup lelah berkeliling, Kyra memutuskan berhenti sejenak di deck anjungan. Dari deck itu, Kyra bisa melihat lautan lepas yang terhampar luas di hadapannya. Sangat menenangkan melihat lautan di malam hari, angin yang berhembus cukup kencang membuat rambut Kyra terurai bebas.
Masih tak lepas memandang lautan di sekeliling, perhatian Kyra beralih pada sosok lelaki yang nampak sedang mabuk dan berada dua lantai di bawahnya. Tubuh lelaki itu nampak oleng ke kanan dan ke kiri dengan begitu ringannya. Perasaan Kyra yang tajam, mulai merasa tak nyaman dengan pemandangan di bawahnya ini. Dan benar saja, tak lama kemudian pria itu jatuh dari balkon di kamarnya.
Kyra menahan napas dengan syok, beruntung tubuh pria itu kemudian jatuh di sekoci yang berada tepat di bawah lantai balkon kamarnya. Dengan terburu-buru, Kyra kemudian turun dari deck komando kapal untuk menyelamatkan lelaki tadi. Suasana yang mulai sepi di sepanjang deck anjungan membuat Kyra kesulitan meminta bantuan. Sekoci tadi berada di deck lantai 5, Kyra buru-buru menuruni tangga alih-alih menggunakan lift.
Tiba di deck yang dituju, Kyra berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang mulai naik turun. Ia merogoh inhaler yang selalu ia simpan di tas ransel dan menghirup benda itu sejenak. Saat dirasa sesak napasnya telah kembali normal, Kyra kembali melanjutkan langkahnya menuju jejeran sekoci.
"Valeee ..."
Suara teriakan lemah dari sekoci yang berada di paling ujung membuat Kyra mengayunkan kaki menuju ke sana. Benar saja, pria yang nampak tak asing tergeletak tak berdaya di atas sekoci yang terbuka itu.
"Hmm, beruntung sekali nasibmu, Tuan! Coba kau jatuh di sekoci yang tertutup di sebelahmu, pasti tubuhmu sudah dimakan hiu di bawah sana!" gumam Kyra sembari mengawasi ombak yang menghempas badan kapal dengan begitu kerasnya.
Kyra menarik lengan lelaki itu untuk membangunkannya. Namun karena tubuhnya kalah besar, tarikan Kyra tak berarti apa-apa bagi tubuh kekar itu. Tak ingin membuang waktu, Kyra menaiki pagar besi dan turun ke sekoci itu. Tangannya yang sejak tadi menggenggam erat pagar besi, kini beralih menggengam panel di ujung sekoci.
Klik.
Srett srett srett. Byur.
Secepat kilat, dalam gerakan yang sangat sekejab, sekoci itu terjun ke bawah dan lepas dari badan kapal. Kyra yang masih tertegun, hanya bisa menahan napasnya ketakutan. Terlebih setelah sekoci yang ia naiki kini terpisah dari kapal pesiar dan mengapung semakin menjauhinya.
"Tolonggg!" teriakan histeris Kyra lenyap begitu saja tertelan angin laut yang sangat kencang. "Help me!!"
Tak ada siapapun yang mendengar ataupun peduli. Kapal sekoci itu bergerak ke arah yang berlawanan dari kapal pesiar, membawa Kyra dan pria asing itu berlayar semakin jauh.
Paginya, sinar matahari yang sangat terik membuat Bara membuka mata sambil berdecak marah seperti biasa. Hamparan langit biru yang sangat indah adalah pemandangan pertama yang ia lihat pagi ini, awan seputih kapas, sinar hangat mentari .... Tunggu, tunggu dulu! Bara sontak bangkit dan terbelalak melihat keadaan di sekitarnya.
"Arrrrrrgggg!! Di mana aku!!"
...****************...
...Ayooo, ayoo, jangan lupa selalu tinggalkan like dan vote-nya, Bestie!...
...Agar otor semakin semangat berkarya❤️...
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah